Curhat Perawat di Sulsel: Pakai APD Bekas hingga Terima Stigma Negatif

Perawat minta masyarakat membantu memutus penyebaran corona

Makassar, IDN Times - Kurangnya alat pelindung diri (APD) yang merupakan senjata untuk menangani pasien COVID-19 menjadi tantangan bagi para tenaga medis. Kelangkaan APD ini terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia yang terdampak COVID-19. 

Para tenaga medis, khususnya perawat di Sulawesi Selatan (Sulsel) juga merasakan hal tersebut. Ketua Persatuan Nasional Indonesia (PPNI) Sulsel, Abdul Rakhmat mengemukakan bahwa kekurangan APD juga terjadi di RSUP dr Wahidin Sudirohusodo yang notabene merupakan rumah sakit rujukan utama pasien COVID-19 di Sulsel.

"Secara umum tetap masih pada kisaran APD yang standar. Sebagai gambaran saja, kami di rumah sakit Wahidin sebagai rumah sakit rujukan yang tentu dari sisi sumber daya mestinya lebih siap dibanding dengan rumah sakit yang lain, itu pun kami masih keteteran dengan APD standar," kata Rakhmat saat dihubungi IDN Times, Jumat (10/4).

1. Terpaksa menggunakan APD bekas berulang kali

Curhat Perawat di Sulsel: Pakai APD Bekas hingga Terima Stigma NegatifIlustrasi perawat. Akun Facebook Bagas Pratondho

Akibat dari kekurangan tersebut, kata Rakhmat, pihaknya sampai harus membuka donasi bantuan untuk memenuhi kebutuhan APD yang memang lumayan banyak setiap hari jika harus mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan. Sebab APD hanya boleh dipakai sekali saja. 

Hal yang sama juga dikeluhkan oleh perawat-perawat di daerah. Menurut laporan yang diterimanya, hampir semua perawat di rumah sakit kabupaten yang merawat pasien COVID-19 juga mengaku keteteran soal APD standar sehingga mereka terpaksa melakukan kreativitas meskipun sangat berbahaya.

"Misalnya me-reuse (menggunakan kembali) APD yang sudah dipakai. Ini kan bahaya sekali kalau tidak dilakukan dengan baik karena bisa menjadi sumber infeksi. Jadi persoalan pertama kita masih di APD," katanya.

2. Membutuhkan dukungan penuh dari masyarakat

Curhat Perawat di Sulsel: Pakai APD Bekas hingga Terima Stigma NegatifPetugas merawat pasien diduga corona, IDN Times/ Bramanta Pamungkas

Tantangan lainnya, menurut Rakhmat, berasal dari masyarakat itu sendiri. Dia mengaku ingin mengubah stigma yang menyebutkan bahwa tenaga medis yakni dokter dan perawat merupakan garda terdepan dalam penanganan kasus COVID-19. 

Dalam pandangannya, garda terdepan dalam penanganan COVID-19 tidak lain adalah masyarakat itu sendiri sedangkan tenaga medis adalah garda paling belakang. Sebab masyarakatlah yang paling mampu untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Ketika pertahanan sudah bobol dengan adanya tenaga medis yang meninggal maka justru hal itu membuat posisi mereka sangat lemah.

"Dengan tidak banyaknya dukungan dari masyarakat, maka kemudian pertahanan terakhir kita berupa tenaga-tenaga kesehatan sudah bobol. Di Indonesia sudah berapa dokter yang meninggal, perawat sudah ada 10 yang meninggal menurut laporan organisasi kami," katanya.

Baca Juga: Viral Video Dokter di Makassar Kekurangan APD Tangani Pasien Corona

3. Pasien terkadang tidak jujur pada petugas medis

Curhat Perawat di Sulsel: Pakai APD Bekas hingga Terima Stigma NegatifPetugas merawat pasien diduga corona, IDN Times/ Bramanta Pamungkas

Tenaga medis, khususnya perawat, juga diakui Rakhmat telah ada yang dirawat dan didiagnosa positif terinfeksi COVID-19. Sejauh ini, pihaknya sudah menerima laporan bahwa ada 3 orang perawat yang sudah dinyatakan positif dan belum termasuk ODP dan PDP. 

Hal inilah yang dimaksudkan Rakhmat membutuhkan dukungan dari masyarakat. Pasalnya sebagian masyarakat masih ada yang menganggap corona dengan stigma yang buruk. Stigma ini membuat masyarakat jadi tidak jujur terhadap petugas medis.

"Banyak pasien yang datang ke rumah sakit, tapi kita sama sekali tidak menyangka bahwa itu adalah pasien ODP. Jadi kita merawat dengan kondisi yang biasa-biasa saja. Ada informasi yang disembunyikan, nanti setelah 3 hari muncul gejala klinis dengan pemeriksaan laboratorium yang khas COVID-19, dikonfirmasi baru jujur. Jelas ini merugikan sekali," kata Rakhmat lagi.

Baca Juga: 100 Ribu Perawat di Sulsel Disiapkan Bantu Tangani Pasien Corona 

4. Ada stigma negatif dari tetangga

Curhat Perawat di Sulsel: Pakai APD Bekas hingga Terima Stigma NegatifSeorang perawat beristirahat saat shift malam di sebuah rumah sakit di Cremona, Italia, Minggu (8/3/2020), pada foto yang didapat dari media sosial (ANTARA FOTO/Francesca Mangiatordi/@france_exa)

Stigma negatif masyarakat itu juga berdampak kepada para perawat yang menangani COVID-19. Rakhmat memberikan contoh kasus yang terjadi di Jawa Tengah di mana masyarakat menolak pemakaman jenazah perawat yang terinfeksi COVID-19. 

Beberapa perawat, ungkap Rakhmat, pernah dinyinyiri oleh tetangga kamar kosnya karena bolak balik ke kamarnya padahal dia tengah merawat pasien COVID-19. 

"Terakhir ini kami dapat laporan dari Toraja Utara. Setelah kami klarifikasi ternyata alasan dari kosnya itu adalah ingin mensterilkan kosnya sehingga diminta untuk mencari kos sementara. Tapi setelah disterilkan katanya mau dipanggil lagi kembali. Tetapi ini kan secara tidak langsung ditangkap sebagai sebuah stigma walaupun tidak secara langsung," katanya.

5. Menginap di hotel yang disediakan Pemprov

Curhat Perawat di Sulsel: Pakai APD Bekas hingga Terima Stigma NegatifIlustrasi petugas medis berada di dalam ruangan Respiratory Intensive Care Unit. (ANTARA FOTO/Ampelsa)

Menurut Rakhmat, semua rumah sakit memang seharusnya membuat kebijakan bahwa tenaga medis, khususnya perawat yang menangani kasus COVID-19, memang harus diberikan tempat untuk menginap atau karantina selama 14 hari. 

Saat ini, para perawat pun menginap di hotel yang disediakan oleh Pemprov Sulsel. Untuk menangani pasien COVID-19, mereka harus dibuat bergiliran. Setiap 14 hari ada pergantian untuk melakukan isolasi, sedangkan perawat yang tidak diisolasi tetap melanjutkan tugas mereka.

"Pemprov Sulsel juga alhamdulillah memfasilitasi kita sehingga Hotel Dalton dijadikan basecamp untuk teman-teman yang merawat pasien positif COVID-19. Ada beberapa hotel, termasuk Grand Syaang tapi Hotel Dalton untuk kami yang di posisi Tamalanrea," katanya.

Baca Juga: Dokter Bernadette Gugur karena Pasien COVID-19 di Makassar Tak Jujur

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya