TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Puluhan Pohon Ditebang untuk Bangun MPP Makassar, Walhi Sulsel: Ironi!

Pertanyakan langkah penebangan pohon

Taman Macan, lokasi yang dipilih untuk pembangunan Mal Pelayanan Publik. IDN Times / Aan Pranata

Makassar, IDN Times - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Selatan (Sulsel) mempertanyakan langkah Pemerintah Kota Makassar atas penebangan pohon di Taman Macan. Puluhan pohon ditebang untuk membangun Mal Pelayanan Publik (MPP) di lahan tersebut.

Kepala Departemen Riset dan Keterlibatan Publik Walhi Sulsel, Slamet Riadi, menyayangkan penebangan pohon tersebut. Dengan penebangan pohon itu, maka Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Makassar semakin berkurang padahal di saat yang sama, Makassar belum memiliki RTH yang cukup.

"Sebenarnya ini merupakan ironi karena kita ketahui bersama bahwa RTH kita mandek di 11 persen. Sangat jauh di angka 30 persen," kata Slamet saat diwawancarai IDN Times, Rabu (2/8/2023).

1. Lebih efektif jika membenahi pelayanan publik

Ilustrasi pelayanan publik. ANTARA FOTO/Feny Selly

Slamet menyebut bahwa seharusnya MPP tidak perlu dibangun di sekitar Taman Macan, terlebih dengan cara menebang pohon. Jika memang tujuan pembangunan MPP adalah untuk memperlancar segala urusan administrasi warga Kota Makassar, maka seharusnya tata kelolanya saja yang diperbaiki. 

Menurutnya, sistem pelayanan administrasi di zaman sekarang sudah bisa diintervensi dengan sistem daring. Pelayanan administrasi juga bisa dipencar di masing-masing kecamatan atau kelurahan sehingga lebih dekat dengan tempat tinggal masyarakat.

"Itu akan lebih efektif. Apalagi biaya atau anggaran yang ditelan untuk proyek ini besar yakni Rp200 miliar," katanya.

2. Risiko berdampak pada kerusakan lingkungan

Ilustrasi cuaca panas. (Pixabay.com/geralt)

Slamet menjelaskan pohon-pohon di Taman Macan memiliki fungsi ekologi karena rata-rata telah berusia tua. Berdasarkan hasil riset, Walhi menemukan bahwa satu pohon bisa menyerap karbon dioksida sebesar 28 ton setiap tahun.

Selain menyerap karbon dioksida, satu pohon juga bisa menyimpan air di bawah tanah sebesar 100 liter per tahun. Ketika ada sekitar 30 pohon yang ditebang demi pembangunan MPP, maka Kota Makassar gagal menyerap karbon dioksida sebesar 840 ton per tahun.

Selain itu, Makassar juga akan kehilangan cadangan air sebanyak 3.000 liter per tahun. Jika pohon gagal menyerap air, maka krisis air pun akan terjadi.

"Ini tentu mirip dengan kondisi krisis iklim saat ini karena karbon dioksida yang gagal diserap oleh pohon itu akan langsung ke atmosfer dan menjadi membuat bumi semakin panas," kata Slamet.

Kemudian, Taman Macan juga memiliki nilai budaya dan historis. Taman Macan mengisahkan perjuangan para pemuda Makassar untuk bebas dari belenggu penjajahan Belanda.

"Daerah itu kan adalah kawasan yang punya sejarah. Seharusnya dilindungi dan tidak ada bangunan-bangunan yang bisa nampak mencolok dan merusak estetika Taman Macan," katanya.

Baca Juga: Walhi Sulsel Sebut Reklamasi Lanjutan CPI di Pulau Lae-Lae Sesat Pikir

3. Pemkot harusnya menambah RTH yang sudah sedikit

(Ilistrasi RTH) IDN Times/Debbie Sutrisno

Terkait restitusi pohon, Slamet mempertanyakan mengapa baru sekarang. Pohon-pohon yang ditebang selama ini telah memiliki fungsi ekologis. Pohon hasil restitusi baru ditanam dan butuh waktu lama untuk bisa berkembang. 

Restitusi pohon, kata Slamet, memang sudah seharusnya dilaksanakan menyusul penebangan pohon di Taman Macan. Namun yang disayangkan yakni pohon-pohon ini hanya ditanam sebagai pengganti pohon yang ditebang.

"Seharusnya pohon itu memang diperuntukkan untuk menaikkan RTH. Ini kan ada pohon yang dikurangi tapi ada pula yang ditambahkan," katanya.

Baca Juga: Pemkot Makassar Ungkap Alasan Korbankan RTH Bangun MPP di Taman Macan

Berita Terkini Lainnya