Politik Identitas Ancam Toleransi Masyarakat
Politik identitas kerap muncul saat momen politik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Menjelang Pemilu 2024, ada kekhawatiran bahwa peristiwa intoleran karena politik identitas semakin menguat. Hal itu dikuatkan hasil survei Litbang Kompas pada 8-10 November 2022 di mana 77,8 persen responden merasa khawatir hilangnya toleransi pada Pemilu 2024.
Politik identitas di Indonesia memang masih persoalan yang terus terjadi, utamanya saat memasuki tahun politik. Pasalnya, isu SARA di Indonesia memang masih terbilang hal yang sensitif.
Terkait hal tersebut, Dosen Sosiologi Universitas Negeri Makassar (UNM), Bahrul Amsal, menilai bahwa kecenderungan pemilih di Indonesia belum dewasa dalam berpolitik. Mereka masih terjebak pada simbol-simbol dan pencitraan yang mengatasnamakan agama, ras, dan suku padahal situasi ini sebenarnya tidak sehat bagi proses politik jangka panjang.
"Kedewasaan politik itu tidak melihat keunggulan dari identitas melainkan gagasan dan visi. Akibatnya, dikarenakan belum matang dalam kedewasaan politik, toleransi menjadi terancam, dan berpeluang melahirkan perpecahan kembali," kata Bahrul kepada IDN Times, Minggu (20/11/2022).
1. Politik identitas kerap muncul di tahun politik
Menurut Bahrul, dampak politik identitas setelah Pemilu 2019 silam belum sepenuhnya pulih. Politik identitas hanya berhenti sementara dikarenakan masih ada kelompok kepentingan yang mempertahankannya dan kerap menggunakannya untuk tujuan-tujuan tertentu, salah satunya dalam politik.
Dengan kata lain, politik identitas masih berpeluang muncul pada Pemilu 2024 mendatang. Dia menilai politik identitas sering terjadi dalam momen politik karena hal itu diyakini bisa menarik perhatian dan minat publik sehingga lebih mudah dimobilisasi.
"Perlu diingat dengan memainkan identitas tertentu, pemilih akan merasa terpanggil karena merasa ada kedekatan tertentu dengan identitas bersangkutan," katanya.
Baca Juga: Guru Besar UIN Palu: Politik Identitas Bahaya Laten Pemecah Bangsa