TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pilkada Makassar, Pertarungan Klan Politik Terkuat di Tanah Daeng

Pola relasi politik di Makassar mengerucut pada klan

Ilustrasi pemilu. (IDN Times/Mhd Saifullah)

Intinya Sih...

  • Pemilihan Wali Kota Makassar menjadi pertarungan klan politik yang berpengaruh, dengan empat pasangan calon yang mendaftar.
  • Kandidat-kandidat memiliki latar belakang politik dan keluarga yang kuat, serta adanya peningkatan jumlah paslon dari 3 menjadi 4.
  • Munculnya kandidat baru di detik-detik terakhir seperti Amri Arsyid menunjukkan adanya resistensi terhadap dinasti politik, memberikan keuntungan bagi calon tanpa latar belakang politik.

Makassar, IDN Times - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) atau Pemilihan Wali (Pilwali) Kota Makassar menghadirkan pertarungan klan-klan politik paling berpengaruh. Hampir dipastikan bakal terjadi adu kuat klan politik di Pilwali Makassar.

Saat ini, ada empat pasangan calon yang telah mendaftar ke KPU Makassar. Mereka adalah Andi Seto Gadhista Asapa-Rezki Mulfiati Lutfi, Munafri Arifuddin-Aliyah Mustika Ilham, Indira Yusuf Ismail-Ilham Fauzi Amir Uskara, dan Amri Arsyid-Abdul Rahman Bando.

Pengamat Politik Universitas Hasanuddin, Andi Ali Armunanto, menilai Pilkada Makassar ini tak begitu jauh dari adu family power. Dia mengaku pesimis dengan kondisi tersebut.

"Sepertinya kita memang diatur keluarga tertentu. Ini sebenarnya juga menunjukkan bahwa memang pola relasi politik di Makassar mengerucut pada klan-klan politik tertentu dan tidak menyebar secara umum," kata Ali kepada IDN Times, Minggu (1/9/2024).

1. Hampir semua kandidat Pilwali Makassar dari klan politik

Ayah Seto yakni Andi Rudiyanto Asapa merupakan mantan Bupati Sinjai 2 periode yaitu 2003-2008 dan 2008-2013. Sebelum menjajal Pilwali Makassar, Seto lebih dulu menjabat sebagai Bupati Sinjai pada 2018-2023.

Seto juga merupakan menantu dari politisi Golkar Nurdin Halid. Namanya tentu sudah tidak asing di telinga masyarakat Sulsel bahkan nasional dan saat ini memegang posisi sebagai Wakil Ketua Umum Golkar.

Adapun Rezki Mulfiati merupakan Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan periode 2019-2023 dari partai NasDem. Pada Pileg 2024 lalu, Rezki yang kembali maju bertarung di Dapil Sulsel 2, kembali terpilih setelah memperoleh 21.683 suara di internal caleg NasDem.

Rezki merupakan putri dari mantan Kepala Dinas Pertanian Sulsel, Lutfi Halide yang saat ini menjabat Wakil Bupati Soppeng.

Kemudian, ada Munafri Arifuddin atau Appi yang merupakan mantan Manajer Persatuan Sepakbola Makassar (PSM). Dia juga adalah menantu dari pengusaha Bosowa Corporation, Aksa Mahmud.

Appi pernah berlaga di Pilkada Makassar 2018 tetapi kalah oleh kotak kosong. Tahun 2020, dia kembali maju namun akhirnya tetap kalah. Sebelum mendaftar di Pilkada Makassar 2024, Appi lolos Pemilu untuk DPRD Sulsel dengan mengantongi 29.802 suara.

Sementara Aliyah Mustika merupakan istri dari mantan Wali Kota Makassar, Ilham Arif Sirajuddin. Aliyah adalah kader Demokrat yang telah dua kali lolos ke Senayan sebagai anggota DPR RI.

Berikutnya, Indira Yusuf Ismail yang merupakan istri dari Wali Kota Makassar saat ini yakni Moh Ramdhan 'Danny' Pomanto. Majunya Indira dalam kontestasi Pilkada ini seolah untuk melanjutkan kerja-kerja Danny yang telah menjabat dua periode.

Lalu wakilnya yaitu Ilham Fauzi merupakan putra dari politisi sekaligus Wakil Ketua Umum PPP, Amir Uskara. Dia juga merupakan adik dari Ketua DPW PPP Sulsel, Imam Fauzan Amir Uskara.

Selanjutnya ada Amri Arsyid yang muncul mengejutkan di detik-detik terakhir pendaftaran. Amri tak lain adalah Ketua DPW PKS Sulsel. Ini baru pertama kalinya dia maju dalam kontestasi Pilkada.

Terakhir adalah Abdul Rahman Bando yang merupakan mantan birokrat Pemkot Makassar. Dia pernah menjabat Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Dinas Perikanan dan Kepala Badan Keluarga Berencana Kota Makassar.

Meski merupakan birokrat, namun Rahman Bando merupakan saudara dari Muslimin Bando yaitu mantan Bupati Enrekang dua periode 2013-2018 dan 2018-2023. Rahman Bando juga sempat maju Pilwali Makassar 2020 lalu dan berpasangan dengan Appi.

2. Kemunculan Amri Arsyid menjadi plot twist

Menyikapi kedelapan figur tersebut, Ali cukup tertarik dengan kemunculan Amri Arsyid dan Rahman Bando di detik-detik terakhir. Betapa tidak, Pilwali Makassar yang semula digadang-gadang diikuti 3 paslon, akhirnya diikuti 4 paslon setelah pasangan berakronim AMAN ini menjadi poros baru. Hal ini, kata Ali, tentu menjadi plot twist.

Ali mengaku ini menarik lantaran Amri tidak berasal dari klan politik mana pun. Kalaupun Rahman Bando berasal dari Enrekang, namun hal ini tidak begitu berpengaruh di Makassar karena Enrekang punya klan politik tersendiri.

"Tapi khusus untuk Amri kan dia tidak berasal dari keluarga politik walaupun mungkin dia ada keluarga politik tapi tidak seterkenal keluarga Seto dan Rudianto Asapa, Rezki anaknya Lutfi Halide, Aliyah Ilham, Munafri, Indira dan Ilham Fauzi anaknya Amir Uskara yang ini tidak terlalu mencolok aliran klannya," kata Ali.

Sebenarnya, kata Ali, bisa memberikan keuntungan untuk pasangan AMAN. Sebab, publik masih heboh dengan politik dinasti Jokowi yang masih menjadi sorotan. Isu ini tentu merambat ke Pilkada .

"Tentu yang tidak punya garis dinasti yang kuat justru akan mendapatkan keuntungan. Tapi di satu sisi ini kan hanya satu bagian wacana politik saja. Tentu akan banyak wacana politik lain yang akan berkembang," kata Ali.

Menurut Ali, Amri akan sangat diuntungkan dengan ketidaksimpatian masyarakat resistensi yang muncul akibat isu dinasti politik yang terlalu kuat saat ini. Meski begitu, Amri pun masih termasuk bagian dari komunitas politik saja.

"Tentu banyak lagi yang lain karena kita juga harus lihat relasi-relasi mereka seperti apa. Seperti apa orang-orang besar di belakang mereka, jaringan seperti apa yang bisa mereka gerakkan, potensi seperti apa yang bisa mereka mobilisasi ke dalam upaya mereka untuk memenangkan kontestasi politik itu sebenarnya ada banyak hal," kata Ali.

Meski begitu, Ali memandang ada untung rugi ketika calon berasal dari klan politik atau tidak. Keuntungannya, klan-klan politik ini sudah punya network tapi di sisi lain, dia berada pada kondisi yang tidak tepat saat ini karena Indonesia sedang digoncang isu dinasti politik.

"Tentu yang tidak punya latar dinasti, tidak punya latar political clan, tentu itu akan diuntungkan secara wacana," kata Ali.

Baca Juga: Daftar Lengkap Paslon Pilwali Makassar dan Partai Pengusung

Berita Terkini Lainnya