TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Makanan, Minuman dan Tembakau Picu Inflasi 1,74% di Sulsel

Terjadi kenaikan harga berbagai komoditas

Ilustrasi Inflasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Makassar, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi di Sulawesi Selatan sebesar 1,74 persen pada Juli 2024 (year on year). Terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 103,84 pada Juli 2023 menjadi 105,65 pada Juli 2024.

Kenaikan tingkat inflasi ditunjukkan dari hasil pemantauan BPS Sulsel di delapan kabupaten/kota. Perkembangan harga berbagai komoditas secara umum menunjukkan adanya kenaikan.

Dikutip dari Berita Resmi Statistik BPS Sulsel, Kamis (1/8/2024), inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok pengeluaran. Yaitu, kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 3,13 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,72 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,44 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,82 persen; kelompok kesehatan sebesar 1,72 persen.

Berikutnya, kelompok transportasi sebesar 0,72 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,18 persen; kelompok pendidikan sebesar 1,18 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 1,31 persen; kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 4,63 persen. Adapun kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar 0,10 persen.

Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y pada Juli 2024, antara lain: beras, emas perhiasan, Sigaret Kretek Mesin (SKM), cabai rawit, gula pasir, kontrak rumah, cumi-cumi, Sigaret Kretek Tangan (SKT), ikan layang/ ikan benggol, kopi bubuk, daun bawang, udang basah, akademi/perguruan tinggi, bensin, Sigaret Putih Mesin (SPM), tarif rumah sakit, nasi dengan lauk, mobil, ikan kembung/ikan gembung/ ikan banyar/ikan gembolo/ ikan aso- aso, dan biskuit.

Sedangkan komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi y-on-y, antara lain: daging ayam ras, telur ayam ras, ikan bandeng/ikan bolu, ikan cakalang/ ikan sisik,
ikan teri, bahan bakar rumah tangga, tomat, angkutan udara, air kemasan, tempe, ayam hidup, sabun cair/cuci piring, telepon seluler, asam, ikan lamuru, tepung terigu, shampo, bawang merah dan minyak goreng.

Dari delapan kabupaten/kota, inflasi tertinggi terjadi di Kota Parepare, yaitu 2,22 persen dengan IHK sebesar 106,29. Sedangkan yang terendah tercatat di Kabupaten Wajo sebesar 1,46 persen dengan IHK sebesar 105,72.

Baca Juga: Jokowi Sindir Ada Bupati Tak Tahu Angka Inflasi di Daerahnya Sendiri

Berita Terkini Lainnya