Profil Syamsari Kitta, Bupati Takalar dengan Visi Agraris

Beberapa kebijakannya langsung menyasar sektor pertanian

Makassar, IDN Times - Menjabat sebagai Bupati Takalar sejak 2017, Syamsari Kitta akan mengakhiri masa jabatannya pada 2022. Pada Juni 2021, pria berusia 47 tahun itu secara terang-terangan akan memilih bersaing menuju Senayan sebagai anggota DPR-RI daripada melanjutkan jabatan bupati di periode kedua.

Pada kancah politik regional, Syamsari dikenal sebagai Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Partai Gelora Sulawesi Selatan (Sulsel), jabatan yang diembannya sejak tahun lalu. Merupakan singkatan dari Gelombang Rakyat Indonesia, partai tersebut didirikan oleh eks-Presiden PKS asal Bone yakni Anis Matta, pada Oktober 2019.

Banyak yang masih asing dengan namanya, padahal ia diakui membawa misi membangun pertanian-peternakan untuk meningkatkan taraf hidup penduduk Takalar. Berikut ini IDN Times menyusun profil Syamsari Kitta, seperti dihimpun dari beberapa sumber.

Baca Juga: 5 Kuliner Khas Takalar yang Populer, Sedapnya Bikin Nagih!  

1. Syamsari Kitta menumbuhkan visi agraris saat kuliah di IPB

Profil Syamsari Kitta, Bupati Takalar dengan Visi AgrarisBupati Takalar periode 2017-2022, Syamsari Kitta (Instagram.com/syamsarikitta)

Syamsari Kitta lahir di Desa Campagaya, Kelurahan Galesong, Kabupaten Takalar, pada 24 September 1974. Tahun-tahun SD dan SMP dihabiskan di tanah kelahirannya, sebelum hijrah ke ibu kota provinsi untuk bersekolah di SMAN 2 Makassar (1989-1992).

Selepas masa putih abu-abu, ia melanjutkan pendidikan di Program Studi Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB). Saat jadi mahasiswa, Syamsari tercatat menjadi Ketua Senat Fakultas Peternakan IPB periode 1996-1997 serta pengurus Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia (ISMAPETI) tahun 1995-1997.

Setelah lulus dari IPB pada 1997, Syamsari kemudian kembali ke kampung halaman. Tak berapa lama setelah Orde Baru tumbang, ia terjun ke dunia politik di usia 24. Di tahun 1998, Syamsari bergabung ke Partai Keadilan yang baru dibentuk dengan posisi sebagai Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Kabupaten Takalar.

Partai Keadilan adalah cikal bakal Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Namanya berganti pada awal 2000-an seiring kegagalan mencapai ambang batas parlemen pada Pemilu 1999. Syamsari saat itu tetap bersama PKS, dengan jabatan sebagai Ketua Bidang Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Sulsel.

2. Sempat menjadi anggota DPRD Sulsel, sebelum terjun ke Pilkada Takalar

Profil Syamsari Kitta, Bupati Takalar dengan Visi AgrarisBupati Takalar periode 2017-2022, Syamsari Kitta (Dok. Humas Pemkab Takalar)

Syamsari mengawali karier politiknya dengan terjun ke Pemilu Legislatif (Pileg) 2004 untuk berebut satu kursi di DPRD Sulsel. Hasilnya, ia jadi salah satu dari beberapa calon yang keluar sebagai jawara di Daerah Pemilihan (Dapil) Sulsel I. Usai periode 2004-2009, Syamsari kembali terpilih untuk melanjutkan masa bakti 2009-2014.

Pada tahun 2012, peruntungan di Pilkada Takalar 2012-2017 dijajalnya bersama mendiang Hamzah Barlian sebagai calon wakil bupati (cawabup). Tapi saat itu, Syamsari berada pada urutan dua perolehan suara dengan mengumpulkan 40.152 suara, unggul dari lima pasangan calon lainnya. Sementara itu, sang pemenang yakni Burhanuddin "Bur" Baharuddin-M. Natsir "Nojeng" Ibrahim mengantongi 49.521 suara.

Di Pileg 2014, peruntungan berebut satu kursi di DPR-RI sempat dicobanya. Tapi dalam perlombaan menuju Senayan, Syamsari kalah perolehan suara dari Tamsil Linrung, "seniornya" di PKS Sulsel.

Pada tahun 2016, suami Irma Andriyani itu mengumumkan keikutsertaan di Pilkada Takalar periode 2017-2022. Masih sebagai calon bupati, kali ini politikus NasDem Ahmad Dg Se're yang digandeng untuk posisi calon wakil bupati.

Syamsari-Ahmad keluar sebagai pemenang. Mereka mengalahkan kontestan tunggal sekaligus pasangan petahana Bur-Nojeng, rival mereka di Pilkada sebelumnya, dengan perolehan suara tipis yakni 50,58 persen berbanding 49,52 persen.

3. Menurut data BPS, beberapa programnya mulai membuahkan hasil

Profil Syamsari Kitta, Bupati Takalar dengan Visi AgrarisBupati Takalar periode 2017-2022, Syamsari Kitta (Dok. Humas Pemkan Takalar)

Sebagai Bupati Takalar, Syamsari sempat menghiasi pemberitaan media medio awal November 2019. Ini terjadi setelah ia mendapat teguran keras dari Kementerian Dalam Negeri pasca-demolisi jabatan terhadap Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Takalar. Beruntung masalah tak berbuntut panjang, dan keputusan demolisi pun dibatalkan.

Di sisi lain, kebijakannya pada level pemerintah daerah membuahkan hasil. Menilik data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin bisa diturunkan meski tak drastis. Dari 26.990 di tahun 2017 ke 26.570 pada 2018. Setahun kemudian, angkanya kembali turun ke 25.930, dan pada 2020 di angka 25.380.

Sejalan dengan tren peningkatan di seluruh Sulsel, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) turut mengalami capaian positif. Dari 65,48 di 2017 naik ke 66,07 setahun kemudian. Masuk tahun 2019, angkanya menanjak lagi menuju 66,94 dan mencapai 67,31 pada 2020 silam.

Namun, pertumbuhan ekonomi Takalarjustru mengalami fluktuasi. Dari 7,37 persen pada 2017, turun ke 6,66 persen setahun kemudian. Masuk 2018, angkanya sempat naik tipis ke 6,87 persen. Tapi, pandemik COVID-19 memukulnya hingga -0,61 persen, terparah dari seluruh daerah Sulsel. Sebelum pandemik, bencana banjir diakui turut memberi pengaruh yang amat besar.

4. Sedang menempuh pendidikan doktoral dan sempat menjadi dosen

Profil Syamsari Kitta, Bupati Takalar dengan Visi AgrarisBupati Takalar periode 2017-2022, Syamsari Kitta (Instagram.com/syamsarikitta)

Syamsari juga pernah berkecimpung di sejumlah organisasi. Mulai dari Perhimpunan Petani Nelayan Sejahtera Indonesia Sulawesi Selatan, Dewan Penasehat Badan Komunikasi Remaja Masjid Indonesia (BPKRMI) Sulawesi Selatan, serta Pengurus Provinsi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Sulawesi Selatan.

Penyuka olahraga tenis dan bersepeda itu juga pernah mendapat penghargaan dari Indonesia Visionary Leader 2019 kategori The Best in Promoting Productive Agriculture. Untuk memaksimalkan potensi agraria daerahnya, beberapa kebijakan digodok. Mulai dari pembagian satu ekor sapi per KK, pemberdayaan kelompok tani, proyek irigasi, kerjasama dengan beberapa lembaga pertanian, hingga pendirian Institut Teknologi Pertanian (ITP) Takalar pada 2020.

Di tengah kesibukan sebagai bupati, ia masih fokus menuntut ilmu dan pendidikan secara umum. Syamsari sedang dalam proses menyesaikan program doktor Manajemen Bisnis di Sekolah Bisnis-Institut Pertanian Bogor (SB-IPB). Di tahun 2013, ia bahkan sempat menjadi dosen Program Studi Hukum Ekonomi Syari'ah (Mu'amalah) di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) YAPIS Takalar.

Baca Juga: Gak Jauh dari Makassar, Kamu Wajib Jajal 5 Spot Wisata Takalar Ini!

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya