Pelaku Pembunuhan Anak di Makassar Mengalami Tekanan

Pelaku ingin membuktikan ke orang tua bisa mencari uang

Makassar, IDN Times - Kapolrestabes Kota Makassar Kombes Budhi Haryanto bicara blak-blakan tentang kasus pembunuhan anak yang menghebohkan baru-baru ini di podcast Close the Door milik Deddy Corbuzier.

Ia menyebut bahwa kedua pelaku, AD (17) dan MF (18), sama-sama tertekan secara psikologis akibat perlakuan masing-masing orang tua di rumah.

"Si pelaku ini kesehariannya selalu ditekan orang tuanya. Disampaikan anak yang tidak berguna, tidak bisa membantu orang tua, dan lain sebagainya. Dua-duanya (pelaku, red.) hampir sama," jelasnya dalam siniar yang diunggah pada Kamis kemarin (19/1/2023).

Baca Juga: Polisi Limpahkan Berkas Perkara Pembunuhan Anak Makassar ke Kejaksaan

1. Kedua pelaku disebut selalu mendapat tekanan dari orang tua masing-masing

Pelaku Pembunuhan Anak di Makassar Mengalami TekananAdegan dua tersangka kasus penculikan dan pembunuhan anak di Makassar. (Dahrul Amri/IDN Times Sulsel)

Ia menjelaskan bahwa kombinasi tekanan secara sosial dan psikologis membuat sifat para pelaku berubah. Mulai dari tak lagi mengenal rasa perikemanusiaan, dan melakukan hal-hal di luar nalar untuk mewujudkan keinginannya.

"Pada posisi anak tertekan oleh lingkungan sosialnya, khususnya keluarga, ini anak muncul dendam. Ingin membuktikan pada orang tuanya bahwa dia bisa mencari uang, dia bisa kaya," jelas Kombes Budhi.

"Aspek psikologis itu tak bisa lepas dari aspek sosiologis yang memengaruhi. Apalagi tekanan dari keluarga dan paparan informasi di dunia maya," imbuhnya.

2. Sudah ada komunikasi dengan orang yang dikenal melalui Yandex

Pelaku Pembunuhan Anak di Makassar Mengalami TekananAf (18), salah satu tersangka penculikan dan pembunuhan anak umur 11 tahun saat diperiksa tim P2TP2A Makassar di Polrestabes Makassar. (Dahrul Amri/IDN Times Sulsel)

Berbicara lebih jauh, ternyata kedua pelaku sudah pernah menjalin komunikasi dengan seseorang yang dikenal dari Yandex, situs browsing asal Rusia tempatnya mencari informasi terkait perdagangan organ tubuh.

"Begitu tahu korban sudah meninggal, pelaku mencoba berkomunikasi dengan orang yang sudah dia hubungi dari jauh hari. Ternyata tidak ada jawaban, dan mereka bingung. Karena mereka tidak bisa mengambil organ, akhirnya jasad korban dibuang," ungkap Kombes Budhi.

Selain itu, ternyata salah satu pelaku ternyata pernah menonton liputan tentang perdagangan organ di salah satu stasiun televisi nasional. Ini disebut ikut memengaruhi niatan pelaku untuk mengeksekusi rencana yang sudah disiapkan selama satu tahun.

3. Orang tua harus berperan aktif dalam mengawasi aktivitas anak di media sosial

Pelaku Pembunuhan Anak di Makassar Mengalami TekananRekaman CCTV saat Dewa, korban penculikan dan pembunuhan, dijemput di depan sebuah minimarket di Makassar, Minggu petang (8/1/2023). (Dok. IDN Times/Istimewa)

Dari kejadian tersebut, Kombes Budhi menekankan bahwa tugas orang tua sangat berat. Tak hanya menemani tumbuh kembang anak dengan dukungan psikologis, tapi juga melakukan pengawasan saat menggunakan internet.

"Pelaku kejahatan anak-anak adalah korban lingkungan. Kita ingatkan orang tua untuk lebih kencang mengawasi anak saat bermain media sosial," paparnya.

Saat ini, berkas dua tersangka telah dikirim oleh tim penyidik Reserse Kriminal (Reskrim) Polrestabes Makassar ke jaksa penuntut umum (JPU). Berkas perkara dua tersangka sendiri dipisahkan dengan pertimbangan salah satu dari mereka masih berstatus anak.

Baca Juga: Detik-detik Dewa Diculik sebelum Ditemukan Tewas

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya