Mengupas Keresahan Gen Z atas Politik dan Isu Lingkungan di Pemilu

Dibahas dalam acara diskusi Gen Z Memilih di FISIP Unhas

Makassar, IDN Times - Sebagai kelompok umur yang paling melek teknologi, Gen Z dikenal sangat kritis dengan isu-isu sosial, salah satunya adalah lingkungan lantaran sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Tapi, sifat kritis ini justru menjadi pemicu banyak anak muda untuk bersikap apatis pada politik, dan bahkan terkesan "alergi" dengan hal tersebut.

Dua hal tersebut menjadi topik yang dibahas dalam acara diskusi Gen Z Memilih bertema Suara Gen Z dan Isu Lingkungan di Pemilu 2024 yang diadakan oleh IDN Times bersama Program Studi S3 Ilmu Politik FISIP Universitas Hasanuddin (Unhas), Rabu siang (15/3/2023).

Berlangsung di Aula Prof. Syukur Abdullah FISIP Unhas Tamalanrea, ada tiga pembicara yang dihadirkan untuk berbagi pandangan tentang sikap Gen Z serta isu lingkungan. Mereka adalah Komisioner KPU Makassar Endang Sari, Anggota DPRD Sulsel Fraksi NasDem Andre Prasetyo Tanta, serta politisi muda PAN Sulsel yakni Nurkanita Maruddani Kahfi.

1. Gen Z kini lebih kritis terhadap isu-isu yang diangkat dalam visi-misi

Mengupas Keresahan Gen Z atas Politik dan Isu Lingkungan di PemiluIlustrasi. Warga mengecek daftar pemilih saat pemilihan umum. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Berbicara membuka diskusi, Endang Sari menyebut bahwa visi-misi para calon jadi penentu ketertarikan generasi muda terhadap calon yang akan dipilih. Status sebagai generasi yang melek teknologi serta kecepatan mengakses informasi menjadi kunci, sekaligus jadi asal muasal sikap kritis. Dan ini disebut harusnya menjadi senjata ampuh memulai perubahan.

"Karakteristik dari Gen Z ini adalah blak-blakan, kelugasannya, kecepatannya dalam merespons isu, inisiatifnya, kepekaan sosialnya. Tentu sayang sekali dengan jumlah yang begitu besar kemudian Gen Z menganggap bahwa politik itu urusan orang tua dan kemudiam mereka memutuskan tidak ingin ikut campur sama sekali," ujarnya.

Dengan sikap kritis, Endang yakin bahwa suara Gen Z takkan bisa dibeli lewat cara money politic atau mudah dimobilisasi. Karena itu, para kandidat disebutnya harus pintar-pintar menarik perhatian dengan mengangkat isu yang selalu mengundang minat mereka, seperti isu lingkungan, dalam visi-misi.

"Jadi bukan hanya melihat tulisan dan desain balihonya, melihat bagaimana menariknya dia pada baliho tersebut, tapi pelajari apa sebenarnya yang ditawarkan dan mengulik kualitas gagasan yang diiusung sampai kemudian mereka percaya diri untuk maju menjadi calon wakil rakyat," ujarnya.

2. Banjir dan reklamasi jadi isu lingkungan yang menyita perhatian di Makassar

Mengupas Keresahan Gen Z atas Politik dan Isu Lingkungan di PemiluTim SAR gabungan mengevakuasi warga korban terdampak banjir dengan menggunakan perahu karet di Perumahan Antang, Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (25/12/2022). ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Andre Prasetyo Tanta mengurai bahwa sikap apatis dan apolitis anak muda tak lepas dari kekecewaan yang kadung memuncak. Mulai dari sorotan tajam terhadap peraturan yang lahir, hingga jarak yang begitu lebar antara rakyat dan para wakilnya. Karenanya, ia menyebut mengikis gap tersebut menjadi pekerjaan penting, sekaligus menjadi tolak ukur apakah seorang calon wakil rakyat layak dipilih atau tidak.

"Bagaimana kita menyampaikan dan menunjukkan hasil-hasil kerja yang sudah kita laksanakan kepada masyarakat. Bukan hanya muncul  pada jelang pemilihan saja. Termasuk juga politisi itu ada di saat betul-betul dibutuhkan oleh masyarakat. Apakah itu saat ada yang terkena musibah, membuat kebijakan mengenai kesehatan, dan lain-lain," ungkap pria 27 tahun itu.

Lantas bagaimana sikapnya atas isu lingkungan? Ada dua hal yang jadi perhatian Andre, yakni banjir dan reklamasi Centre Point of Indonesia serta Makassar New Port. Untuk banjir, sampah disebut menjadi perkara kompleks karena perlu keselarasan antara penerapan dan penegakan aturan, dan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan.

"Lalu untuk reklamasi, dampaknya sangat dirasakan para nelayan. Mereka harus pergi lebih jauh untuk menangkap ikan. Dan isu ini selalu disampaikan pada saat kita bertemu dengan masyarakat, terutama yang tinggal di Kecamatan Tallo dan Ujung Tanah. Yang terbaru, saya pun mendorong agar reklamasi Pulau Lae-Lae agar ditunda atau dipertimbangkan sebab mengganggu ekosistem laut di pulau tersebut," tegas Andre.

Baca Juga: Dear Parpol, Begini Cara Pikat Gen Z agar Mau Memilih di Pemilu 2024

3. Sebab generasi muda adalah penentu arah pembangunan, melalui pilihannya

Mengupas Keresahan Gen Z atas Politik dan Isu Lingkungan di PemiluSuasana acara diskusi GenZ Memilih IDN Times bertema "Suara Gen Z dan Isu Lingkungan di Pemilu 2024" di Aula Prof. Syukur Abdullah FISIP Unhas Makassar, Rabu 15 Maret 2023. (IDN Times/Dahrul Amri Lobubun)

Di sisi lain, Nurkanita Maruddani Kahfi mengakui bahwa isu lingkungan masih kurang menarik bagi para partai politik. Bahkan kerap luput dari rencana strategis atau program kerja. Ia berharap bahwa ke depannya, para pemangku kebijakan di partai politik bersedia mengangkatnya, tak cuma jadi tugas anggota dewan aktif saja. Terlebih isu ini genting karena menyangkut hajat hidup orang banyak.

"Negara ini sangat sering mengalami bencana banjir, dan kerugian yang dialami tentu tak sedikit. Di sini adalah momentum bagi partai politik. Mereka sebagai sarana kedaulatan rakyat yang sesungguhnya, jembatan menuju demokrasi yang melahirkan pemimpin-pemimpin masa depan, harus membuat atau merumuskan pengayaan literasi isu lingkungan dan ekosistemnya," paparnya di hadapan sekitar 100 mahasiswa yang hadir.

Senada dengan Endang, Nurkanita yakin Gen Z adalah pemilih yang sangat selektif. Akses informasi tak terbatas membuat riwayat seorang calon wakil rakyat bisa diakses. Bahkan bisa tahu rekam jejaknya, mulai dari prestasi hingga masalah. Alhasil, ini disebutnya bukan lagi alasan untuk menjauh dari kotak suara dengan alasan tak mengenal siapa saja figurnya. Keikutsertaan pun tak cuma memilih, tapi juga dipilih.

"Partisipasi anak muda hari ini adalah harga mati. Kenapa? Karena menyangkut kemajuan pembangunan, khususnya di Sulawesi Selatan, yang mengetahui dan bisa mengisi kepemimpinan itu adalah anak-anak muda. Dan ini sudah dibuktikan bukan hanya di dunia legislatif, tapi mulai dari ranah paling dasar kepemimpinan yaitu RT, RW, kepala desa, sampai bupati, sekarang sudah diisi oleh kawula muda," tandas Ketua DPD KNPI Sulsel tersebut.

Baca Juga: Dear Gen Z, Ini Tips Memilih Pemimpin di Pemilu 2024 agar Tak Menyesal

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya