Bernilai Sejarah, 7 Potret Landmark Kota Makassar Dahulu vs Sekarang

Sederet bangunan dengan nilai historis yang kuat

Makassar, IDN Times - Modernisasi adalah sebuah hal yang niscaya. Untuk kota berstatus pusat ekonomi, perubahan lanskap jadi tak lepas dari pembangunan. Setiap sudut akan dipercantik demi menambah daya tarik, entah bagi penduduknya sendiri atau pendatang.

Bangunan dipermak, area diperluas, obyek direvitalisasi. Semua dicapai dengan tujuan mendongkrak citra, terlebih bagi sebuah kota yang merangkap destinasi wisata.

Hal tersebut dialami oleh Makassar. Sebagai ibu kota Sulawesi Selatan yang sarat nilai historis, daya tariknya di mata wisatawan membuat usaha modernisasi dijalankan sejak dekade 1990-an akhir. Salah satu landmark yang mengalaminya langsung adalah Pantai Losari.

1. Kawasan Pantai Losari yang dikenal luas adalah warisan dari proyek Wali Kota H.F. Brune di dekade 1940-an

Bernilai Sejarah, 7 Potret Landmark Kota Makassar Dahulu vs SekarangPerbandingan situasi Pantai Losari dari dekade 1980-an dan awal 2000-an. (Instagram.com/makassartempodoeloe - Facebook.com/Idham)

Saat ditetapkan sebagai Gemeente atau kotamadya, pemerintah Hindia-Belanda hanya menunjukkan sedikit minat kepada daerah pesisir Makassar. Kendati catatan banyak pelancong menyebut pemandangan lepas pantainya sangat menawan, Batavia hanya berfokus pada penataan sistem tata kota dan infrastruktur penunjang administrasi.

Batavia memiliki visinya sendiri tentang bekas wilayah Kesultanan Gowa-Tallo itu. Sebuah kawasan yang membentang dari Klapperlaan (Jalan Haji Bau), Prins Hendrik Laan (Jalan Riburane) hingga Emmastraat (Jalan Mohammad Hatta) adalah pusat aktivitas kota terbesar di Pulau Sulawesi. Dan ini tentu saja termasuk kawasan Pantai Losari sekarang.

Awalnya, pasir pantai adalah pemisah antara jalanan dengan pesisir pantai. Kemudian tembok pendek bertindak sebagai pembatas. Barulah Wali Kota Makassar yakni H.F. Brune (memerintah 1936-1942 lalu 1945) memerintahkan perpanjangan diameter tembok laut.

2. Reputasi Pantai Losari sebagai ikon Makassar mencuat pada 1980-an, ditandai dengan pembangunan sejumlah hotel di sekitar kawasan tersebut

Bernilai Sejarah, 7 Potret Landmark Kota Makassar Dahulu vs SekarangKolase kawasan Jalan Pasar Ikan serta bangunan Makassar Golden Hotel dari dekade 1980-an dan sekarang. (Instagram.com/makassar.tempodoeloe)

Sebagai hasil dari proyek milik Brune, terciptalah sepasang ruas jalan yakni Stalstraat dan Strandweg. Kini keduanya dikenal sebagai Jalan Penghibur dan Jalan Sombaopu, tempat kawasan Pantai Losari berada (Heather Sutherland, "Whose Makassar? Claiming Space in a Segmented City", Comparative Studies in Society and History Vol. 53, No. 4 Oktober 2011).

Masa Perang Dunia II dilalui Pantai Losari dengan penuh ketegangan. Ia menjadi sasaran serangan pesawat tempur sekutu dan pemboman yang dilakukan oleh kapal-kapal perang Belanda. Di masa Revolusi Kemerdekaan, beberapa kali pos-pos militer Belanda di kawasan itu mendapat "kejutan" dari gerilyawan LAPRIS pimpinan Ranggong Daeng Romo.

Memasuki dekade 1980-an, Losari mulai dikenal sebagai salah satu destinasi bagi wisatawan lokal dan mancanegara. Pemandangan laut ditambah angin sepoi-sepoi sangat terpatri di benak penduduk Makassar. Ini seolah tergambar dalam lirik lagu daerah berjudul "Anging Mammiri." Beberapa hotel pun berdiri di sekitar kawasan tersebut. Salah satunya Makassar Golden Hotel.

3. Megaproyek revitalisasi Pantai Losari pada saat bersamaan turut mengikutsertakan Benteng Fort Rotterdam

Bernilai Sejarah, 7 Potret Landmark Kota Makassar Dahulu vs SekarangKolase perbandingan kondisi gerbang Benteng Fort Rotterdam Makassar, Sulawesi Selatan, dari dekade 1940-an dan kini. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures - IDN Times/Achmad Hidayat Alsair)

Pada dekade 1990-an, Pemerintah Kota Makassar melihat potensi pariwisatanya. Terlebih saat itu sejumlah titik mulai dipenuhi gerobak pedagang pisang epe' bakar serta jagung bakar. Penjaja kue-kue tradisional hingga warung-warung kopi turut lengkapi pilihan tempat nongkrong warga lokal atau pelancong. Beberapa hotel pun berdiri di sekitar kawasan tersebut.

Masuk milenium baru, sebuah proyek pun digodok. Di bawah bendera Gowa-Makassar Tourism Development Center (GMTDC), Pantai Losari akan mengalami proses modernisasi. Megaproyek ini dibahas langsung dengan presiden saat itu, Megawati Soekarnoputri pada September 2004. Singkat cerita, "restu" dikantongi. Mengurangi kemacetan dan penciptaan ruang publik jadi alasan utamanya.

November 2004, Wakil Presiden Jusuf Kalla bersama Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi meresmikan revitalisasi Pantai Losari lewat prosesi pemancangan tiang pertama. Proyek tersebut baru rampung pada Desember 2012, atau berlangsung selama delapan tahun. Selain Pantai Losari, turut pula Benteng Fort Rotterdam yang sempat rusak akibat pemboman sekutu.

4. Sempat rusak dan cukup lama tak mendapat perhatian, Benteng Fort Rotterdam mendapat revitalisasi dari tahun 2010 hingga 2012

Bernilai Sejarah, 7 Potret Landmark Kota Makassar Dahulu vs SekarangPerbandingan bagian selatan Benteng Fort Rotterdam Makassar pada dekade 1940-an dan sekarang. (Rijksdienst voor het Cultureel Erfgoed - IDN Times/Achmad Hidayat Alsair)

Riwayat Benteng Fort Rotterdam dimulai dari tahun 1545, saat pertama kali dibangun oleh Sultan Gowa ke-8, Daeng Matanre Karaeng Tumapa'risi' Kallonna. Awalnya disebut Benteng Jum Pandang, namun dijuluki Benteng Pannyua (bahasa Makassar untuk hewan penyu) oleh masyarakat sebab bentuknya mirip fauna laut tersebut kalau diamati dari atas.

Dipugar pada masa pemerintahan Sultan Alauddin (Sultan Gowa ke-15, memerintah 1586-1639), Jum Pandang diserahkan pada VOC melalui Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667. Namanya berubah lagi menjadi Fort Rotterdam, sesuai dengan kota kelahiran komandan Kompeni di Perang Makassar saat itu, Cornelis Speelman.

Benteng yang berada di Jalan Ujung Pandang ini seluas 11.605,85 meter persegi. Kondisi terawat sekarang adalah revitalisasi besar-besaran dari tahun 2010 hingga 2012. Di dalamnya terdapat Museum La Galigo, museum berisi keping-keping peradaban Sulsel dari zaman purbakala sampai Hindia-Belanda. Potongan naskah epos legendaris I La Galigo, turut disimpan dalam museum tersebut.

5. Gedung Raadhuis van de gemeente Makassar tak mengalami banyak perubahan sejak berdiri pada tahun 1916

Bernilai Sejarah, 7 Potret Landmark Kota Makassar Dahulu vs SekarangPemandangan gedung Balai Kota Makassar (kini Museum Kota Makassar) dari dekade 1930-an dan sekarang. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures - IDN Times/Achmad Hidayat Alsair)

Meski denyut modernisasi dan perubahan seolah terasa di seluruh penjuru Kota Makassar, sebagian bangunan masih dipertahankan dalam bentuk asli. Salah satunya yakni bangunan Balai Kota Makassar (Raadhuis van de gemeente Makassar). Berdiri pada tahun 1916, bangunan ini awalnya berfungsi sebagai kantor Wali Kota dan Dewan Kota Makassar.

Raadhuis pun sempat beberapa kali berpindah kepemilikan. Ke tangan tentara Jepang pada 1942 hingga 1945, kembali ke Belanda pada 1945 hingga 1949, lalu dikelola secara mandiri oleh pemerintah Indonesia sejak 1950 atau setelah Konferensi Meja Bundar Den Haag rampung.

Adminstrasi pemerintahan kian berkembang dari hari ke hari. Pemerintah Kota Makassar melihat gedung Raadhuis tak cukup lagi menampung seluruh pegawai. Maka pada tahun 2000, aktivitas Pemkot dipindah ke bangunan Kantor Gubernur yang terletak di Jalan Ahmad Yani No. 2. Adapun Raadhuis kemudian berubah fungsi menjadi Museum Kota Makassar.

Baca Juga: Cerita Pedagang Pisang Epe Pantai Losari, Nyambi dan Andalkan BLT

6. Meski gedung Makassarsche Apotheek sudah berpindah kepemilikan, bentuk aslinya tetap dipertahankan

Bernilai Sejarah, 7 Potret Landmark Kota Makassar Dahulu vs SekarangKondisi bangunan Makassaarsche Apotheek di Jalan Ahmad Yani, Makassar, pada dekade 1920-an dan sekarang. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures - IDN Times/Achmad Hidayat Alsair)

Tak jauh dari Gedung Balai Kota Jalan Ahmad Yani berdiri pula salah satu cagar sejarah Makassar lainnya: Makassaarsche Apotheek. Awalnya, bangunan bergaya arsitektur Eropa modern ini dimiliki oleh NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co, perusahaan farmasi yang didirikan oleh pemerintah Hindia-Belanda.

Pada tahun 1920, NV Chemicalien telah memiliki 20 cabang dan salah satunya berada di Makassar. Terletak di Hoogepad, Makassaarsche Apotheek pada tahun-tahun awal berdirinya menjual bermacam barang. Mulai dari obat-obatan, sabun, handuk, air mineral, kacamata hingga roll kamera.

Asal-usul hingga berpindah tangan ke PT Kimia Fama tak lepas dari kebijakan Republik Indonesia menasionalisasi sejumlah perusahaan milik Hindia-Belanda, termasuk NV Chemicalien. Sejumlah perusahaan farmasi kemudian dilebur ke PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma, yang kemudian berubah menjadi nama yang dikenal sekarang pada 16 Agustus 1971.

7. Proyek Tol Layang Reformasi - Pettarani jadi proyek modernisasi terbaru yang disaksikan oleh Kota Makassar

Bernilai Sejarah, 7 Potret Landmark Kota Makassar Dahulu vs SekarangPerbandingan kondisi Jalan Tol Layang Pettarani Makassar, Sulawesi Selatan, pada November 2019 dan Oktober 2020. (IDN Times/Asrhawi Muin - ANTARA FOTO/Arnas Padda)

Lantas apakah upaya modernisasi Kota Makassar berhenti? Tentu saja tidak. Tujuh kilometer ke arah timur Centre Point of Indonesia, sedang berlangsung proses pengerjaan Jalan Tol Reformasi - Pettarani sepanjang 10,4 kilometer. Sebagai tol dalam kota, ruas jalan ini diharapkan menjadi solusi dalam mengurai kemacetan Kota Makassar.

Lebih jauh, jalan ini diharap menjadi jawaban untuk keperluan masyarakat atas kemudahan transportasi sekaligus pembangunan konektivitas Kawasan Timur Indonesia. 

Dimulai sejak 30 April 2018, tol layang ini sempat direncanakan rampung pada Februari 2020 lalu. Namun, sejumlah kendala dihadapi seperti pengerjaan pipa PDAM dan pandemik COVID-19. Alhasil proyek ini ditargetkan rampung pada Oktober kemarin.

Apa kamu punya cerita tentang perubahan wajah Kota Makassar? Jangan ragu untuk membaginya, ya!

 

Sumber :

  • Heather Sutherland, "Whose Makassar? Claiming Space in a Segmented City", Comparative Studies in Society and History Vol. 53, No. 4 Oktober 2011
  • Andi Muhammad Said dkk, Bangunan Bersejarah di Kota Makassar, Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar, 2013
  • Yudhistira Sukatanya & Goenawan Monoharto, Makassar Doeloe, Makassar Kini, Makassar Nanti, Yayasan Losari, 2001

Baca Juga: FOTO: Potret Terkini Pengerjaan Tol Layang Pettarani Makassar

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya