Jatuh Bangun BRT Makassar yang Terus Merugi

Operasional dua koridor tersisa mengandalkan subsidi silang

Makassar, IDN Times - Bus transit cepat (BRT) Trans Mamminasata sempat menjadi harapan baru masyarakat terhadap moda transportasi massal di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, dan sekitarnya. Sejak mulai beroperasi pada tahun 2014, proyek pemerintah pusat itu diharap jadi solusi transportasi mudah sekaligus mengatasi masalah kemacetan lalu lintas.

Lima tahun berlalu, BRT malah perlahan mati suri. Dari rancangan awal sebelas koridor, pengoperasian bus hanya sempat berjalan pada lima koridor. Belakangan, Perum Damri cabang Makassar sebagai operator yang ditunjuk pemerintah, menutup tiga koridor karena tak sanggup menahan kerugian.

“Damri itu aset BUMN yang berorientasi keuntungan. Kalau kondisinya merugi, bagaimana mau beroperasi,” kata General Manager Damri Makassar M Ilyas Haryanto kepada IDN Times di Makassar, Selasa (2/4).

Ilyas memaparkan kondisi seputar pengoperasian BRT Trans Mamminasata yang disebut terus merugi sejak awal. Berikut uraiannya.

1. Tinggal sepuluh bus beroperasi pada dua koridor tersisa

Jatuh Bangun BRT Makassar yang Terus MerugiIDN Times / Aan Pranata

Pada tahap awal, Perum Damri mengoperasikan Koridor 2 yang melayani rute dari mal ke mal di dalam kota Makassar. Menyusul Koridor 3 rute Terminal Daya - Pallangga, Kabupaten Gowa; Koridor 1 Bandara Hasanuddin - Jalan Riburane Makassar.

Kemudian Koridor 4 melayani rute Terminal Daya - Terminal Maros, dan Koridor 7 Terminal Pallangga - Terminal Pallangga. Semua koridor ditempuh pergi pulang.

Kini, yang tersisa hanya Koridor 1 dan Koridor 3. Dari 30 armada BRT yang dikelola, Damri hanya mengoperasikan sepuluh di antaranya secara bergantian. Termasuk untuk satu rute non-koridor yang melayani rute antar-kampus UIN.

2. BRT sepi peminat karena kalah bersaing dengan transportasi daring

Jatuh Bangun BRT Makassar yang Terus MerugiIDN Times/Abdurrahman

Ilyas menjelaskan, BRT Trans Mamminasata sulit bertahan karena Damri tak punya cukup pemasukan untuk biaya operasional. Selama ini, untuk dua koridor tersisa, pihaknya menjalankan BRT dengan subsidi silang dari pendapatan bus reguler antar kota dalam provinsi.

Bukannya menghasilkan pendapatan, BRT malah merugi karena kurang peminat. Ilyas mengakui masyarakat masih cenderung memilih angkutan lain. Soal ini sangat terasa sejak kehadiran sarana transportasi dalam jaringan (online).

“Kita akui masuknya angkutan online sangat berpengaruh. Karena orang bisa bepergian sampai ke rumah, bukan turun di halte seperti jika menggunakan bus,” ucap Ilyas.

Baca Juga: Kemenhub Tetapkan Tarif Ojek Online. Di Sulawesi Jadi Berapa Ya?

3. Operator merugi hingga Rp3 miliar per tahun

Jatuh Bangun BRT Makassar yang Terus MerugiIDN Times / Aan Pranata

Hermanto, Manajer Teknik Operasional Damri Makassar mengungkapkan bahwa satu armada BRT butuh biaya operasional sekitar Rp400 ribu per hari. Biaya itu dihitung untuk keperluan bahan bakar serta membayar pengemudi dan pengawas. Belum termasuk keperluan lain, misalnya perawatan oli atau ban.

Kerugian sangat terasa, karena selama ini satu armada hanya menghasilkan pendapatan antara Rp50 ribu hingga Rp150 per hari. Biaya operasional pun ditutupi dari subsidi silang yang kian hari jumlahnya kian membengkak.

“Kerugian sudah sejak awal. Dari 2016 sampai tahun 2018, rata-rata rugi sampai Rp3 miliar per tahun. Ruginya dari pendapatan reguler yang disubsidi,” Hermanto menerangkan.

4. Damri dituntut terus untung

Jatuh Bangun BRT Makassar yang Terus MerugiIDN Times / Aan Pranata

Di tengah kerugian akibat tugas mengurusi BRT Trans Mamminasata, Perum Damri Cabang Makassar tetap dituntut menghasilkan pendapatan. Tahun ini mereka ditargetkan mencapai Rp23 miliar.

Ilyas menyebutkan, tahun lalu pihaknya dibebani target Rp24 miliar, namun hanya tercapai Rp19 miliar. Makanya tahun ini nilai target sedikit diturunkan.

Baca Juga: Makassar Bakal Punya Bus Perintis, Tarif Rata Rp5 Ribu

5. Menantikan janji subsidi dari pemerintah

Jatuh Bangun BRT Makassar yang Terus MerugiIDN Times / Aan Pranata

Perum Damri menjadi operator BRT Trans Mamminasata sejak mulai dioperasikan pata tahun 2014. Saat itu, Pemerintah Provinsi Sulsel disebut menjanjikan bantuan subsidi untuk meringankan beban Damri.

Pemprov, kata Ilyas, telah beberapa kali mengutarakan janji subsidi. Namun hingga lima tahun berselang, tidak ada yang terlaksana. Sehingga kerugian hanya ditanggung Damri sendiri. Ilyas menyatakan masih membuka diri jika pemprov maupun pemerintah pusat bermaksud menanggulangi bersama.

“Sesuai komitmen, kita operasikan saja semampu kami. Kalau tidak pasti sudah menyearah. Kalau saat ini masih ada yang bisa digerakkan untuk menutupi biaya operasi, kita tutupi,” kata Ilyas.

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya