Inisiatif Nyata Konservasi Gurita di Selat Makassar

Buka-tutup penangkapan gurita ala nelayan Langkai-Lanjukang

Makassar, IDN Times – Masyarakat nelayan Pulau Langkai dan Lanjukang di wilayah Kota Makassar, Sulawesi Selatan, berhasil menerapkan konservasi sistem buka-tutup penangkapan gurita. Sebuah upaya kolektif menjaga kelestarian ekosistem sumber daya perikanan laut.

Sistem buka-tutup penangkapan gurita diterapkan dengan menutup sementara area tertentu di laut. Selama masa tutup, nelayan tidak diizinkan menangkap gurita di area tersebut. Masa itu jadi kesempatan bagi gurita untuk berkembang biak dan tumbuh sebelum masa penangkapan dibuka kembali.

Sistem buka-tutup yang dipraktikkan secara lokal merupakan inisiatif menekan eksploitasi gurita, salah satu komoditas bernilai ekonomi bagi nelayan setempat. Di sisi lain, ini juga jadi langkah nyata mengurangi ancaman terhadap kerusakan ekosistem terumbu karang sebagai rumah bagi gurita dan ikan, karena ada waktu pemulihan.

“Ini kesepakatan nelayan Langkai dan Lanjukang. Kesadaran dari nelayan, bagaimana caranya mereka memproduksikan lokasinya supaya tangkapannya bisa berkelanjutan,” kata Erwin, nelayan asal Pulau Langkai, saat berbicara pada talkshow kolaborasi untuk penguatan tata kelola berbasis masyarakat di Makassar, Kamis, 31 Agustus 2023.

Langkai dan Lanjukang merupakan salah satu pulau terluar di wilayah Kota Makassar. Secara administratif, keduanya masuk wilayah Kecamatan Kepulauan Sangkarrang. Terletak di Selat Makassar, kita bisa mencapai kedua pulau itu dengan berlayar selama 2-3 jam dari dermaga di pusat kota.

Sebagaimana umumnya di kawasan Kepulauan Spermode, gurita jadi salah satu komoditas sumber daya perikanan yang melimpah di perairan Pulau Langkai dan Lanjukang. Nelayan tertarik menangkap gurita karena harga jual tinggi dan punya nilai ekspor. Menurut statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada tahun 2020, ekspor gurita asal Sulawesi Selatan mencapai 2,1 ribu ton lebih dengan nilai 10,7 juta dolar AS.

Baca Juga: Melihat Konservasi Penyu di Pantai Bajulmati Malang

Siasat konservasi dan peningkatan ekonomi berjalan beriringan

Inisiatif Nyata Konservasi Gurita di Selat MakassarNelayan menunjukkan hasil gurita tangkapan di perairan Pulau Lanjukang dan Langkai, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. (Dok. Yayasan Konservasi Laut Indonesia)

Inisiatif masyarakat Langkai dan Lanjukang mempraktikkan sistem buka-tutup penangkapan gurita didampingi oleh Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia, organisasi non-pemerintah yang bergerak di bidang konservasi ekosistem pesisir dan laut. Didukung Critical Ecosystem Partnership Fund (CEPF) dan Burung Indonesia, YKL menjalankan program penguatan ekonomi dan konservasi gurita berbasis masyarakat (Proteksi Gama).

Awalnya YKL Indonesia mendorong berbagai aktivitas pengembangan kapasitas pengetahuan dan kesadaran masyarakat setempat. Tujuannya membangun tata Kelola perikanan gurita yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, serta melindungi ekosistem terumbu karang dan biota laut penting lainnya. Hasilnya, masyarakat Langkai-Lanjukang sepakat dan memutuskan secara bersama wilayah perairan yang dikelola secara lokal.

Nirwan Dessibali, Direktur Eksekutif YKL Indonesia mengatakan, secara sederhana, sistem buka-tutup adalah memberikan area untuk gurita dapat bertumbuh dan berkembang biak melalui penutupan wilayah dan dengan waktu tertentu. Harapannya, jika gurita diberi waktu dan tidak diganggu dengan menutup lokasi penangkapannya, kuantitas dan kualitasnya bisa meningkat.

Umumnya penutupan berlangsung selama tiga bulan. Sejauh ini telah dilaksanakan empat kali sistem buka-tutup, termasuk yang masih berlangsung sejak 16 September hingga 17 Desember 2023.

Awalnya, pada Februari hingga Mei 2022 dilakukan uji coba dengan arena pengelolaan seluas 203,42 hektare di Taka Sallangang atau antara Pulau Langkai dan Lanjukang. Masyarakat kemudian kembali sepakat menjalankan buka-tutup kedua pada Agustus-Oktober di tahun yang sama pada area seluas 116,64 hektare di Taka Biring Batu, sebelah barat Pulau Lanjukang.

Kesepakatan berlanjut untuk melakukan buka-tutup wilayah penangkapan gurita pada bulan Maret-Juni 2023 seluas 55,22 hektar di Taka Biring Kassi, sebelah utara Pulau Lanjukang. Area di sekitar itu juga yang tengah berlangsung masa penutupan keempat.

“Proteksi Gama ini memiliki tujuan memperkuat program perikanan gurita skala kecil berbasis masyarakat, melindungi sumber daya ikan dan terumbu karang, dan meningkatkan penghidupan nelayan kecil. Kata kuncinya adalah bagaimana mendorong konservasi dan peningkatan ekonomi berjalan beriringan,” kata Nirwan.

Saat penangkapan gurita dibuka, ada masyarakat lokal terlatih atau community organizer yang mendata hasil tangkapan nelayan. Mereka mencatat berapa berat gurita yang ditangkap dan di mana lokasi penangkapannya. Tim dari YKL juga secara berkala memantau kesehatan terumbu karang dan biota laut penting. Hasilnya dilaporkan ke dinas terkait di Pemerintah Kota Makassar sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan pengelolaan yang lebih baik.

Menurut catatan monitoring hasil tangkapan gurita oleh CO, ada peningkatan hasil tangkapan gurita di Pulau Lanjukang-Langkai. Dari 258,1 kg pada bulan Juli, naik jadi 812,9 kg pada bulan Agustus, dan 974,34 kg pada bulan September. Meski belum dapat dipastikan secara konsisten dan meyakinkan apa yang mempengaruhi peningkatan berat hasil tangkapan, setidaknya itu jadi indikasi perubahan positif kenaikan kuantitas volume hasil tangkapan nelayan.

“Ada peningkatan ekonomi bagi nelayan, karena gurita tangkapan yang awalnya hanya masuk kategori berat grade C, D, dan E, setelah buka-tutup diterapkan bisa mencapai grade A dan B. Bisa sampai tiga kilogram (per ekor),” kata Nirwan.

Nirwan menjelaskan, wilayah yang ditutup sementara hanya sebagian kecil dari area tangkapan. Nelayan bisa menangkap gurita atau jenis perikanan lainnya di luar area penutupan. Sedangkan di masa penutupan, eksploitasi berlebih bisa ditekan sehingga terumbu karang bisa pulih dan mengurangi ancaman spesies yang terancam punah.

“Dari hasil buka-tutup, beberapa spot terumbu karang mengalami pemulihan dengan meningkatnya tutupan 5-10 persen karang hidup. Itu jika dibandingkan kondisi karang sebelum dan setelahnya,” Nirwan menambahkan.

Membangun kesadaran nelayan tidak semudah dibayangkan

Inisiatif Nyata Konservasi Gurita di Selat MakassarPeta lokasi sistem konservasi buka-tutup penangkapan gurita di perairan Pulau Langkai dan Lanjukang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. (Dok. Yayasan Konservasi Laut Indonesia)

Masyarakat Lanjukang dan Langkai berkomitmen melanjutkan praktik buka-tutup karena upaya sebelumnya menunjukkan hasil baik. Erwin, nelayan Langkai mengatakan, meningkatnya kuantitas dan berat gurita tangkapan di arena buka-tutup tentu meningkatkan penghasilan nelayan.

Area penutupan dipilih di lokasi yang terumbu karangnya mulai rusak. Pulihnya terumbu karang di masa penutupan tak sekadar mendorong produktivitas penangkapan gurita. Melainkan juga berdampak pada meningkatnya hasil tangkapan produk perikanan lain.

“Sebelum dilaksanakan buka tutup, lokasi penangkapan kami itu ikannya sudah mulai menurun. Untung kalau dalam satu hari kita lihat satu ekor ikan sunu. Setelah ada penutupan, semua spesies yang selama ini tidak kita lihat sudah mulai ada di lokasi itu. Terutama terumbu karang yang mati mulai tumbuh,” katanya Erwin.

Meski sistem buka-tutup berhasil dijalankan, Erwin menyebut upaya konservasi lokal itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dia mengatakan, butuh setidaknya waktu sembilan bulan sosialisasi sebelum sistem itu bisa dijalankan.

Tantangannya ada pada sebagian masyarakat pulau, terutama nelayan yang tidak setuju karena bisa mengurangi lokasi penangkapan. Selain alot soal penentuan lokasi, ada juga yang tidak sependapat soal luas wilayah penutupan.

Kelompok yang menginisiasi sistem-buka tutup butuh waktu panjang untuk meyakinkan kelompok lain yang belum terbangun kesadarannya. Menurut Erwin, itu karena pola pikir setiap orang berbeda-beda, sehingga butuh pendekatan berbeda pula untuk meyakinkannya.

“Tantangannya ini yang paling berat. Cara menyampaikan ke nelayan berbeda. Cara menerima nelayan juga berbeda-beda,” dia menceritakan.

Tantangan lain adalah nelayan asal luar daerah yang masuk menangkap ke kawasan ditutup. Biasanya nelayan luar masuk di malam hari, waktu yang sulit diawasi. Hal itu kemudian bisa diatasi setelah nelayan bersepakat bergantian menjaga lokasi penutupan, termasuk bergiliran di malam hari.

Erwin bersyukur kesadaran masyarakat Langkai dan Lanjukang mendapat dukungan berbagai pihak. Dia berharap sistem buka-tutup penangkapan gurita terus berlangsung di masa depan, dan ada penguatan kelompok untuk melestarikan upaya tersebut.

Sejalan dengan strategi penerapan ekonomi biru KKP

Inisiatif Nyata Konservasi Gurita di Selat MakassarKepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel, Muhammad Ilyas (tengah) menyerahkan poster perlindungan penyu kepada masyarakat Pulau Lanjukang. (Dok. Yayasan Konservasi Laut Indonesia)

Pada Sabtu, 16 September 2023, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sulsel Muhammad Ilyas ikut jadi saksi dimulainya penutupan keempat di perairan Lanjukang-Langkai. Penutupan sementara ditandai dengan pemasangan penanda berupa pelampung dilengkapi bendera dan papan informasi di kawasan tersebut.

Ilyas memuji inisiatif masyarakat setempat. Dia menganggap kegiatan seperti itu penting untuk menjaga keberlanjutan perikanan, khususnya gurita. “Kalau laut kita tidak dijaga, 10 atau 20 tahun mendatang anak cucu kita akan mencari ikan di mana, akan semakin jauh, seperti yang terjadi di banyak pulau,” ungkap Ilyas.

lyas menilai apa yang dilakukan nelayan Pulau Langkai dan Pulau Lanjukang perlu dicontoh oleh nelayan di pulau lain. DKP Provinsi berkomitmen melanjutkan program tersebut. Buka-tutup sementara juga dinilai sejalan dengan program Penjabat Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin terkait ketahanan pangan, sehingga harus didukung penuh. Tidak hanya di Pulau Langkai dan lanjukang, melainkan juga di lokasi-lokasi lain.

“Ini harus diperluas jangkauan di lokasi lain, nanti kami di DKP yang akan lanjutkan,” katanya.

Untuk mendukung sistem konservasi lokal di Langkai-Lanjukang, Ilyas berjanji akan membantu melakukan sosialisasi dengan masyarakat nelayan di pulau lain sekitar. Sebab salah satu kendala adalah masuknya nelayan dari luar menangkap ikan maupun gurita di kawasan yang ditutup. Sosialisasi juga perlu diikuti dengan patrol bersama dan penindakan bagi pelanggar.

“Nanti kita bisa lakukan patroli malam supaya ada efek mereka merasa diawasi. Jadi pendekatannya adalah sosialisasi dulu kemudian pengawasan, Nanti kami datang berkemah di sini, kita tunggu adakah yang datang malam-malam, bisa ditangkap, kan kita sudah sampaikan di sosialisasi,” kata Ilyas.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menyusun strategi penerapan ekonomi biru (blue economy) guna memulihkan kesehatan laut serta mempercepat pertumbuhan ekonomi kelautan yang berkelanjutan di tingkat nasional dan daerah. Salah satu strateginya adalah peningkatan cakupan dan efektivitas kawasan konservasi perairan dengan penetapan zona restriktif dan pemberdayaan masyarakat lokal. Upaya konservasi lokal seperti yang diterapkan di Pulau Langkai-Lanjukang bisa jadi contoh kecil penerapannya

Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan I Nyoman Radiarta mengatakan bahwa dalam pengelolaan sumber daya laut secara berkelanjutan, partisipasi masyarakat menjadi salah satu pilar penting. Pihaknya terus memperkuat pengelolaan kawasan konservasi perairan berbasis kearifan lokal.

Menurut Nyoman, ada timbal balik positif pada keterlibatan masyarakat dalam menjaga kawasan konservasi perairan. Di satu sisi, masyarakat berkontribusi pada pemeliharaan ekosistem laut yang sehat.

“Di sisi  lain, masyarakat  juga mengalami manfaat langsung dalam bentuk tercukupinya kebutuhan pangan, berkembangnya sektor pariwisata bahari, penelitian yang lebih mendalam, aktivitas diving yang menarik, dan berujung pada peningkatan ekonomi di  komunitas lokal," ujarnya dikutip di laman KKP.

"Pada gilirannya kita tentu berharap wilayah konservasi perairan yang lestari ini dapat memberikan daya ungkit ekonomi kepada masyarakat", Nyoman melanjutkan.

Baca Juga: Program Ekonomi Biru Maratua di Berau Libatkan Pemuda Lokal

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya