53 Tahun TIKI: Inovasi, Tantangan, dan Transformasi di Dunia Logistik

Eksistensi TIKI mengedepankan pengalaman konsumen

Makassar, IDN Times – Didirikan di Jakarta pada 1 September 1970, PT. Citra Van Titipan Kilat alias TIKI merupakan salah satu perusahaan jasa logistik tertua di Indonesia. Selama 53 tahun lebih, mereka melayani kebutuhan pengiriman paket antar daerah se-Nusantara.

TIKI mengandalkan layanan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, yaitu pengiriman cepat dengan harga terjangkau. Pengalaman dan kepercayaan pelanggan membuatnya bertahan dan terus memperluas jaringan. Jika di awal berdirinya cuma ada dua jaringan, yaitu di Semarang, Jawa Tengah; dan Pangkalpinang, Bangka Belitung; pada tahun 2023 TIKI memantapkan eksistensinya dengan memiliki 65 cabang utama pada kota-kota besar di 38 provinsi.

Presiden Direktur TIKI Yulina Hastuti menyebutkan, jaringan solid TIKI tersebar di 415 kota se-Indonesia. Ada 3.700 gerai yang menunjang layanan pengiriman andal dan efisien bagi pelanggan.

“Dan kami punya 1,500 mobil, 3,500 sepeda motor motor, dan lebih dari enam ribu karyawan,” kata Yulina saat berbicara pada webinar Leading Future Youthpreneurs in Logistics yang digelar bekerja sama dengan KUNCI Singapore, Minggu 17 Desember 2023.

Yulina yang bergabung dengan TIKI pada tahun 2012 menyebut dunia logistik sangat menarik dan penuh tantangan. Agar terus eksis, perusahaan jasa logistik dituntut terus berinovasi guna menghadapi hal-hal baru. Itu sesuai dengan perilaku dan gaya hidup pelanggan yang terus berubah sesuai masa.

“Jangan pernah merasa takut menghadapi hal-hal baru, karena di situlah kita akan belajar. Semua akan bisa terlewati jika ada kemauan dan usaha,” ucapnya.

TIKI dikenal dengan berbagai produk pengiriman. Layanan dasarnya berupa Regular Service (R3G), di mana kiriman tiba dalam waktu sekitar tiga hari. Lalu ada pengiriman lebih cepat, berupa Over Night Service (ONS) yang memungkinkan pengiriman hari ini dan besok tiba, serta Same Day Service (SDS) alias kiriman tiba di hari yang sama.

Inovasi mewarnai perjalanan panjang TIKI. Dari masa ke masa, berbagai layanan dihadirkan untuk memudahkan pelanggan. Pada 1990, memasuki era komputerisasi, TIKI mulai mengembangkan sistem operasionalya berbasis komputer. Di 2008, mereka menghadirkan aplikasi web yang memungkinkan konsumen mengecek ongkos kirim, status pengiriman, dan lain-lain. Layanan itu juga sudah tersedia di aplikasi mobile sejak tahun 2017.

Di tahun 2008, TIKI mengembangkan layanan drive thru yang sampai sekarang tidak dimiliki para kompetitor. Pada 2015, TIKI meluncurkan fasilitas Jemput Online (JEMPOL), layanan berbasis digital yang memudahkan pelanggan melakukan penjemputan paket gratis dari tempat. Lalu ada beragam layanan digital lain yang memudahkan interaksi dengan pelanggan, seperti SMS notifikasi status pengiriman secara berkala.

Baca Juga: Keren! Kurir TIKI Mulai Transisi Pakai Sepeda Motor Listrik  

Mengubah gaya sekaligus mendorong mitra UMKM saat pandemi

53 Tahun TIKI: Inovasi, Tantangan, dan Transformasi di Dunia LogistikIDN Times/Istimewa

Pada tahun 2020, TIKI menghadapi tantangan terbesarnya, yaitu saat dunia dilanda pandemi COVID-19. Saat itu banyak kegiatan yang tidak boleh dilakukan masyarakat, bahkan aktivitas keluar rumah dibatasi. Hal itu menuntut perubahan cara kerja, termasuk di bidang layanan logistik.

“Kita bicara pandemi, itu mengubah semuanya. Termasuk gaya hidup kita, yang tadinya datang ke kantor jadi bekerja di rumah, Dulu banyak pelanggan datang ke tempat kita, tapi pas pandemi, semua berubah,” Yulina mengenang.

Bagi Yulina, berbagai tantangan ditambah dengan ketatnya kompetitor selayaknya dijadikan motivasi untuk menghasilkan inovasi. Dan pandemi telah memacu TIKI menghadirkan inovasi baru yang menjawab kebutuhan sekaligus memudahkan pelanggan.

Di tahun 2020, TIKI meluncurkan layanan PUTAR alias Jemput Antar. Fasilitas berbasis aplikasi ini muncul untuk kebutuhan pengiriman instan tanpa harus berkunjung ke sales counter. Ada petugas yang menjemput paket ke rumah-rumah pelanggan untuk dikirimkan ke lokasi tujuan.

Tahun 2020 juga jadi awal layanan SERLOK (Seller Online Booking) TIKI, program dukungan bagi UMKM untuk mengembangkan bisnis dan meningkatkan daya saing di era ekonomi digital. Program ini memungkinkan UMKM member SERLOK mendapatkan berbagai manfaat dan penawaran khusus untuk mendukung kebutuhan usahanya. Mulai dari diskon ongkir sebesar 18 persen, fasilitas penjemputan gratis, fleksibilitas pembayaran, hingga peluang bonus dan penghargaan.

Member SERLOK juga memperoleh informasi dan mendapatkan kesempatan mengikuti berbagai workshop dan pelatihan terkait pengembangan bisnis dan pemasaran digital yang diselenggarakan TIKI. Yulina mengatakan era digital dan tantangan di masa pandemi memberikan ruang besar bagi para pelaku UMKM untuk mempromosikan produk dan menjangkau pelanggan lintas wilayah. SERLOK TIKI menyasar para UMKM yang memanfaatkan platform media sosial seperti Instagram dan Facebook untuk menjual produknya.

“TIKI ingin turut berkontribusi dalam mendukung UMKM Indonesia dalam menggarap pasar digital yang sangat besar ini dengan menyediakan berbagai kemudahan transaksi, keuntungan finansial, hingga pengembangan kompetensi dalam bisnis dan pemasaran digital,” ucap Yulina.

Lima pilar strategi bisnis dan upaya regenerasi

53 Tahun TIKI: Inovasi, Tantangan, dan Transformasi di Dunia LogistikPerjalanan TIKI dari masa ke masa. (Dok. TIKI)

Edwin Widiantoro, General Manager of Operations, Gateway, & IT TIKI menyatakan inovasi selalu diperlukan agar layanan tetap relevan. Dan inovasi dikreasikan dengan mengedepankan pengalaman konsumen.

“Touchpoint antara customer dengan TIKI kita buka semua. Tidak hanya harus ketemu langsung atau drop off di gerai atau sales counter,” katanya di webinar yang sama.

Sejak tahun 2021, TIKI menjalankan lima pilar strategi bisnis. Lima pilar itu berlandaskan pada customer, network, process, technology, dan people. Semuanya saling berkaitan dan berorientasi pada kenyamanan dan kepuasan pelanggan.

Pada pilar customer, Edwin menerangkan, TIKI berupaya mengetahui tabiat pelanggan dalam mengirimkan barang. Misalnya jenis, waktu, dan jumlah pengiriman. Pada pilar network¸TIKI terus memperluas jaringan ke berbagai daerah. Tidak hanya membuka cabang-cabang baru, tapi juga menjalin dan mengembangkan kemitraan dengan para agen.

Pilar process memastikan standardisasi proses kerja di semua unit. Mulai dari proses pickup, sorting, data entry, hingga delivery, semua berdasarkan standar yang sama agar kualitas pengiriman selalu terjamin.

Di sisi technology, pilar itu sejalan dengan berbagai transformasi digital TIKI dalam seluruh proses bisnisnya. Yaitu dengan meningkatkan aksesibilitas, baik melalui media sosial maupun aplikasi. “Semua hal sudah ada di situ, dari sisi pembayaran juga ditingkatkan. Dari sisi operasionalnya, bagaimana agar lebih efisien dan efektif,” kata Edwin.

Terakhir, pilar people, adalah investasi sumber daya manusia (SDM). Wujudnya melalui berbagai pelatihan terhadap karyawan dan agen. Pengembangan kapasitas SDM selalu dibutuhkan untuk memperkecil gap antara kebutuhan dengan yang tersedia.

“TIKI selalu invest people. Kita memastikan bahwa punya orang yang tepat di bidangnya. Karena ekspektasi customer selalu meningkat,” Edwin menambahkan.

TIKI juga sedang gencar memastikan kelangsungan dan regenerasi SDM. Satu tahun terakhir, ada program Goes to Campus sebagai ajang sosialisasi bisnis logistik dan peluang bagi entrepreneur muda. Diharapkan semakin banyak anak muda yang tertarik membangun kemitraan saling menguntungkan dengan TIKI.

Baca Juga: Industri Logistik Jadi Pendorong Pertumbuhan Ekonomi 2023 dan 2024

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya