100 Embung Swadaya, Adaptasi Perubahan Iklim ala KBA Kanreapia

Petani tetap produktif di tengah kemarau dan ancaman el nino

Makassar, IDN Times – Perubahan iklim telah mengirimkan sinyal yang semakin jelas tentang urgensi tindakan kolektif untuk melindungi lingkungan. Di tengah tantangan ini, masyarakat petani Desa Kanreapia di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, memilih jadi pelaku perubahan dengan mengambil langkah-langkah nyata adaptasi dan mitigasi untuk menjaga keberlangsungan hidup mereka.

Kanreapia merupakan desa penghasil sayuran di kaki Gunung Bawakaraeng. Terletak di dataran tinggi Kecamatan Tombolopao, 74 kilometer dari ibu kota kabupaten, Sungguminasa, kampung ini dianugerahi tanah yang subur dan mata air berlimpah. Masyarakat petani setempat bisa menghasilkan 20 ton sayuran per hari, dari kol, kentang, tomat, sawi, labu siam, daun bawang, hingga seledri.

Desa ini tak mengenal musim tanam. Budidaya pertanian yang berkelanjutan membuat petani bisa memaksimalkan potensi alam dengan bercocok tanam sepanjang tahun. Di puncak musim kemarau, saat orang-orang mengkhawatirkan dampak kekeringan, petani Kanreapia bisa tetap produktif karena telah mempersiapkan lingkungannya sejak jauh hari.

“Harga sayur lebih baik jika musim kemarau karena tidak semua desa bisa produktif. Jadi petani mendapatkan keuntungan karena bisa tetap budi daya saat harga sayuran tinggi,” kata Jamaluddin Daeng Abu, tokoh petani muda Kanreapia, saat berbincang dengan IDN Times, Rabu (23/8/2023).

Aktivitas budidaya tanam sayur di musim kemarau tak terlepas dari pengembangan embung pertanian. Kolam-kolam penampungan mulai dibangun secara swadaya sejak sepuluh tahun lalu, dan kini hadir tersebar di lahan perkebunan warga. Embung berperan sebagai penampungan air dari sumber mata air alami, yang memastikan pengairan untuk tanaman tercukupi saat tiada hujan. Hingga 2023, diidentifikasi seratusan embung yang terbentuk di sekitar lahan-lahan perkebunan Kanreapia.

“Embung berfungsi menampung air dari mata air yang dialirkan melalui pipa. Air dari embung itu yang dipakai menyirami tanaman sayur secara terjadwal agar tumbuh subur,” ucap Jamal.

Jamaluddin Daeng Abu merupakan petani muda putra daerah kelahiran 1988. Pada tahun 2014 dia menggagas hadirnya komunitas Rumah Koran, sebuah gerakan yang menumbuhkan minat baca dan literasi pertanian bagi orang dewasa maupun anak-anak Kanreapia. Gerakan yang membuatnya diganjar penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards dari Astra untuk bidang pendidikan di tahun 2017.

Melalui Rumah Koran, Jamaluddin bertahun-tahun membimbing petani di kampungnya memanfaatkan media sosial untuk memasarkan hasil pertanian. Hasilnya terasa, karena sayuran dari dataran tinggi Gowa kini bisa dipasarkan hingga daerah tetangga, bahkan ke luar provinsi.

Di saat yang sama, pria lulusan pascasarjana Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar itu terus mendorong kesadaran tentang inovasi pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan. Apalagi setelah Kanreapia dinobatkan sebagai Kampung Berseri Astra (KBA) pada tahun 2021, program pengembangan masyarakat berbasis komunitas yang didukung Astra. Program itu menitikberatkan pelestarian lingkungan sebagai salah satu pilarnya.

Baca Juga: Kampung Sayur Kanreapia Semakin Berdaya Berkat Pasar Tani

Embung sebagai upaya konservasi air tepat guna

100 Embung Swadaya, Adaptasi Perubahan Iklim ala KBA KanreapiaSalah satu embung pertanian di Desa Kanreapia, Kecamatan Tombolopao, Kabupaten Gowa, yang menunjang pertanian di musim kemarau. (Dok. Jamaluddin Daeng Abu untuk IDN TImes)

Pada pertengahan tahun 2023, Indonesia Bersiap menghadapi dampak fenomena El Nino yang mengakibatkan musim kemarau lebih panjang dari biasanya. Kondisi lebih kering sehingga curah hujan berkurang, tutupan awan berkurang, dan suhu meningkat.

Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) A. Fachri Rajab mengatakan, pada pertengahan Juli 2023, 63 persen dari zona musim di Indonesia sudah memasuki musim kemarau. BMKG memprediksi kemarau tahun ini lebih kering dari normalnya serta dari tiga tahun sebelumnya. Sulawesi Selatan termasuk salah satu daerah terdampak cukup kuat, yakni berpotensi mengalami musim kering yang ekstrem.

Sektor yang paling terdampak dari fenomena El Nino adalah sektor pertanian dan perkebunan. Rendahnya curah hujan bisa mengakibatkan lahan pertanian kekeringan, dan yang terparah mengalami gagal panen.

Masyarakat petani di Desa Kanreapia bisa jadi contoh bagaimana beradaptasi dengan perubahan iklim seperti sekarang. Salah satunya dengan pengembangan embung pertanian sebagai upaya konservasi air tepat guna dan murah. Pada musim hujan, embung jadi pemanen air hujan dan aliran permukaan. Dan di musim kemarau, kolam-kolam buatan itu  berfungsi sebagai penampung sumber mata air yang dapat mengatur ketersediaan air di lahan pertanian.

Jamaluddin menjelaskan, umumnya embung berupa kolam pada tahnah berbentuk segi empat yang digali secara swadaya. Ukurannya berbeda-beda, dari 2 x 4 meter atau yang lebih besar hingga sepuluh kali lipat, tergantung kebutuhan dan besarnya lahan pertanian. Dengan kedalaman rata-rata tiga meter, satu embung bisa menampung lima ratus hingga tiga ribu kubik air.

“Air dialirkan dengan pipa dari sumber mata air ke embung. Ada juga pipa yang menyalurkan air dari embung ke embung secara seri. Dengan menampung air, petani bisa menjadwalkan pengairan lahan sesuai kebutuhan agar tanaman tidak mati saat kemarau,” kata Jamal.

Embung membantu petani mengairi lahannya secara lebih efisien, dibandingkan jika menggunakan penyiraman langsung dari sumber mata air. Sebab air ditampung lebih dulu dalam jumlah banyak untuk kebutuhan pengairan yang lebih luas dalam satu waktu. Embung membuat laju aliran air melambat dengan diresapkan ke dalam tanah.

Dalam praktiknya, pengairan di lahan-lahan pertanian Kanreapia juga umumnya sudah menggunakan sprinkle. Yaitu sebuah irigasi melalui pipa ke sebuah lubang kecil yang mengeluarkan air berbentuk pancaran seperti hujan ke segala penjuru. Sprinkle digerakkan secara otomatis dengan memanfaatkan tenaga dinamo.

“Teknologi ini membuat penggunaan air lebih hemat, dan petani juga bisa hemat tenaga dan waktu karena bisa mengairi lahan sambil mengerjakan urusan lain,” Jamal menerangkan.

“Selain itu penggunaan pipa dari sumber mata air hingga ke embung dan sprinkle, lalu dibuka tutup dengan kran, mencegah air terbuang-buang. Ini semua upaya kita menghemat air, sebagai langkah menjaga sumber mata air yang menghidupi pertanian kita,” dia menambahkan.

Embung telah membantu petani KBA Kanreapia mengatasi kekeringan saat musim kemarau. Jadi solusi untuk mengairi tanaman yang ekring, sehingga tanaman tidak mati karena kekurangan air. Embung pertanian membawa pertanian Kanreapia sukses dalam budidaya di musim kemarau, karena kebutuhan air selalu terpenuhi.

“Kita ingin apa yang dilakukan di Kanreapia bisa menyebar ke desa-desa tetangga. Bisa dikatakan ini adalah salah satu keberhasilan karena mereka, bahwa ada metode, ada cara petani tetap produktif di musim kemarau, dan harapannya bisa ditiru di derah lain,” kata Jamal.

Akkamisi' dan upaya-upaya berkesinambungan menjaga lingkungan

100 Embung Swadaya, Adaptasi Perubahan Iklim ala KBA KanreapiaPemandangan Desa Kanreapia, daerah penghasil sayur-sayuran di Kecamatan Tombolopao, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. (Dok. Jamaluddin Daeng Abu untuk IDN Times)

Pengembangan embung bukan satu-satunya upaya masyarakat petani Kanreapia menjaga lingkungan dalam menghadapi perubahan iklim. Berbagai upaya berjalan beriringan selama bertahun-tahun, dan sebagian didorong oleh Jamal melalui Rumah Koran yang dia gagas.

Salah satu yang bertahan lama adalah kegiatan literasi lingkungan. Biasanya, Jamal mengajak anak-anak di desanya membaca buku di sungai. Sambil memancing minat baca, Jamal memperkenalkan kepada mereka tanaman atau tumbuhan di sekitar sungai agar tertanam rasa memiliki dan tanggung jawab menjaga lingkungan. Aktivitas itu pun biasanya disertai aksi bersih-bersih sungai.

“Bukan cuma anak-anak, tapi juga pemuda tani dan petani dewasa. Kami berupaya menanamkan agar kelestarian sungai harus dijaga sebagai sumber air. Apalagi desa kami berada di hulu, jangan sampai air yang sampai ke desa-desa tetangga jadi tercemar,” Jamal bercerita.

Masyarakat Kanreapia juga mengenal budaya gotong royong bernama “Akkammisi”. Dalam bahasa Makassar, “kammisi'” berarti hari Kamis. Dinamai demikian karena biasanya masyarakat berkumpul di satu titik setiap hari Kamis untuk mengerjakan satu hal yang bertujuan menjaga kelestarian lingkungan. Wujudnya bisa berupa perbaikan irigasi, pembersihan jalan tani, penanaman pohon, penggalian embung, dan lainnya.

“Termasuk kegiatan rutin penanaman pohon di sekitar mata air agar sumber-sumber air di desa kami tetap terjaga. Budaya ini sudah bertahan lama, dan alasan pemilihan hari Kamis sangat sederhana, karena itu di antara dua hari pasar, yaitu Rabu dan Jumat,” ujar Jamal.

Di sisi lain, pemupukan petani KBA Kanreapia selalu menggunakan pupuk organik. Misalnya penggunaan pupuk kandang dari kotoran ayam untuk tanaman daun seledri. Pupuk kandang memiliki banyak manfaat, yaitu menyediakan unsur hara di dalam tanah, serta memperbaiki struktur tanah yang mendorong pertumbuhan tanaman lebih optimal.

“Rumah Koran mendorong penggunaan pupuk organik sejak awal, karena membuat emisi lebih rendah. Ini bagian dari menjaga keberlangsungan dan keberlanjutan pertanian di daerah kami,” kata Jamal.

Melalui pemasaran modern memanfaatkan internet dan media sosial, petani Kanreapia bisa memperluas jangkauan pemasarannya. Yang menarik, aktivitas wirausaha petani setempat juga disertai aksi kemanusiaan lewat program sedekah sayur.

Secara rutin, para petani yang tergabung dalam Pasar Tani menyisihkan hasil panennya untuk disumbangkan. Sayuran dibagikan ke panti-panti asuhan, pesantren, atau kawasan terdampak bencana.

Jamal mengatakan, sejak aktif sekitar tahun 2020, para petani sudah membagikan seratus ton sayur. Ada lebih 100 panti asuhan yang jadi lokasi berbagi, tersebar di empat daerah, yakni Makassar, Gowa, Takalar, dan Maros. Setiap panti asuhan rata-rata mendapatkan bantuan dua kali atau lebih.

Tujuan gerakan ini adalah menumbuhkan semangat petani dermawan. Petani berinisiatif menyisihkan sebagian dari hasil panen untuk disumbangkan bagi orang yang membutuhkan. Misalnya, dari produksi 100 kg sayuran, dipisahkan 10 kg untuk program sedekah sayur.

“Dari menjaga mata air, lahan pertanian bagus karena pupuk organik, petani bisa mendapatkan keuntungan dunianya. Selanjutnya kita menjalankan program sedekah sayur untuk bekal tabungan di akhirat. Akhir dari cerita kembali ke situ sebenarnya,” ucap Jamal.

Upaya Jamal dan petani Kanreapia diganjar penghargaan Proklim Lestari

100 Embung Swadaya, Adaptasi Perubahan Iklim ala KBA KanreapiaTokoh pemuda petani Desa Kanreapia, Kecamatan Tombolopao, Kabupaten Gowa, menerima penghargaan Proklim Lestari dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022. (Dok. Istimewa)

Ada tiga identitas yang saat ini melekat pada Desa Kanreapia. Jamal mengatakan yang pertama adalah Kampung Sayur, sebagai binaan Satuan Brimob Polda Sulsel. Kanreapia didorong menjadi kampung produktif dengan pemberian berbagai bantuan, di antaranya seribu pupuk organik, seribu cangkul, dan seribu caping untuk petani.

Identitas kedua adalah Kampung Berseri Astra (KBA) binaan Astra. Ada empat pilar yang dikembangkan lewat program ini, yaitu memajukan pilar pendidikan, kesehatan, wirausaha, dan lingkungan. Dua tahun setelah ditetapkan jadi KBA, pada 2023 Kanreapia terpilih sebagai KBA Proklim Berkelanjutan berkat berbagai perubahan positif dan kemajuan berkelanjutan bagi masyarakat desa. Ini merupakan penghargaan next level KBA yang menekankan tiga fokus strategi, yaitu Electric Vehicle, Renewable Energy, dan Digitalization.

Identitas berikutnya Kampung Iklim binaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Kanreapia mendapatkan dua penghargaan Program Kampung Iklim (Proklim), yaitu Proklim Utama pada tahun 2020 dan Proklim Lestari atau yang tertinggi di tahun 2022.

Penghargaan proklim adalah bentuk pengakuan pemerintah atas inisiatif, dedikasi, dan komitmen masyarakat dalam mendukung penguatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim secara berkelanjutan. Kanreapia satu-satunya desa di Sulawesi yang meraih penghargaan Proklim Lestari. Penghargaan Proklim Lestari diserahkan secara langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar di Jakarta pada 22 Oktober 2022.

Penghargaan Proklim Lestari itu membuat Pemerintah Kabupaten Gowa turut berbangga, karena turut diapresiasi sebagai pemerintah kabupati yang melakukan pembinaan kampung proklim. Wakil Bupati Gowa Abdul Rauf Malaganni, mengaku sangat bersyukur.

Wabup menyebut Pemkab Gowa selalu berkomitmen terhadap pemeliharaan lingkungan, yang dibantu upaya-upaya mandiri dan kerja keras masyarakat. Proklim dianggap sebagai sebuah pengakuan dari pemerintah pusat kepada masyarakat dan pemerintah daerah karena telah melakukan adaptasi dan mitigasi lingkungan hidup.

“Semoga ini bisa dipertahankan bahkan ditingkatkan di tahun-tahun mendatang,” kata Abdul Rauf.

Proklim sendiri merupakan upaya Kementerian LHK mewujudkan komitmen global Indonesia menurunkan emisi secara lokal di tingkat tapak dengan melibatkan masyarakat. Pada tahun 2024 ditargetkan akan terbentuk 20 ribu unit kampung iklim di seluruh Indonesia, di mana saat ini telah terbentuk 4.218 unit Proklim.

Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Laksmi Dhewanti menyebutkan, pada tahun 2022, terbentuk Proklim di 424 lokasi. Dengan dengan estimasi menurunkan emisi karbon sebesar 301.144.26 Ton CO2.

“Proklim bertujuan meningkatkan ketahanan iklim, tapi pada saat yang bersamaan Proklim juga menyumbang kepada penurunan GRK (gas rumah kaca) di Indonesia, jadi tidak hanya dari kegiatan besar oleh perusahaan-perusahaan besar, tetapi masyarakat di tingkat tapak juga ikut berkontribusi menurunkan emisi, dan seluruh kegiatan ini akan tercatat dalam Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim atau SRN” ucap Laksmi dikutip dari laman KLHK.­

Baca Juga: Ayo Berkemah di Desa Wisata Bissoloro, Surga Para Campers

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya