Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WALHI Sulsel paparkan hasil riset air bersih di Aula Kantor Camat Tallo, Kamis (3/10/2024). (IDN Times/Asrhawi Muin)

Makassar, IDN Times - Setiap musim kemarau, masyarakat di wilayah utara Kota Makassar, Sulawesi Selatan mengalami kekeringan ekstrem. Rupanya, kondisi ini telah dirasakan warga setempat selama bertahun-tahun.

Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Sulsel menyebut selama 20 tahun lamanya warga yang tinggal di Kecamatan Tallo khususnya di Kelurahan Tallo, Kaluku Bodoa dan Buloa telah merasakan kelangkaan air bersih. Permasalahan ini diperparah dengan adanya pengaruh perubahan iklim yang semakin hari semakin dirasakan semua orang.

Kepala Departemen Riset dan Keterlibatan Publik WALHI Sulsel, Slamet Riadi, menyebut ini sebagai ironi. Bagaimana tidak, di saat Makassar yang disebut sebagai Kota Dunia justru ada warganya yang merasakan krisis air bersih selama bertahun-tahun.

"Apa yang dialami oleh ribuan warga yang tinggal di pesisir Tallo merupakan sebuah kenyataan pahit di tengah gembar-gembor pemerintah yang menyerukan Kota Makassar sebagai Kota Dunia dan Paling Bahagia. Sungguh sebuah ironi," kata Slamet saat pemaparan di Aula Kantor Camat Tallo, Kamis (3/10/2024).

1. Keluhan warga soal krisis air bersih

Ilustrasi air bersih. (Dok.IDNTimes/Istimewa)

WALHI lantas meneliti persoalan krisis air ini selama 4 bulan. Penelitian ini berlangsung di tiga kelurahan tersebut tepatnya di Kampung Galangan Kapal (Kelurahan Kaluku Bodoa), Kampung Buloa (Kelurahan Buloa) dan Kampung Makam Raja-raja Tallo (Kelurahan Tallo).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mixed Method Research dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif secraa bersamaan. Adapun data yang digunakan bersumber dari hasil observasi lapangan, wawancara mendalam, diskusi kelompok terfokus, penyebaran kuesioner (offline/online) dan anlisa spasial.

Dari 78 responden yang mengisi kuesioner secara online mengutarakan bahwa permasalahan air bersih yang mereka alami yakni PDAM yang tidak mengalir (27 persen), air bersih yang sulit (23 persen), sumber air jauh (11 persen), air harus dibeli (22 persen), dan kualitas air yang kurang baik (17 persen)

Sementara dari 86 responden yang mengisi kuesioner secara offline menggambarkan bahwa di Kelurahan Tallo, warga mengeluhkan air PDAM yang tidak mengalir. Kemudian di Kelurahan Buloa, warga mengeluhkan pemerintah yang tidak pernah mendengar keluhan air bersih warga dan di Kelurahan Kaluku Bodoa, warga mengeluhkan air berbau asin dan berwarna.

2. Rentetan permasalahan krisis air yang dipengaruhi lonjakan industrialisasi

Editorial Team

Tonton lebih seru di