Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
1001390026.jpg
Wakil Gubernur Sulsel, Fatmawati Rusdi, saat memimpin HLM TPID-TP2DD di Kantor BI Sulsel, Rabu (3/12/2025). (Dok. Humas Pemprov Sulsel)

Makassar, IDN Times - Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Fatmawati Rusdi, mendorong seluruh pemerintah kabupaten/kota menggerakkan penanaman cabai secara massal sebagai strategi pengendalian inflasi menjelang Natal dan Tahun Baru. Ajakan tersebut disampaikan dalam High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) Sulsel di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulsel, Rabu (3/12/2025).

Fatmawati menyoroti cabai sebagai komoditas yang kerap memicu gejolak harga di pasar. Menurutnya, produksi mandiri melalui urban farming mampu memperkuat pasokan sekaligus menekan tekanan harga menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional.

​"Cabai ini selalu menjadi penyumbang inflasi. Bagaimana kalau hari ini kita semua komitmen untuk menanam cabai bersama. Ini langkah sederhana tapi dampaknya sangat besar," kata Fatma, sapaannya.

1. Sidrap dijadikan rujukan daerah lain

Ilustrasi cabai (IDN Times/Wira Sanjiwani)

Fatma menilai Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) telah menunjukkan pola pengendalian harga yang konsisten dalam beberapa tahun terakhir. Daerah itu kemudian dijadikan rujukan bagi kabupaten/kota lain dalam menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan.

"Sidrap ini harus jadi benchmark bagi kabupaten/kota lainnya, bagaimana mereka menjaga stabilitas dan mengelola inflasi secara konsisten. Kolaborasi kuat itu yang harus kita tiru," kata Fatma.

2. Daerah diminta perkuat infrastruktur pangan

Ilustrasi bahan pangan. (IDN Times/Asrhawi Muin)

Ketua Harian TPID Sulsel, Jufri Rahman, juga menekankan perlunya percepatan pembangunan infrastruktur penyimpanan dan distribusi pangan di daerah. Upaya itu mencakup optimalisasi fasilitas yang sudah tersedia agar pasokan lebih terjaga dan efisien.

​"Optimalisasi cold storage eksisting, pembangunan pabrik es mini di pelabuhan strategis, dan pemanfaatan teknologi ozone untuk memperpanjang umur simpan hortikultura harus dipercepat. Semua langkah teknis ini penting untuk menahan gejolak harga," jelas Jufri.

Dia menilai pengendalian harga membutuhkan pendekatan yang lebih menyeluruh dan saling terhubung antarsektor. Di antaranya yaitu intensifikasi Gerakan Pangan Murah, peningkatan serapan beras SPHP bersama Bulog, antisipasi cuaca ekstrem, serta pemanfaatan BTT untuk subsidi ongkos angkut.

3. Inflasi Sulsel terkendali, deflasi terjadi pada November 2025

ilustrasi inflasi (IDN Times/Aditya Pratama)

Sementara itu, Kepala Perwakilan BI Sulsel, Rezki Ernadi Wimanda, melaporkan inflasi Sulawesi Selatan berada dalam kondisi terjaga. Pada November 2025, Sulsel mencatat deflasi 0,07 persen (month-to-month), setelah pada Oktober mencatat inflasi 0,10 persen. Secara kumulatif, laju inflasi hingga November 2025 mencapai 2,34 persen (year-to-date).

Rizki menjelaskan bahwa periode Natal dan Tahun Baru umumnya diikuti pola kenaikan harga pada sejumlah komoditas. Dia menyebut cabai rawit, angkutan udara, bawang merah, beras, dan telur ayam ras sebagai komoditas yang historis menunjukkan peningkatan harga pada momentum tersebut.

"Inflasi kita berada dalam rentang target nasional dan relatif terkendali. Ini banyak didukung oleh terjaganya pasokan hortikultura, beras, aneka ikan segar, dan cabai rawit. Kenaikan harga emas perhiasan dan daging ayam ras masih menahan deflasi lebih dalam," kata Rezki.

Editorial Team