Apartemen ikan di perairan laut Sulawesi Selatan. Dok. Humas Pemprov Sulsel
Selain itu, apartemen ikan juga mengurangi tekanan penangkapan di area rentan seperti terumbu karang alami, sehingga berkontribusi langsung pada pelestarian ekosistem laut.
Pemasangan 1.657 unit modul ini dilakukan dengan memperhatikan kondisi oseanografi, kedalaman, substrat dasar perairan, serta pola arus di masing-masing lokasi. Setiap unit dirancang agar mampu menciptakan ruang perlindungan bagi ikan dan biota laut, menjadi tempat bertelur (spawning ground) dan pembesaran (nursery ground), meningkatkan keanekaragaman hayati (biodiversity), serta mendorong tumbuhnya terumbu karang buatan sebagai penyangga ekologis.
Diproyeksikan 1 modul apartemen ikan rata-rata menghasilkan 40–90 kg ikan/bulan atau 500–1.000 kg/tahun per modul (Tidak seluruh ikan dipanen — diasumsikan 60% dari biomassa bisa ditangkap tanpa merusak fungsi ekosistem).
Ilyas menjelaskan, dengan harga rata-rata campuran tuna, kakap, kerapu, tongkol, dan pelagis kecil sebesar Rp 35.000/kg. Maka produksi bersih per modul per tahun 600 kg × 60% = 360 kg modul/tahun. Sehingga jika 1.657 modul apartemen ikan yang dibangun, maka menghasilkan sekitar 596 ton ikan per tahun. Dengan nilai ekonomi mencapai Rp 20,9 miliar per tahun. Apalagi apartemen ikan ini bersifat jangka panjang dengan usia pakai 7-15 tahun, maka dalam waktu 5 tahun bisa menghasilkan nilai ekonomi Rp 104,3 Miliar dan 208,7 Miliar dalam waktu 10 tahun.