Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Tangkapan layar webinar Unicef dan Tulodo, Kamis (6/8/2020). Dok IDN Times/UNICEF

Makassar, IDN Times - Perkawinan anak masih menjadi masalah krusial di Indonesia. Salah satu provinsi yang menjadi fokus adalah Sulawesi Selatan (Sulsel). Dengan persentase di atas angka rata-rata nasional yakni 11,54 persen, beberapa kali Sulsel menjadi perhatian khalayak umum lewat kasus pernikahan pasangan di bawah umur.

Sebagai salah satu cara untuk menurunkannya, pemerintah dan organisasi anak dunia UNICEF berkolaborasi dalam sebuah proyek pencegahan perkawinan anak di Kabupaten Bone. UNICEF tak bekerja sendiri, mereka menggandeng organisasi non-profit Tulodo Indonesia.

Sebagai perkenalan, mereka mengadakan lokakarya daring perihal proyek tersebut pada Kamis (6/8/2020) siang. Pembicara berasal dari lintas instansi, mulai dari Kementerian PPA, dinas terkait di tingkat daerah, termasuk organisasi perempuan.

1. Persentase kasus perkawinan anak di Sulsel cenderung menurun dalam tiga tahun terakhir

pixabay/StockSnap

Berbicara membuka lokakarya, Amanda Bissex selaku Kepala Perlindungan Anak UNICEF Indonesia menjelaskan proyek ini menggandeng Pemerintah Daerah Kabupaten Bone, Lembaga Penyiaran Pemerintah dan Tulodo. Meski terhalang pandemik COVID-19, ia percaya proyek ini tetap berjalan lancar.

"Situasi COVID-19 membuat kita lebih kreatif untuk menjangkau komunitas melalui cara-cara baru seperti online. Pembatasan kemungkinan masih akan berlanjut selama program ini berlanjut," ungkap Amanda.

Sementara itu, Deputi Menteri PPPA Bidang Tumbuh Kembang Anak yakni Lenny N. Rosalin menyinggung data. Pada tahun 2017, Sulsel menempati urutan ke-12 proporsi perempuan berumur 20-24 tahun yang menikah sebelum 18 tahun, yakni 14,76 persen. Persentase kemudian turun ke 14,1 persen pada 2018, kemudian turun ke peringkat 19 (12,1 persen).

2. Perkawinan anak menjadi salah satu penghalang usaha pembangunan berkelanjutan

Editorial Team

Tonton lebih seru di