Tanggapi Kebijakan Tarif AS, Mentan: Indonesia Tak Perlu Khawatir

Intinya sih...
- Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman, menegaskan Indonesia tidak perlu khawatir atas kebijakan tarif impor AS 32 persen
- Indonesia memiliki strategi kuat untuk menjaga stabilitas ekonomi di sektor pertanian dengan mengalihkan ekspor CPO ke Amerika untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
- Menurut Amran, ekspor CPO bisa dialihkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tanpa mengganggu kestabilan pasar dan Indonesia juga memiliki posisi tawar dalam perdagangan global
Makassar, IDN Times - Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman, menegaskan bahwa Indonesia tidak perlu khawatir atas kebijakan tarif impor 32 persen yang diberlakukan Amerika Serikat. Dia menyebut Indonesia memiliki strategi yang cukup kuat untuk menjaga stabilitas ekonomi, khususnya di sektor pertanian.
Hal tersebut disampaikan Amran usai menghadiri Pembukaan Musyawarah Besar (Mubes) XII Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) dan Pertemuan Saudagar Bugis-Makassar (PSBM) XXV di Hotel Four Points by Sheraton, Makassar, Kamis (10/4/2025).
"Saya kira tidak. Kenapa? Artinya ada dampak tapi tidak perlu khawatir. Kenapa? Kami punya biofuel 1,7 juta ton ke Amerika. Kalau ini harus kita kurangi, kita menjadikan biofuel dalam negeri B40 atau B50, kami butuh 5,3 juta ton. Berarti tidak ada masalah," kata Amran.
B40 dan B50 adalah campuran bahan bakar minyak (BBM) solar dengan minyak sawit. B40 mengandung 40 persen biodiesel, sedangkan B50 mengandung 50 persen biodiesel.
1. Jaga keseimbangan pasar
Menurut Amran, ekspor CPO (Crude Palm Oil) atau minyak kelapa sawit mentah Indonesia ke Amerika bisa dialihkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, tanpa mengganggu kestabilan pasar. Selain itu, Indonesia juga memiliki posisi tawar dalam perdagangan global, termasuk impor gandum dari Amerika.
Menurutnya, ini soal keseimbangan dagang. Indonesia butuh gandum dari Amerika, sedangkan Amerika butuh CPO dari Indonesia.
"Perdagangan antara Amerika dan Indonesia ini bisa balance (seimbang) karena kita butuh gandum. Kita ambil gandum dari Amerika yang tidak ditanam di Indonesia," jelasnya.
2. Peluang membuka pasar baru
Amran mengumpamakan jika satu pasar terganggu, maka pemerintah bisa mengalihkan atau mencari pasar lain. Menurutnya, Indonesia bukanlah pasar kecil dalam kancah ekspor impor.
"Ingat, Indonesia itu pasar besar. Kita melakukan biofuel B50. CPO yang kita ekspor 26 juta, ini nanti membutuhkan 5,3 juta ton," katanya.
Lagipula, Amran juga menilai bahwa kebijakan luar negeri semacam itu adalah hal biasa dalam perdagangan internasional. Di mana ada peluang maka itulah yang akan menjadi target pasar.
"Artinya tidak terlalu sulit. Terus kita membuka pasar lain. Contohnya kita impor 10 juta ton gandum dari Amerika, kita tambah (pasar), Amerika selesai," kata Amran.
3. Pertanian tetap jadi sektor tangguh
Amran menambahkan, sektor pertanian Indonesia menunjukkan ketahanan yang luar biasa di tengah gejolak global. Bahkan, sejumlah komoditas justru mengalami peningkatan nilai jual di pasar internasional.
Dia menegaskan dalam kondisi krisis global sekalipun, Indonesia tetap bisa berdiri kuat jika pangan dalam negeri aman. Jika pangan aman, maka negara pun akan aman. Sejauh ini, kata dia, kondisi pangan Indonesia masih tetap aman.
"Negara kita sangat kuat. Pangan sudah aman. Yang vital adalah pangan. Kalau pangan bermasalah, negara juga bermasalah. Sekarang pangan aman," katanya.