Ilustrasi. Siswa belajar daring memanfaatkan fasilitas Wifi di Kelurahan Bandulan. IDN Times/ Alfi Ramadana
Petugas Bagian Kesiswaan dan Humas SMPN 27 Makassar, Naston mengungkapkan, Rusli merupakan satu dari 300 siswa yang lulus pada tahun ajaran baru. Rusli lulus murni melalui jalur pendaftaran afirmasi prasejahtera non zonasi.
"Masuk dalam kategori keluarga yang tidak mampu," ujarnya.
Naston menjelaskan, Senin, 3 Agustus 2020 lalu, orang tua Rusli berkoordinasi dengan pihak sekolah terkait ketidakmampuan mereka memfasilitasi anaknya bejalar daring. Atas pertimbangan itu, pihak sekolah akhirnya menyetujui agar Rusli menggunakan fasilitas sekolah untuk belajar.
"Mereka minta untuk belajar di sekolah karena tidak punya HP. Tidak ada juga tetangga mereka bisa dia datangi untuk belajar bersama. Kemudian hasil rapat dengan guru-guru, kita setujui supaya dia bisa datang langsung dan pakai sarana (komputer) yang ada di laboratorium," Naston menjelaskan.
Naston menyebut tiga hari terakhir Rusli disiplin datang sebelum jam belajar dimulai pukul 08.00 WITA. Karena sekolah menerapkan protokol kesehatan, Rusli dianjurkan untuk menggunakan masker dan mencuci tangan sebelum mengikuti pelajaran online di dalam laboratorium.
Saat ini, lanjut Naston, pihaknya berupaya mendata ulang berapa banyak siswa mereka yang kesulitan mengakses fasilitas belajar online karena kondisi pandemik COVID-19. Sekolah berkomitmen untuk menyediakan fasilitas yang ada di sekolah bagi siswa yang keluarganya kurang mampu.
"Untuk saat ini baru Rusli yang berinsiatif datang. Tapi sebetulnya ada beberapa juga yang mengeluhkan tidak bisa belajar daring karena tidak punya fasilitas. Ada juga mengeluhkan masalah kuota. Karena kebijakan pemerintah tidak bisa ada perkumpulan, kita masih pelajari berapa orang yang bisa kita fasilitasi," katanya.