Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20251124-WA0058.jpg
Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman memimpin Apel Kesiapsiagaan Bencana Hidrometeorologi di Lapangan Upacara Kantor Gubernur Sulsel, Senin (24/11/2025). (Dok. Humas Pemprov Sumsel)

Makassar, IDN Times - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menggelar Apel Kesiapsiagaan untuk menghadapi potensi bencana hidrometeorologi menjelang puncak musim penghujan akhir tahun. Apel dipimpin Gubernur Andi Sudirman Sulaiman dan berlangsung di Lapangan Upacara Kantor Gubernur Sulsel, Senin (24/11/2025).

Kegiatan ini menjadi langkah penguatan kewaspadaan daerah dengan melibatkan unsur TNI-Polri, Basarnas, BPBD kabupaten/kota, dan berbagai elemen kebencanaan. Koordinasi pentahelix disiapkan sebagai tindak lanjut arahan Presiden yang meminta pemerintah daerah meningkatkan kesiagaan menghadapi cuaca ekstrem.

Kepala Pelaksana BPBD Sulawesi Selatan Amson Padolo menyampaikan apel kesiapsiagaan ini menjadi bagian penting dalam memperkuat respons cepat daerah. Dia menuturkan kegiatan ini menjadi bagian dari konsolidasi seluruh unsur yang terlibat dalam penanganan bencana.

"Jadi ini salah satu amanah bapak Presiden yang ditindaklanjuti oleh Pak Gubernur. Beliau secara langsung memerintahkan BPBD Sulawesi Selatan dan semua BPBD Kabupaten/Kota untuk menindaklanjuti arahan bapak presiden. Jadi ini juga akan kita laporkan ke Pak Presiden melalui bapak Mendagri," kata Amson.

1. Pola bencana kian tak terduga

Ilustrasi banjir (IDN Times/Mardya Shakti)

Amson menegaskan bahwa pola bencana kini semakin sulit diprediksi. Menurutnya, peta kerawanan yang selama ini menjadi acuan tidak lagi berdiri sebagai satu-satunya indikator.

"Karena bencana itu kan tidak bisa kita prediksi. Jadi, pada saat ada kejadian, (walau) kita tidak berharap ada kejadian itu, secara langsung turun fungsi komando melakukan pengamanan baik mitigasi darurat terkait dengan rehab rekon (rehabilitasi dan rekonstruksi)," tegasnya.

Amson menjelaskan kesiapsiagaan di Sulsel sudah berjalan lebih awal sebelum keluarnya Surat Edaran Mendagri tentang Apel Kesiapsiagaan Nasional. Dia menyebut posko siaga telah dibentuk sejak sebulan lalu di kantor BPBD provinsi dan langkah serupa ikut dijalankan oleh seluruh BPBD di tingkat kabupaten/kota.

2. BPBD Sulsel minta semua kabupaten/kota siaga banjir

Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman memimpin Apel Kesiapsiagaan Bencana Hidrometeorologi di Lapangan Upacara Kantor Gubernur Sulsel, Senin (24/11/2025). (Dok. Humas Pemprov Sumsel)

Lebiu lanjut, Amson menjelaskan daerah rawan banjir berdasarkan peta meliputi Makassar, Maros, Gowa, dan Wajo, sementara rawan longsor berada di Tana Toraja, Toraja Utara, dan Luwu. Namun temuan lapangan menunjukkan kecenderungan baru.

Amson menjelaskan peta bencana tidak lagi menjadi acuan tunggal untuk membaca risiko di lapangan. Dia menuturkan beberapa wilayah yang sebelumnya tidak teridentifikasi rawan justru lebih sering terdampak banjir.

"Seperti Enrekang saja yang daerah ketinggian banjir. Toraja, Toraja Utara juga terserang banjir. Jadi, kami tidak mengklasterkan untuk semua kabupaten itu semua waspada, semua siaga," katanya.

3. Banjir dan longsor bisa terjadi di semua wilayah

Ilustrasi banjir (IDN Times/Mardya Shakti)

Sebelumnya, BPBD Sulawesi Selatan memperingatkan potensi bencana hidrometeorologi menyusul meningkatnya curah hujan. Tercatat lima kabupaten/kota prioritas rawan banjir dan banjir bandang yakni Makassar, Wajo, Luwu Utara, Gowa, dan Maros.

Selain banjir, tiga wilayah berisiko tinggi tanah longsor yakni Luwu, Palopo, dan Toraja Utara. Amson menekankan semua daerah sebenarnya berpotensi terdampak, khususnya wilayah pegunungan dan dataran rendah.

"Jadi, banjir dan longsor itu bisa terjadi di mana saja khususnya di daerah yang memiliki kondisi geografis yang semacam pegunungan, dataran rendah, itu yang bisa dengan intensistas hujan yang lebih besar," kata Amson.

Editorial Team