Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Suhu di Makassar Lebih Dingin? BMKG Sebut Ada Fenomena Bedding

Warga melintas di area Pantai Losari saat matahari terbenam di Makassar, Sulawesi Selatan. (ANTARA FOTO/Arnas Padda)
Warga melintas di area Pantai Losari saat matahari terbenam di Makassar, Sulawesi Selatan. (ANTARA FOTO/Arnas Padda)
Intinya sih...
  • Suhu dingin di Makassar disebabkan oleh kondisi atmosfer musim kemarau yang membuat panas bumi mudah kabur ke atmosfer.
  • Fenomena Bediding dipengaruhi oleh peran Angin Monsun Timur yang membawa massa udara kering dan dingin ke wilayah Indonesia bagian selatan.
  • Penyebab suhu dingin bukan hanya karena efek Aphelion, tetapi juga merupakan hal wajar yang terjadi setiap musim kemarau. BMKG memberikan tips agar tetap nyaman di tengah cuaca dingin.

Makassar, IDN Times - Suhu udara di Makassar belakangan ini terasa lebih dingin dari biasanya. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat fenomena ini sebagai bagian dari kondisi alamiah musim kemarau yang kerap disebut Bediding.

Bediding sendiri bukan istilah baru. Di beberapa daerah pegunungan seperti Dataran Tinggi Dieng, suhu menusuk tulang di malam hingga pagi hari memang jadi langganan ketika kemarau tiba. Kini, suasana serupa bisa dirasakan warga Makassar meski wilayah ini bukan dataran tinggi.

1. Penjelasan mengapa panas di siang hari dan dingin di malam hari

Ilustrasi cuaca cerah (IDN Times/Sunariyah)
Ilustrasi cuaca cerah (IDN Times/Sunariyah)

Menurut prakirawan BMKG Wilayah IV Makassar, Amhar Ulfiana, suhu dingin ini wajar terjadi. Hal ini karena langit yang cerah di musim kemarau membuat panas bumi mudah kabur ke atmosfer.

"Intinya karena kondisi atmosfer pada musim kemarau di mana langit cenderung cerah/sedikit tutupan awan. Saat pagi-sore hari bumi menerima radiasi/energi dari matahari. Karena kondisi cerah, energi yang diterima lebih banyak sehingga suhu permukaan bumi jadi panas,"  kata Amhar, Selasa (22/7/2025).

Amhar menjelaskan pada malam hingga dini hari, panas yang sudah terkumpul justru cepat lepas karena minimnya awan yang berfungsi layaknya selimut alami. Akibatnya, suhu turun signifikan.

"Pada malam-dini hari, bumi melepaskan energi/radiasi, karena kondisi cerah/awan kurang maka berkurang juga yg menahan energi ini di bumi, akibatnya panas di permukaan kurang sehingga suhu dingin," kata Amhar.

2. Fenomena Bedding dipengaruhi peran angin monsun timur

Ilustrasi cuaca ekstrem (IDN Times/Feny Maulia Agustin)
Ilustrasi cuaca ekstrem (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Fenomena Bediding tidak berdiri sendiri. BMKG menyebut ada peran Angin Monsun Timur yang bertiup dari Australia. Angin ini membawa massa udara kering dan dingin ke wilayah Indonesia bagian selatan, termasuk Sulawesi Selatan.

BMKG sempat mencatat suhu minimum di beberapa daerah mencapai belasan derajat Celsius. Di Manggarai, NTT misalnya, suhu minimum turun sampai 11,2°C, Paniai di Papua Tengah 13,2°C, dan Pasuruan Jawa Timur 14,3°C pada periode 1-13 Juli 2025.

"Meski pagi terasa dingin, suhu pada siang hari lebih terik karena langit cerah memungkinkan radiasi matahari langsung memanaskan permukaan bumi. Kondisi perbedaan suhu ini merupakan ciri khas musim kemarau, " demikian dikutip dari akun Instagram resmi infobmkg.

3. Bukan karena efek Aphelion

Ilustrasi cuaca (IDN Times/Hana Adi Perdana)
Ilustrasi cuaca (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Ada juga efek Aphelion yaitu fenomena astronomi tahunan ketika posisi Bumi berada pada titik terjauhnya dari Matahari yang biasanya terjadi sekitar bulan Juli. Namun, fenomena dingin saat ini bukan sepenuhnya karena Bumi berada di titik terjauh dari Matahari.

"Cuaca dingin yang dirasakan masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah selatan khatulistiwa seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, sebenarnya merupakan hal yang wajar dan terjadi setiap musim kemarau, yakni sekitar bulan Juli hingga September," tulis akun infobmkg.

BMKG pun memberi beberapa tips agar tetap nyaman di tengah hawa dingin. Mulai dari perbanyak asupan nutrisi, minum minuman hangat, pakai pelembap supaya kulit nggak kering, dan jangan malas pantau info cuaca di kanal resmi BMKG.

"Jangan langsung percaya pada informasi yang viral di media sosial, terutama yang tidak mencantumkan sumber resmi," tulis akun tersebut.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irwan Idris
EditorIrwan Idris
Follow Us