Stunting Jadi Prioritas Utama dalam RPJMD Sulsel 2025

- Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan fokus pada penanggulangan stunting dalam RPJMD tahun 2025.
- Target penurunan angka stunting dari 27,4% menjadi 23,3% di Sulsel telah dicapai.
- Program intervensi gizi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan dan pola hidup sehat menjadi kunci utama dalam upaya menurunkan angka stunting.
Makassar, IDN Times - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menegaskan penanggulangan stunting menjadi fokus utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Sulsel tahun 2025. Hal ini disampaikan dalam dialog interaktif bertajuk Gizi dan Pencegahan Stunting di Hotel Grand Town Makassar, Kamis (17/4/2025).
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Sulsel, Setiawan Aswad, menyampaikan pencegahan dan penurunan angka stunting sebagai prioritas strategis pembangunan daerah lima tahun ke depan. Hal ini sebagaimana yang disampaikan Gubernur Andi Sudirman Sulaiman bersama Wakil Gubernur Fatmawati Rusdi.
“Sesuai arahan Gubernur Sulawesi Selatan, Bapak Andi Sudirman Sulaiman, pencegahan dan penurunan angka stunting akan menjadi prioritas utama dalam lima tahun ke depan, seperti yang tercantum dalam RPJMD tahun 2025, dengan meningkatkan sinergi antara pemerintah dan pihak swasta sebagai langkah memperkuat intervensi pencegahan stunting dan gizi buruk di Sulawesi Selatan,” katanya.
1. Pemprov akan terus memantau dan mengevaluasi kinerja 24 kabupaten/kota

Setiawan juga menjelaskan pihaknya akan terus memantau dan mengevaluasi kinerja 24 kabupaten/kota. Evaluasi ini dipantau melalui aplikasi e-Monev serta situs resmi Pemprov.
“Bappelitbangda, sebagai koordinator Aksi Konvergensi OPD Pemprov Sulsel, akan melakukan monitoring, evaluasi, dan memberikan penilaian terhadap kinerja 24 kabupaten/kota dalam pencegahan dan penanganan stunting,” katanya.
Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024 mencatat angka stunting di Sulsel mengalami penurunan, dari 27,4 persen menjadi 23,3 persen. Angka ini lebih baik dari target RPJMD 2025 yang sebesar 23,9 persen. Pemprov Sulsel juga telah menetapkan target jangka panjang, yakni menurunkan prevalensi stunting hingga 6,1 persen pada tahun 2045.
2. Penurunan angka prevalensi stunting ditopang berbagai program

Penurunan angka prevalensi stunting itu ditopang oleh berbagai program. Di antaranya intervensi gizi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), pendampingan gizi desa, serta pemberian makanan tambahan lokal, multivitamin, dan tablet tambah darah untuk remaja putri dan ibu hamil.
Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, M Ishaq Iskandar, menegaskan pola hidup sehat seperti menghindari rokok, dan literasi gizi merupakan elemen penting dalam upaya menurunkan angka stunting. Tidak hanya masalah ekonomi, pola asuh dan kebiasaan orang tua juga berperan besar.
“Pola hidup sehat merupakan cara paling sederhana untuk mencegah dan menurunkan stunting," katanya.
Dia mencontohkan kasus masyarakat dengan ekonomi menengah di salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan memiliki anak yang mengalami stunting, meskipun tergolong warga ekonomi menengah. Hal ini, kata Ishaq, disebabkan orang tua tidak memenuhi kebutuhan gizi anak serta tidak menerapkan pola hidup sehat.
"Jadi, tidak semua keluarga dengan kondisi ekonomi rendah mengalami stunting,” jelas Ishaq.
3. Edukasi publik dan komunikasi perubahan perilaku terus digencarkan

Ishaq mengatakan edukasi publik dan komunikasi perubahan perilaku harus terus digencarkan. Hal ini agar masyarakat semakin paham pentingnya gizi seimbang dan kebersihan lingkungan sejak dini.
"Sehingga dialog interaktif bersama media dapat menyampaikan literasi tentang pola hidup sehat serta pencegahan dan penurunan stunting," katanya.
Melalui RPJMD 2025, Pemprov Sulsel berharap langkah-langkah terstruktur dan kolaboratif ini dapat mewujudkan generasi Sulawesi Selatan yang lebih sehat, produktif, dan berkualitas di masa depan.