SPN Batua Bantah Pungli, Tapi Ada Program Resimen Siswa

Makassar, IDN Times - Sekolah Polisi Negara (SPN) Batua Polda Sulawesi Selatan membantah adanya pungutan liar terhadap siswa. Semua biaya pendidikan ditanggung negara.
Kepala Korps Siswa (Kakorsis) SPN Batua AKBP Masri menampik adanya pungli berupa biaya-biaya tambahan. Namun dia menekankan bahwa ada program resimen siswa SPN yang tidak dibiayai negara. Contohnya pengadaan pakaian tambahan hingga buku memori dan rekaman video.
"Ada penggunaan PDL 2 satu setel, training angkatan, buku memori untuk seluruh nama-nama temannya satu buku tebal, foto PDU satu, foto pleton, juga dibuatkan CD (rekaman video) tiap harinya dari masuk sampai pelantikan," kata Masri kepada IDN Times, Sabtu (28/10/2023).
Dugaan pungutan liar di SPN Batua diungkapkan seorang siswa asal Papua Barat. Keluarga siswa menyebut pihak SPN beberapa kali menarik pembayaran untuk keperluan seragam. Dua di antaranya diminta dalam dua pekan terakhir.
1. Ada iuran siswa SPN untuk bakti sosial
Masri melanjutkan, ada juga biaya tambahan yang tidak ditanggung negara selama pendidikan siswa di SPN. Seperti kegiatan anjangsana atau bakti sosial (baksos), yang jadi alasan siswa ditagih iuran.
"Kalau buat bakti sosial untuk nama angkatan, juga kegiatan agama seperti maulid kemarin itu ada, natal juga seperti dari siswa nasrani itu memang ada dari program resimen, dan itu tidak ditanggung negara, seluruh siswa kerjasama dan dikeroyok," terang Masri.
2. Program resimen, siswa patungan untuk datangkan artis
Ternyata masih ada lagi program lain dari resimen siswa. Seperti malam pengantaran tugas dan beberapa acara semoni lainnya. Tapi kata Masri, biaya-biaya tambahan itu tidak diwajibkan karena dinilai tidak semua siswa SPN bakalan mampu menyanggupi.
"Nanti ada juga (program) malam pengantar tugas, ramai sekali. Nanti dibikin panggung besar, panggil artis, bikin acara mewah, dan itu satu resimen tanggung semua itu. Disitu melepaskan balon dan itu ramai, dia suka karena kebanggaan angkatannya," ujarnya.
"Terus penutupan pendidikan, ada peragaan-peragaan dan itu semua menggunakan biaya (patungan siswa), semua nanti dihebohkan, kalau pakai anggaran negara tidak seberapa dan tidak bisa kita heboh. Termasuk itu juga menyumbang kursi plastik," lanjut Masri.
3. Siswa disebut salah menjelaskan soal biaya tambahan
Terkait laporan adanya pungli, Masri menilai siswa yang melontarkan soal itu diduga salah menerangkan kepada keluarganya soal program resimen. Itu sebabnya keluarga siswa menduga ada pungli.
"Nah, disitu semua anggaran yang dia tumpuk-tumpuk dan dia cerita ke keluarga kalau itu hanya baju begitu. Makanya saya cek tadi malam, kenapa harga baju sampai Rp7 juta, padahal harga baju (PDL) satu stel itu paling tinggi Rp1 juta," kata Masri.
" Dan nanti dua minggu lagi ini ada pelatihan kerja selama satu bulan di daerah. Dan pasti selama latihan kerja dan praktik lapangan ya mungkin makanannya ditanggung negara, tapi kebutuhan lain-lainnya selama itu beda lagi kan, mungkin jajannya," ucapnya.