Unjuk rasa nelayan Kodingareng tolak tambang pasir laut. IDN Times/ASP
Edy mengatakan, pada Pukul 08.50 WITA kapal penambang meninggalkan lokasi. Seiring itu, puluhan perahu nelayan kembali ke Pulau Kodingareng. Namun, sekitar pukul 09.40 WITA, saat dalam perjalanan pulang, tiba-tiba perahu nelayan dihadang oleh dua speedboat milik Polair Polda Sulsel.
"Perahu nelayan kemudian dipepet, ditabrak dan alat kendali perahu dirusak. Perahu terus didorong hingga penumpang, nelayan yang ada di atas hampir terjatuh ke laut," kata Edy.
Tidak sampai di situ, petugas Polair disebut menarik paksa dan menangkap mereka yang berada di atas perahu. Nelayan yang ditangkap adalah Nawir, Asrul, Andi Saputra, Irwan, Mustakim, Nasar dan Rijal. Satu nelayan mengalami kekerasan hingga berdarah di bagian wajah.
Selain itu, kata Edy, satu aktivis lingkungan, Rahmat yang sedang merekam kejadian ikut ditangkap dan mengalami kekerasan.
"Dipukul di bagian wajah dan badan, ditendang dan lehernya diinjak. Lalu handphone milik Rahmat yang dipakai merekam jatuh ke laut saat hendak disita oleh Polair," ungkap Edy.
Sementara tiga pers mahasiswa yang ditangkap saat meliput aksi nelayan adalah Hendra dari Unit Kegiatan Pers Mahasiswa (UKPM) Universitas Hasanuddin, serta Mansur dan Raihan dari Unit Kegiatan Penerbitan dan Penulisan Mahasiswa (UPPM) Universitas Muslin Indonesia.
"Sebelum ditarik paksa, mahasiswa tersebut memperlihatkan kartu pers. Polisi tak menghiraukan dan tetap menangkap mahasiswa tersebut," jelas Edy yang juga Koordinator Divisi Hak atas Tanah dan Lingkungan LBH.