Makassar, IDN Times - Seiring dengan menguatnya gerakan #BlackLivesMatter di Amerika Serikat, riak-riaknya juga terasa di Indonesia. Disadari atau tidak, diskriminasi dengan alasan perbedaan warna kulit atau etnik memang masih terjadi di Indonesia. Sikap arogan dan tak terpuji tersebut bisa kita saksikan dengan mata kepala sendiri setiap hari di linimasa media sosial.
Topik tersebut menjadi tema sentral dari webinar yang dilaksanakan oleh Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) bersama organisasi non-profit Internews pada hari Rabu (10/6) sore. "Membongkar Akar-Akar Rasisme", demikian tajuk webinar yang menghadirkan sejumlah narasumber. Banyak hal yang dibahas di sini, mulai dari rasisme yang acapkali menimpa warga negara asal Papua dan peranakan Tionghoa, isu tindakan represif dan UU ITE.
Tewasnya George Floyd, seorang warga Afrika-Amerika berusia 46 tahun, saat ditahan oleh anggota kepolisian kota Minneapolis negara bagian Minnesota, Amerika Serikat, pada 25 Mei lalu memicu gelombang protes besar-besaran di nyaris seluruh AS dan juga dunia. Isu protes para demonstran menyangkut dua hal, yakni kebrutalan polisi dan rasisme sistemik.