Makassar, IDN Times - Sebelum berkunjung atas nama Chuo Sangi In (Dewan Rakyat) dan berpidato di hadapan rakyat (26 April - 2 Mei), Sukarno rupanya sempat melawat ke Makassar pada Maret 1945. Namun, kunjungan ini bersifat rahasia. Ia bersama Achmad Soebardjo terbang diam-diam ke Kota Daeng memenuhi undangan petinggi Rikugun, Angkatan Laut Jepang, yang menguasai Indonesia timur.
Saat itu, militer Jepang sedang terdesak di teater pasifik Perang Dunia II. Setelah digempur habis sejak bulan Desember 1944, Filipina akhirnya jatuh ke tangan Amerika Serikat di bulan Februari 1945. Terlebih pos strategis militer mereka yakni Pulau Saipan, sudah jatuh sejak Juli 1944. Artinya, Tokyo tak lagi mampu lagi melindungi Indonesia secara langsung.
Tanpa bantuan, praktis militer Jepang di Indonesia memalingkan muka pada penduduk lokal. Mereka mulai melunak, membuka pintu kerjasama dan memberi janji kemerdekaan pada September 1944.
"Mereka sadar bahwa bagaimana pun caranya, sekarang mereka sangat membutuhkan penduduk pribumi yang kooperatif. Sebab melawan musuh (Sekutu) dan penduduk yang menentang pendudukan dengan sekaligus itu sama saja dengan bunuh diri," ungkap Putra Sang Fajar kepada jurnalis Cindy Adams, dalam buku Soekarno: An Autobiography (CV Gunung Agung, 1966).