Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sejumlah aparat kemanan dari Kepolisian diduga melakukan penganiayaan terhadap petani di Polongbangkeng, Takalar, Sulawesi Selatan, Sabtu (23/8/2025)
Sejumlah aparat kemanan dari Kepolisian diduga melakukan penganiayaan terhadap petani di Polongbangkeng, Takalar, Sulawesi Selatan, Sabtu (23/8/2025)/Tangkapan layar video

Intinya sih...

  • Warga petani tolak panen tebu PTPN XIV

  • Video viral, polisi diduga bertindak represif

  • Kapolres Takalar bantah ada kekerasan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Makassar, IDN Times - Sejumlah warga yang berprofesi sebagai petani dikabarkan mengalami tindakan kekerasan dari aparat keamanan karena menolak panen tebu PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XIV di Polongbangkeng, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Sabtu (23/8/2025).

Peristiwa penganiayaan bermula saat ratusan aparat kepolisian dari Polres Takalar dan unit Brimob bersenjata lengkap mengawal petugas PTPN XIV memanen tebu. Di saat bersamaan, sejumlah warga petani menolak kegiatan panen tersebut.

1. Warga petani tolak panen tebu PTPN XIV

Anggota Brimob bersenjata lengkap bertugas mengawal panen tebu PTPN Takalar/Istimewa

Puluhan warga petani yang berupaya melakukan penghadangan terhadap aktivitas memanen diduga mendapat perlakuan keras dari aparat kepolisian.

Mereka menuntut agar PTPN XIV menghentikan seluruh kegiatan operasional di atas lahan perkebunan tersebut. Warga menilai lahan perkebunan yang berstatus Hak Guna Usaha (HGU) PTPN telah berakhir sejak Juni 2025, sehingga tanah itu diklaim sebagai milik petani.

“HGU PTPN sebetulnya telah berakhir sejak Juni 2025 namun sampai saat ini PTPN masih saja melakukan aktivitas di atas lahan tersebut,” tulis LBH Makassar.

Aliansi Reforma Agraria (Agra) Sulsel yang mengadvokasi para petani menyebut tindakan aparat keamanan mengakibatkan sejumlah petani Polombangkeng terluka.

2. Video viral, polisi diduga bertindak represif

Sejumlah aparat kemanan dari Kepolisian diduga melakukan penganiayaan terhadap petani di Polongbangkeng, Takalar, Sulawesi Selatan, Sabtu (23/8/2025)/Tangkapan layar video

Dalam unggahan video Instagram @agrasulsel, terlihat polisi mempiting hingga membantig seorang warga yang memprotes aktivitas PTPN memanen tebu.

“Aktivitas PTPN sempat ditahan oleh warga, namun mendapat tindakan represif dari pihak kepolisian. Akibat represifitas tersebut, beberapa warga diinjak-injak sehingga mengalami luka-luka,” tulis akun @agrasulsel.

3. Kapolres Takalar bantah ada kekerasan

Senjata tajam yang disebut sebagai milik para petani Polongbangkeng, Takalar, saat menghadang proses panen tebu/Istimewa

Sementara itu, Kapolres Takalar, AKBP Supriadi Rahman, membantah adanya tindakan represif yang diduga dilakukan anggotanya saat melakukan pengawalan di lahan tebu.

Kata dia, anggotanya hanya berusaha merebut senjata tajam yang dibawa oleh salah seorang warga bernama Daeng Serang, yang videonya tergelatak di tanah tanpa mengenakan baju, viral di media sosial.

"Fakta sebenarnya adalah anggota polri berusaha mengamankan parang yang dibawa oleh beberapa masyarakat dan salah satunya Daeng Serang, yang bersangkutan menghalang-halangi proses penebangan tebu," ucap Supriadi kepada IDN Times, Minggu (24/8/2025).

Ia mengaku polisi mengamankan senjata dari masyarakat agar tidak berpotensi fatal terhadap keselamatan masyarakat yang melakukan penebangan tebu, serta menjaga keselamatan anggotanya.

"Setelah parang berhasil diamankan oleh personel polri, yang bersangkutan kemudian membuka bajunya lalu berguling di tanah, dan berkata, “bunuh ma” (bunuh saya). Menurut saya merebut sajam dari masyarakat itu bukan tindakan represif," kata Supriadi.

Supriadi juga mengatakan anggotanya mengamankan satu warga dan sejumlah senjata tajam yang digunakan melakukan penghadangan di lahan tebu.

"Kami amankan tiga sajam dan satu masyarakat yang membawa sajam kita panggil ke polres untuk diminta keterangan," pungkasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team