Calon PPPK Kota Makassar menggelar demontrasi menolak penundaan pengangkatan ASN di depan gedung DPRD Makassar, Kamis (13/3/2025). (IDN Times/Asrhawi Muin)
Bisma (bukan nama sebenarnya), seorang calon PPPK di Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, merasa bahwa penundaan ini berdampak besar bagi dirinya dan ribuan peserta lainnya. Dia sudah banyak menghabiskan jutaan Rupiah hanya untuk mengurus berkas.
Dia jelas merasa kecewa. Selain rugi secara finansial, juga rugi tenaga. Karena penundaan ini, banyak perencanaannya yang ikut tertunda, termasuk rencana masa depan seperti menikah.
"Mereka (pemerintah) tidak lihat waktu kita urus berkas. Kalau dipikir ya, yang tes narkoba lengkap Rp500 ribu, urus SKCK, belum biaya bensin kiri kanan, belum makanan, kurang lebih Rp1 juta untuk urus berkas saja," ungkapnya saat diwawancarai via telepon.
Dia juga menyoroti potensi dampak finansial lebih lanjut. Tenaga honorer yang sudah lulus seleksi PPPK tahap 1 tahun 2024 lalu, gajinya hanya dianggarkan sampai bulan Juni 2025.
"Jika pengangkatan ditunda hingga 2026, bagaimana dengan nasib kami di bulan Juli hingga Maret tahun depan?” katanya dengan nada khawatir.
Bisma berharap pemerintah tidak menunda pengangkatan hingga tahun depan. Kalau bisa, setidaknya di bulan Juni atau Juli 2025, pemerintah sudah mengangkat PPPK yang lolos seleksi ini.
"Saya berharap kepada gubernur dan presiden sekarang, jangan tahun depan. Kalau bisa di bulan tujuh, yang jelas tahun ini. Secepatnyalah. Mau di bulan enam, bulan tujuh alhamdulillah, tapi kalau di tahun depan, asli orang-orang menderita," katanya.