Menteri Agama Nasaruddin Umar membuka ajang Musabaqah Qiraatil Kutub Internasional (MQKI) I tahun 2025, yang digelar di Pondok Pesantren As'adiyah Wajo, Sulawesi Selatan, Kamis (2/10/2025). (IDN Times/Aan Pranata)
Dalam sambutannya, Menag Nasaruddin Umar menyampaikan rasa syukur bisa hadir langsung di tanah kelahirannya, sekaligus menyaksikan geliat wakaf sebagai instrumen pemberdayaan umat. Ia menilai, Maros adalah daerah yang kaya potensi—baik alam, budaya, maupun religiusitas.
“Maros punya segalanya: alam yang indah, kekayaan perikanan, pertanian, hingga pesantren yang tumbuh subur. Bahkan situs prasejarah Leang-Leang, Ramang-Ramang, dan Bantimurung adalah anugerah yang tak ternilai. Jika potensi ini dikelola dengan baik, masyarakat Maros seharusnya bisa hidup sejahtera,” ungkap Menag.
Ia menekankan bahwa zakat dan wakaf merupakan dua sumber daya ekonomi umat yang harus dikelola secara amanah dan profesional. “Zakat sifatnya terbatas, sementara wakaf jauh lebih luas pemanfaatannya. Wakaf bisa menjadi motor penggerak kesejahteraan. Ini harus kita jadikan gerakan bersama,” tegasnya.
Program pemberdayaan masyarakat berbasis zakat dan wakaf di Maros diharapkan menjadi model kolaborasi antara pemerintah, lembaga filantropi, dan masyarakat. Dengan dukungan Baznas, BWI, dan instansi terkait, Kemenag ingin memastikan bahwa dana umat dapat dikelola secara produktif dan berkelanjutan.
Model Kota Wakaf yang digagas di Maros juga menjadi langkah strategis untuk meningkatkan literasi dan kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan wakaf. Ke depan, program ini diharapkan memperkuat ekosistem ekonomi syariah di daerah dan mendorong Maros menjadi pusat inspirasi bagi pengelolaan wakaf produktif di Indonesia.