Ilustrasi tabung oksigen medis (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar).
Di tengah keterbatasan mobilitas warga serta meningkatnya kasus COVID-19, kita malah disuguhi drama kelangkaan tabung oksigen untuk kebutuhan para pasien pada awal Juli lalu. Tekanan pada pemerintah pun semakin besar. Direktur Industri Kimia Hulu Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Fridy Juwono mengatakan, sebenarnya Indonesia punya 3 juta stok tabung oksigen yang semuanya dipergunakan untuk keperluan medis.
"Kalau kebutuhan tabung gas di Kementerian Kesehatan, kita memenuhi saja. Kalau tabung kita ada total 3 juta cuma perputaran aja yang jadi cepat. Jadi kalau kosong diisi, tingkat kecepatan perputaran (tabung oksigen) ini yang didorong," kata Fridy kepada IDN Times, Selasa, 6 Juli.
Fridy menjelaskan, langkanya tabung ini juga disebabkan meningkatnya kasus COVID-19 belakangan ini yang beberapa kali memecahkan rekor harian. Sebelum pandemik COVID-19, Kemenperin awalnya mengalokasikan 60 persen tabung oksigen untuk kebutuhan industri dan 40 persen untuk medis.
"Sekarang sudah di atas 90-100 persen untuk medis. Jadi ada komitmen untuk diprioritaskan untuk kemanusiaan," katanya.
Di Kota Tangerang, Banten, kelangkaan oksigen juga sempat mendera pasien COVID-19. Sekretaris Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Kota Tangerang, Yudi Wachyudi menyebut, perusahaan distributor oksigen di Kota Tangerang terhambat dalam hal penambahan pasokan oksigen karena masalah nota kesepakatan atau memorandum of understanding (MoU).
Yudi merinci, berdasarkan pemeriksaan, rata-rata distributor di Kota Tangerang mendapatkan pasokan sekitar enam hingga 10 ton oksigen per hari dari produsen.
Bila hendak meningkatkan pasokannya, tiap distributor harus mengajukan nota kesepakatan MoU ke produsen. Dalam nota kesepakatan itu tercantum jumlah oksigen yang ditingkatkan serta lamanya durasi kesepakatan tersebut berlaku.
Selama kesepakatan itu berlaku, distributor tidak dapat menurunkan jumlah oksigen yang ditingkatkan. "Kalau distributor mau nambah kapasitasnya itu mereka ada perjanjian lagi. Misalnya, mereka (distributor) dapat jatah dari produsen 10 ton dan dia mau nambah 15 ton, itu mereka harus bikin MoU dulu," kata Yudi kepada IDN Times, Kamis, 8 Juli.
Merespons kelangkaan oksigen, Satuan Tugas (Satgas) pengendalian tabung oksigen Pemerintah Provinsi Jawa Barat sudah menyalurkan 50,89 ton liquid oksigen kepada rumah sakit di Jabar. Bantuan ini tercatat sejak awal Juli 2021.
Taufiq Budi Santoso, Asisten Daerah (Asda) Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Jabar mengatakan, bantuan terkumpul berkat kolaborasi Satgas Oksigen Jabar dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta.
"Selain 50,89 ton liquid oksigen yang sudah disalurkan, ribuan tabung oksigen juga sudah dikirim ke rumah sakit-rumah sakit," ujar Taufik, Rabu, 21 Juli.
Kebutuhan oksigen di Bali, juga menjadi perhatian serius. RSUD Klungkung, salah satunya, memang telah mendapatkan pasokan oksigen medis sebanyak 1,5 ton untuk memenuhi kebutuhan perawatan pasien. Namun jumlah itu masih dinilai belum aman mengingat saat ini pasokan oksigen medis, khususnya yang cair, masih belum normal.
Pihak rumah sakit pun tetap melakukan penghematan dengan pemantauan intensif terhadap pasien. Selain itu, juga dilakukan penundaan untuk operasi pasien yang tidak dalam keadaan darurat.
Dirut RSUD Klungkung, dr I Nyoman Kesuma, menjelaskan berdasarkan data terakhir, terdapat 64 pasien COVID-19 yang dirawat di RSUD Klungkung. Di antara jumlah itu, ada 8 orang tenaga kesehatan yang terpapar. Sementara ada 5 pasien mendapatkan perawatan di ruang ICU COVID-19 karena bergejala berat seperti sesak, lemas, batuk, mual, muntah, diare, dan gelisah.
"Pasien yang bergejala berat dan mendapatkan perawatan di ICU inilah yang harus mendapatkan perawatan terapi oksigen intensif karena saturasi oksigen mereka tidak stabil," ujar Nyoman Kesuma, Jumat, 23 Juli.
Selain itu, RSUD Klungkung juga tengah menyiapkan ruang isiolasi basement karena adanya tren peningkatan kasus COVID-19 pada bulan Juli ini.
"Bulan Juni kasus sempat sangat rendah yakni rata-rata kurang dari 10 pasien. Namun bulan Juli melonjak lagi cukup signifikan. Kami sudah buka kembali ruang isolasi Jambu dan VIP. Sekarang siapkan buka lagi ruang isolasi basement, berkapasitas 25 tempat tidur," jelasnya.
Sementara Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Bali, dr. Gusti Ngurah Anom, saat dikonfirmasi Rabu, 21 Juli, menyampaikan bahwa untuk kebutuhan oksigen di seluruh rumah sakit perawat pasien COVID-19 di Bali sebesar 57,35 ton. Hanya saja jumlah ketersediannya justru di bawah angka tersebut.
Disampaikan oleh dokter Ngurah Anom, bahwa stok ketersediaan oksigen pada Rabu, 21 Juli, hanya 44,8 ton. Sementara angka kebutuhan per harinya 57,35 ton. Untuk menutupi kekurangan tersebut, pihaknya kemudian berkoordinasi dengan instansi terkait.
“Kan masih ada selisih. Tetapi sudah ada dari Samator berangkat untuk mengisi ke Bali dua mobil tangki, rata-rata 25 ton sampai 30 ton sehari. Iya ini barusan meluncur dari Samator, dari Banyuwangi,” ungkapnya.
Kekurangan stok oksigen ini rencananya akan dipenuhi oleh pihak penyedia gas, Samator, yang telah berjanji mensuplai oksigen cair ke beberapa rumah sakit di Bali.
“Ya mudah-mudahan tercukupi. Tadi lagi mengisi di Sanglah. Dan nanti akan disalurkan, ada 21 rumah sakit yang mempunyai tangki oksigen cair,” jelasnya.
Di luar Pulau Jawa dan Bali, ketersediaan tabung oksigen medis relatif tersedia. Koordinator Bidang Posko dan Kesekretariatan Satgas Penanganan COVID-19 Sulawesi Selatan, Arman Bausat mengatakan, stok oksigen di Rumah Sakit Dadi Makassar, salah satu rumah sakit rujukan utama pasien COVID-19, masih mencukupi. Karena rumah sakit Dadi telah mengantisipasi sejak April 2020 lalu dengan membuat tangki oksigen cair bervolume 8.000 Liter. Belum lagi, mereka punya kapasitas tabung oksigen 6 kubik itu sebanyak 250 unit.
"Jadi alhamdulillah kami sampai saat ini tidak ada keterbatasan oksigen karena pembayaran kami juga lancar. Karena kami tahu pasti rumah sakit juga butuh supaya kami bisa otomatis dia menagih kami bayar," katanya.
Rumah sakit Dadi juga membeli alat oksigen generator untuk menghindari kelangkaan oksigen. Rencananya, oksigen generator yang akan dibeli berkapasitas 500 liter per menit.
"Dia bisa memproduksi oksigen 6 kubik per hari. Nanti ke depan kalau misalnya ada apa-apa, kita bisa membantu rumah sakit lain yang membutuhkan atau kekurangan oksigen. Ini perintah Pak Gubernur," katanya.
Arman Bausat juga menyatakan stok obat untuk pasien COVID-19 masih aman di masa darurat dan adanya lonjakan kasus.
"Kita ada obat, untuk pasien cukup tapi terbatas untuk yang kami rawat inap. Untuk saat ini rumah sakit Dadi ketersediaan obat baik di ICU maupun di ruang isolasi masih tidak ada masalah," kata Arman saat ditemui di Kantor Gubernur Sulsel, Jumat, 23 Juli.
Meski mengatakan kondisi ketersediaan obat di rumahnya sakit Dadi cukup bagus, tapi Arman mengaku sebenarnya obat untuk pasien COVID-19 juga mulai mengalami keterbatasan seiring lonjakan kasus.
"Awal COVID-19 itu, banyak sekali donatur mulai dari obat-obatan herbal sampai APD. Tapi sekarang karena sudah gelombang ketiga, donatur habis. Otomatis keterbatasan obat kita," ujarnya.
Namun untuk mencukupi ketersediaan obat, pihak rumah sakit harus selalu lancar membayar obat ke perusahaan. Karena terlambat sedikit saja, maka perusahaan akan menunda distribusi obat.
"Karena kan rumah sakit lain butuh itu obat. Supaya lancar, kita lancar pembayaran. Paling telat seminggu kita bayar sehingga kita bisa pesan lagi," kata Arman.
Sementara itu di Jawa Tengah, sejumlah obat-obatan dan suplemen yang dianggap ampuh menangkal virus Corona justru semakin sulit ditemukan di berbagai apotek.
Kepala Kejati Jateng, Priyanto mengakui jika penyidiknya mendapati ketersediaan obat-obatan yang dipercaya manjur menyembukan infeksi virus Corona, saat ini justru sulit ditemukan.
Berdasarkan penelusuran penyidik Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Tengah, jenis obat-obatan dan suplemen yang nyaris lenyap dari peredaran yaitu favipiravir, azithromycin infus dan tablet dan suplemen merek imbost.
"Dari penelusuran yang kita lakukan, stok obat COVID-19 hampir semua apotek Jawa Tengah sekarang sudah menipis. Malahan banyak stoknya yang kosong. Ini antara lain, jenis merek obat favipiravir, azithromycin infus dan tablet dan suplemen penunjang daya tahan tubuh seperti imbost juga kosong," ungkapnya, Kamis, 22 Juli 2021.