Kartu pos edisi PON IV Makassar 1957 yang diterbitkan oleh Jawatan PTT Indonesi. (Dok. Istimewa - Masterphila.com)
Setelah itu, Dewan Pengawas Yayasan Stadion dibentuk. Anggotanya antara lain J.L. Manusama sebagai ketua, Andi Burhanuddin, Theong Tan Kiem, Mappakaja Daeng Sidjallang, Ahmad Saleh Daeng Tompo serta Abdul Rahman Daeng Palallo. Mereka bertugas mengawasi pembangunan stadion dan venue lain dalam kompleks Mattoanging. Proyek dimulai pada 14 Januari 1956, dan ditargetkan rampung pada 31 Desember tahun yang sama.
Demi memburu tenggat, pihak pemborong secara tegas bakal dikenakan denda Rp100 per hari jika melewati target. Beruntung, proyek ini selesai dalam waktu tujuh bulan. Lahirlah Stadion Mattoanging, stadion berkapasitas 20 ribu penonton sekaligus yang terbesar di wilayah timur Indonesia. Begitu pula venue olahraga lain seperti gedung olahraga, kolam renang, lapangan hoki, bola voli, bulu tangkis hingga asrama atlet.
Peresmian kompleks olahraga PON IV berlangsung pada Minggu 22 September 1957. Hadir saat itu sejumlah pejabat dan petinggi militer seperti Sjamsuddin, J.L. Manusama, Wali Kota Makassar Junus Daeng Lili dan Gubernur Sulawesi saat itu yakni Andi Pangerang Petta Rani.
Helatan PON IV sendiri dibuka oleh Presiden Soekarno pada hari Jumat, 27 September 1957. Berlangsung hingga Minggu 6 Oktober 1957, ada 17 daerah yang ikut serta dalam 14 cabang olahraga yang dipertandingkan.
Jakarta Raya keluar sebagai juara umum dengan mengumpulkan 21 emas dari total 55 medali. Disusul Jawa Timur (42 medali, 16 emas) dan Jawa Barat (40 medali, 16 emas). Sulawesi Selatan, yang turun sebagai Wilayah Tingkat III sebab Provinsi Sulawesi belum dimekarkan, berada di peringkat 7 setelah cuma mendapat satu emas dari total 17 medali.
PON IV berjalan meriah dan aman hingga rampung. Kekhawatiran banyak pihak atas gangguan kelompok DI/TII Kahar Muzakkar nyatanya tak terbukti. Dan helatan tersebut jadi satu-satunya helatan olahraga empat tahunan nasional yang digelar di Pulau Sulawesi hingga kini.