PLTU Punagaya Diganjar Proper Hijau, Pertama di Sulawesi

Makassar, IDN Times - PLN Unit Pembangkitan Punagaya di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, menyandang predikat Proper Hijau dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Predikat itu untuk pertama kali diberikan kepada PLTU di Sulawesi.
Penghargaan diberikan langsung Wakil Presiden Ma'ruf Amin dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, di Istana Wakil Presiden, Kamis (29/12/2022).
Proper adalah program pengawasan Kementerian LHK terhadap industri yang bertujuan mendorong ketaatan industri terhadap peraturan lingkungan hidup. Perusahaan di kategori hijau berarti telah mengelola lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan, serta telah memiliki indikator lain seperti sistem manajemen lingkungan, penurunan emisi hingga 3R (reduce, reuse, recycle) limbah.
"Kami menyambut antusias penghargaan ini. Ini merupakan bukti kontribusi kita dalam menjaga lingkungan hidup untuk tetap seimbang," kata Manajer PLN UPK Punagaya Yunan Kurniawan lewat keterangan persnya yang diterima, Sabtu (31/12/2022).
1. PLTU Punagaya dukung transisi energi dan menciptakan sistem ekonomi kerakyatan

Yunan mengatakan, penghargaan ini membuktikan bahwa dalam kegiatan operasinya, PLTU Punagaya tidak hanya taat. Tapi juga mampu melebihi ketaatanya terhadap peraturan perundangan.
Sistem manajemen lingkungan antara lain ditunjukkan lewat efisiensi energi, pengurangan dan pemanfaatan limbah B3, penerapan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) limbah padat non B3, pengurangan pencemaran udara dan emisi gas rumah kaca, efisiensi air dan penurunan beban pencemaran air, perlindungan keanekaragaman hayati, serta pemberdayaan masyarakat.
Dalam kegiatan operasinya, juga PLTU Punagaya mampu menciptakan sistem ekonomi kerakyatan dengan bekerja sama dengan warga sekitar untuk mendirikan Bank Sampah. Dari warga dikumpulkan limbah biomassa yang kemudian menjadi bahan bakar pengganti Batu Bara.
"PLN UPK Punagaya akan senantiasa berupaya menjaga keseimbangan dalam kegiatan operasinya memenuhi kebutuhan listrik masyarakat, melestarikan lingkungan hidup secara berkelanjutan, serta bertanggung jawab sosial melalui pemberdayaan masyarakat sekitar," kata Yunan.
2. Upaya transisi energi lewat limbah bonggol jagung

PLTU Punagaya memanfaatkan limbah bonggol jagung yang selama ini dibuang untuk dijadikan bahan bakar. Itu jadi salah satu upaya menekan emisi karbon seiring upaya mendukung transisi energi.
PLTU berkapasitas 2 x 100 MW itu salah satu pembangkit listrik dalam sistem kelistrikan Sulawesi bagian Selatan yang menerapkan cofiring dengan memanfaatkan limbah bonggol jagung. Cofiring adalah teknik substitusi dalam pembakaran PLTU, di mana sebagian batu bara sebagai bahan bakar digantikan dengan bahan lain. Teknik ini bertujuan mengurangi ketergantungan terhadap sumber energi tidak terbarukan seperti batu bara.
Bonggol jagung yang dikumpulkan dari petani dan masyarakat digiling dan diolah sedimikian rupa. Bahan itu dijadikan bahan bakar alternatif campuran batu bara untuk mendukung peningkatan kualitas produksi listrik serta rantai pasok energi primer pada PLTU.
“Bahasa simpelnya, misalkan kita harus membakar 200 ton batu bara, diganti dengan 300 ton bonggol jagung. Ada usaha untuk melakukan transisi energi,” kata Firmansyah Fattah, Pejabat Pelaksana Lingkungan pada PLN Unit Pelaksana Pembangkitan (UPK) Punagaya saat dihubungi IDN Times, Jumat (16/12/2022).
Limbah bonggol jagung yang selama ini langsung dibuang ternyata punya manfaat besar untuk lingkungan. Mengolahnya sebagai bahan bakar bisa jadi solusi menekan emisi karbon seiring upaya mendukung transisi energi.
Upaya itu ditunjukkan PT PLN (Persero) pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Punagaya di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. PLTU berkapasitas 2 x 100 MW itu salah satu pembangkit listrik dalam sistem kelistrikan Sulawesi bagian Selatan yang menerapkan cofiring dengan memanfaatkan limbah bonggol jagung.
Cofiring adalah teknik substitusi dalam pembakaran PLTU, di mana sebagian batu bara sebagai bahan bakar digantikan dengan bahan lain. Teknik ini bertujuan mengurangi ketergantungan terhadap sumber energi tidak terbarukan seperti batu bara. Di PLTU Punagaya, bahan bakar alternatif itu bersumber dari senyawa organik (biomassa) berupa limbah bonggol jagung.
Bonggol jagung yang dikumpulkan dari petani dan masyarakat digiling dan diolah sedimikian rupa. Bahan itu dijadikan bahan bakar alternatif campuran batu bara untuk mendukung peningkatan kualitas produksi listrik serta rantai pasok energi primer pada PLTU.
“Bahasa simpelnya, misalkan kita harus membakar 200 ton batu bara, diganti dengan 300 ton bonggol jagung. Ada usaha untuk melakukan transisi energi,” kata Firmansyah Fattah, Pejabat Pelaksana Lingkungan pada PLN Unit Pelaksana Pembangkitan (UPK) Punagaya saat dihubungi IDN Times, Jumat (16/12/2022).
3. PLTU melibatkan masyarakat melalui bank sampah

Firmansyah mengungkapkan, menurut road map, penggunaan limbah bonggol jagung ditargetkan hingga lima persen dari total bahan bakar. Namun capaiannya ke depan akan tergantung dengan suplai.
Untuk menjaga rantai pasok, PLN melibatkan petani dan masyarakat melalui bank sampah. Bank sampah berfungsi mengumpulkan limbah bonggol jagung dari petani. Limbah itu dilimpahkan kepada pemasok alias supplier pemilik mesin giling, lalu diteruskan ke PLTU dalam bentuk cacahan. Biasanya PLTU menerima suplai hingga dua kali sebulan dengan total 200 ton.
Sejauh ini, kata Firmansyah, baru satu bank sampah yang secara optimal menyuplai limbah bonggol jagung. Bank sampah itu terletak di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar. Sedangkan suplier yang punya mesin penggiling terletak di Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa.
“Suplier juga punya binaan dan lokasi tersendiri di luar bank sampah. Mungkin sudah kerja sama juga dengan beberapa masyarakat,” katanya.
Fattah mengatakan, limbah bonggol jagung turut menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat petani. Sebab sebelumnya bonggol jagung biasanya hanya dibiarkan menjadi sampah yang berakhir di TPA. Atau pada situasi tertentu, bonggol jagung dibiarkan tergeletak hingga menyumbat saluran air dan menyebabkan banjir.
Limbah bonggol jagung tidak didapatkan PLN secara gratis. Mereka membelinya lewat perantara bank sampah dan supplier, meski tak disebutkan berapa harga yang ditawarkan untuk setiap kilogram. Ke depan, PLN berencana memberdayakan lebih banyak bank sampah demi kontinyuitas rantai pasokan. Saat ini kemampuan pasok bonggol jagung dari bank sampah sekitar 1-3 ton per hari, dan ditargetkan ke depan bisa terpenuhi hingga 15-30 ton per hari.
“Jadi ada skema yang saling menguntungkan bagi warga sekitar. Soal harga, yang jelas kita beli lebih murah daripada batu bara, sesuai arahan pemerintah,” ucap Firmansyah.