Muhammad Amri Arsyid dan Abdul Rahman Bando menutup pintu pendaftaran pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar 2024-2029 di KPU Makassar, Jalan Perumnas Raya, Kamis (29/8/2024) malam. IDN Times/Faisal Mustafa
Menyikapi kedelapan figur tersebut, Ali cukup tertarik dengan kemunculan Amri Arsyid dan Rahman Bando di detik-detik terakhir. Betapa tidak, Pilwali Makassar yang semula digadang-gadang diikuti 3 paslon, akhirnya diikuti 4 paslon setelah pasangan berakronim AMAN ini menjadi poros baru. Hal ini, kata Ali, tentu menjadi plot twist.
Ali mengaku ini menarik lantaran Amri tidak berasal dari klan politik mana pun. Kalaupun Rahman Bando berasal dari Enrekang, namun hal ini tidak begitu berpengaruh di Makassar karena Enrekang punya klan politik tersendiri.
"Tapi khusus untuk Amri kan dia tidak berasal dari keluarga politik walaupun mungkin dia ada keluarga politik tapi tidak seterkenal keluarga Seto dan Rudianto Asapa, Rezki anaknya Lutfi Halide, Aliyah Ilham, Munafri, Indira dan Ilham Fauzi anaknya Amir Uskara yang ini tidak terlalu mencolok aliran klannya," kata Ali.
Sebenarnya, kata Ali, bisa memberikan keuntungan untuk pasangan AMAN. Sebab, publik masih heboh dengan politik dinasti Jokowi yang masih menjadi sorotan. Isu ini tentu merambat ke Pilkada .
"Tentu yang tidak punya garis dinasti yang kuat justru akan mendapatkan keuntungan. Tapi di satu sisi ini kan hanya satu bagian wacana politik saja. Tentu akan banyak wacana politik lain yang akan berkembang," kata Ali.
Menurut Ali, Amri akan sangat diuntungkan dengan ketidaksimpatian masyarakat resistensi yang muncul akibat isu dinasti politik yang terlalu kuat saat ini. Meski begitu, Amri pun masih termasuk bagian dari komunitas politik saja.
"Tentu banyak lagi yang lain karena kita juga harus lihat relasi-relasi mereka seperti apa. Seperti apa orang-orang besar di belakang mereka, jaringan seperti apa yang bisa mereka gerakkan, potensi seperti apa yang bisa mereka mobilisasi ke dalam upaya mereka untuk memenangkan kontestasi politik itu sebenarnya ada banyak hal," kata Ali.
Meski begitu, Ali memandang ada untung rugi ketika calon berasal dari klan politik atau tidak. Keuntungannya, klan-klan politik ini sudah punya network tapi di sisi lain, dia berada pada kondisi yang tidak tepat saat ini karena Indonesia sedang digoncang isu dinasti politik.
"Tentu yang tidak punya latar dinasti, tidak punya latar political clan, tentu itu akan diuntungkan secara wacana," kata Ali.