SLB Negeri Pembina Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar disegel. IDN Times/Sahrul Ramadan
Aksi protes hingga penyegelan, merupakan wujud kekesalan para perangkat SLB, khususnya orang tua siswa kepada oknum kepala sekolah. Kepsek, selama ini dinilai tidak transparan dalam mengelola dana beasiswa yang seharusnya diterima ratusan pelajar SLB.
Wiwi mengatakan, anggaran beasiswa yang seharusnya didapatkan pelajar, bersumber dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sesuai kebijakan dan peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun ajaran 2020.
Selama tiga tahun belakangan, kata Wiwi, pelajar hanya menerima sebagian dari beasiswa yang seharusnya didapatkan. Misalnya disebutkan Wiwi, untuk pelajar SD, nominal yang seharusnya diterima Rp1.500.000 per tahun.
Tetapi yang justru diterima pelajar hanya Rp500.000. Pihak sekolah melalui kepsek berdalih, beasiswa dipotong untuk pengadaan keperluan para pelajar. Mulai dari seragam, sepatu, tas, hingga alat tulis.
"Sementara barang-barang semua ini tidak sesuai dengan standar apa yang dipotong. Ini mudah rusak, belum berapa lama dipakai langsung terbuka misalnya sepatu. Itu sangat jauh dari spesifikasi," ungkap Wiwi.
Pemotongan beasiswa, lanjut Wiwi, juga berlaku pada tingkat SMP hingga SMA di SLB ini. Pengadaan keperluan sekolah juga sama, hanya bentuk seragam yang membedakan. Wiwi mengaku dia dan sebagian besar orang tua siswa lainnya telah berulang kali meminta penjelasan soal transparansi pengelolaan beasiswa kepada kepsek.
Namun, kepsek menurut mereka kerap menghindar dan seoalah-olah tidak ingin menerima kehadiran seluruh orangtua siswa. "Itu yang kita mau tahu, bagaimana sebenarnya pencairannya. Apakah beasiswa yang diterima siswa ini, dapat pemotongan atau murni langsung sesuai dengan peraturan," imbuh Wiwi.