Petugas melakukan pendeteksi suhu tubuh (thermal scanner) saat penumpang pesawat tiba di terminal 2 Bandara Juanda Surabaya, Jawa Timur, Rabu (22/1/2020). Kantor Kesehatan Pelabuhan kelas 1 Surabaya wilayah kerja bandara Juanda meningkatkan kewaspadaan dengan memasang alat pendeteksi suhu tubuh (thermal scanner) untuk mengantisipasi masuknya virus corona yang berasal dari negara China ke wilayah Indonesia. ANTARA FOTO/Umarul Faruq/hp.
Lebih lanjut, McGraw menyebut ada banyak faktor yang berperan penting dalam berakhirnya penyebaran sebuah wabah. "Ada (seberapa pesat) tingkat penyebaran virus, efektivitas praktik pengendaliannya, cuaca dan kekebalan manusia. Semua itu berpotensi memainkan peran penting," lanjutnya.
Beberapa "kerabat" COVID-19 sebelumnya, SARS dan MERS, juga tak menunjukkan tanda-tanda sebagai virus musiman. "Wabah virus corona di masa lalu, SARS dan MERS, belum menunjukkan bukti yang jelas apakah bersifat musiman atau tidak. SARS memang berakhir pada Juli 2003, tetapi tidak jelas apakah karena cuaca. MERS malah tidak menunjukkan tanda tersebut," lanjut Bollyky.
Lantaran patogen COVID-19 masih sangat baru, banyak manusia yang belum sama sekali memiliki sistem kekebalan alami khusus untuk virus tersebut. Penjelasan itu datang dari Profesor John Nicholls, seorang ahli kesehatan University of Hong Kong.