Rahman (47), pemilik salah satu kantin di SMP Negeri 8 Makassar, Jumat (10/10/2025). IDN Times/Ashrawi Muin
Rahman (47), pemilik salah satu kantin, merasakan penurunan penjualan makanan berat sejak MBG diterapkan. Meski begitu, kantin tetap buka setiap hari, melayani siswa yang membeli jajanan ringan dan minuman.
"Saya jual nasi ayam, makanan berat. Itu jelas sangat berkurang. Yang dulunya bisa sampai 50 porsi sekarang mungkin tinggal 15 porsi. Kalau makanan ringan ada," kata Rahman kepada IDN Times.
Dia mengatakan penghasilannya berkurang sekitar 50 persen. Namun mau tidak mau, dia harus tetap bertahan. Walau bagaimana pun, tetap akan ada siswa yang jajan di kiosnya.
"Artinya masih survive kantin walaupun penghasilannya berkurang. Saya jualan makanan berat untuk jajannya anak-anak. Kan biasa ada yang tidak sarapan," katanya.
Rahman mengakui program MBG bermanfaat bagi siswa, meski berdampak pada pendapatan kantin. Namun dia berharap kantin juga dilibatkan dalam program, agar penghasilan tidak terlalu bergeser dan tetap berkelanjutan.
"Tidak mungkin tidak tergeser. Tapi kami terima karena memang begitu ekonomi. Di satu sisi, ada yang hilang pendapatannya, di sisi lain ada orang mendapatkan yang lain. Tawakkal saja. Tapi mekanismenya bagusnya dilibatkan kantin," katanya.