Ilustrasi penyaluran Makan Bergizi Gratis (IDN Times/Tunggul Damarjati)
Sementara itu, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Fatmawati Rusdi, menekankan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap operasional Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Hasil monitoring, kata dia, bisa dijadikan dasar untuk memberi sanksi hingga menutup dapur yang tidak mematuhi standar operasional.
"Saya meminta kepada BGN agar menutup dapur atau SPPG yang tidak qualified," kata Fatma, dalam siaran pers, Kamis (2/10/2025).
Dia menilai tata kelola SPPG yang tidak memadai serta peralatan yang jauh dari standar mencerminkan lemahnya kesiapan dapur. Kondisi itu disebut sebagai salah satu penyebab munculnya kasus keracunan MBG di berbagai daerah.
"Manajemen dan peralatan yang tidak standar, tentu cerminan SPPG yang tak siap dan tak layak, serta pemicu terjadinya KLB (kejadian luar biasa)," tegasnya.
BGN mencatat sebanyak 6.517 orang mengalami keracunan MBG sejak program ini diluncurkan pada Januari hingga September 2025 di berbagai wilayah Indonesia.
Walau di berbagai daerah terjadi kasus keracunan usai menyatap menu MBG, namun di Sulsel sejauh ini belum ada dilaporkan kasus serupa. Fatma menegaskan Sulawesi Selatan tidak boleh mengalami kasus keracunan akibat program MBG.
"Khusus di Provinsi Sulawesi Selatan, kami tidak mau ada kejadian luar biasa (KLB) atau keracunan MBG," tegasnya.
Meski begitu, dia tetap mengajak masyarakat tetap percaya pada program MBG sebagai upaya pemerintah mencegah kekurangan gizi pada anak. Menurutnya, keyakinan publik penting agar tujuan program tidak terganggu.
"Yang tak kalah penting saat ini adalah meyakinkan kepada anak kita, orangtua siswa, dan pihak sekolah bahwa tujuan dari MBG ini adalah untuk memastikan anak-anak kita tidak mengalami kekurangan gizi," kata Fatma.