Pemilu 2024, Panggung Harapan bagi Gen Z

Makassar, IDN Times - Pada tahun 2017, Arya Seno Bagaskoro, seorang siswa SMA Negeri 5 Surabaya, Jawa Timur, menginisiasi aksi pelajar di kotanya. Dia bersama sekitar 30 siswa lintas sekolah menemui Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf untuk berdialog soal persoalan akibat pelimpahan kewenangan SMA/SMK ke pemerintah provinsi. Salah satunya keluhan siswa yang tidak kuat membayar SPP.
Seno, yang dikenal sebagai pendiri Aliansi Pelajar Surabaya (APS), tampil sebagai tokoh gerakan politik di usia belia. Enam tahun berselang, Seno berstatus mahasiswa Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair). Kini dia terjun ke politik arus utama dengan bergabung bersama Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Pilihan berpolitik berawal dari keresahannya tentang kebijakan yang terkadang tak sesuai dengan keinginan anak muda atau Generasi Z seperti dirinya.
Di Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang, kata Seno, bukan hanya dirinya yang bangga menjadi bagian dari partai politik. Melainkan semakin banyak Gen Z yang tidak ragu menunjukkan identitasnya sebagai bagian dari politik. Menurut pria kelahiran 23 Agustus 2001, itu bagus sebagai penyeimbang parpol yang selama ini hanya diisi orang tua.
“Anak-anak muda harus masuk untuk menyeimbangkan gagasan itu. Parpol ini bisa mengerti juga keinginnan dan kehendak anak muda,” kata Seno pada program Ngobrol Seru yang ditayangkan langsung di Instagram IDN Times, Jumat (24/2/2023).
Seno menganggap bahwa lewat partai politik, Gen Z akan membawa gagasan tentang keresahan yang selama ini mereka hadapi. Misalnya, tentang sulitnya mencari pekerjaan, perubahan iklim, hingga soal Artificial Intelligence (AI).
“Aku juga ngajak teman-teman berpartai Politik. Kita berpartai politik dengan bersuka ria, gak ada bayangan kita mempertahankan kursi. Yang kita bawa adalah isu-isu yang penting untuk masa depan,” ungkapnya.
Usia muda juga tidak menghalangi niatan Almira Nabila Fauzi memasuki gelanggang politik. Dara berusia 24 tahun itu itu berkeinginan menuangkan solusi hingga gerakan baru bagi masyarakat. Dia memilih bertarung di pencalonan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Provinsi Lampung.
Tumbuh besar di lingkungan politik, Almira, mengaku sudah terbiasa mendengar isu maupun bahasan politik dari lingkungan orang-orang sekitar sejak bangku sekolah. Tak heran, sebab dia adalah putri sulung Wakil Bupati Pringsewu periode 2017-2022, H Fauzi.
"Saya merasa di tahun-tahun sebelumnya hanya bisa mendengarkan dan bersuara tentang isu-isu politik dengan orang-orang sekitar. Saya rasa ini waktunya, berbuat untuk masyarakat Lampung," ujarnya kepada IDN Times, Kamis (23/2/2023).
Almira memilih DPD karena dianggap punya penampungan cangkupan aspirasi masyarakat lebih luas, dibanding lembaga legislatif DPR atau DPRD yang hanya menaungi suatu daerah pilihan tertentu. Selain itu, lembaga DPD juga memiliki kolerasi penghubung aspirasi langsung ke pemerintah pusat.
"Kita dapat menciptakan solusi atau gerakan baru yang lebih leluasa, karena bekerja langsung menghubungkan daerah dengan pusat," ucapnya.
Seno dan Almira potret dari Gen Z yang melek politik. Kesadaran mereka terhadap politik terbantu lewat konsumsi berita dan informasi yang lebih cepat dan bebas di era digital, dibandingkan generasi sebelumnya.
Sebagai gambaran, lebih dari separuh atau 53 persen Gen Z mengatakan bahwa mereka mengakses berita politik dengan frekuensi bervariasi. Itu merupakan hasil riset Gen Z Report 2022 yang diterbitkan IDN Research Institute bekerja sama dengan Populix. Survei melibatkan seribu responden dari 12 kota pada 27 hingga 7 Maret 2022.
Meski banyak juga di antara Gen Z yang jarang mengakses berita politik, bukan berarti mereka tidak peduli. Pada tahun 2019, mahasiswa Indonesia dari 26 universitas di bawah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia mengadakan demonstrasi terbsesar setelah tahun 1998, yang dikenal sebagi gerakan Reformasi Dikorupsi. Di 2020, mahasiswa memprotes pembahasan Omnibus Law lewat aksi demonstrasi, kemudian berlanjut di 2022 saat mereka memprotes wacana penundahaan Pemilu 2024 yang dikaitkan dengan peluang periode ketiga bagi Presiden Joko Widodo.
Gen Z tidak hanya mengambil peran lewat gerakan politik secara aktif. Pada Pemilu 2024, jumlah mereka bersama milenial diperkirakan 60 persen dari total pemilik hak suara. Tak berlebihan jika Gen Z disebut sebagai penentu masa depan, karena keputusannya akan menentukan calon pemimpin lima tahun ke depan lewat pemilu. Menurut Gen Z Report 2022, 41 persen Gen Z siap menggunakan hak pilihnya, 30 persen netral, dan 29 persen menyatakan tidak peduli.
Seperti apa kekuatan Gen Z di politik dan bagaimana mereka berpartisipasi? Lalu apa harapan mereka jelang Pemilu 2024? Simak ulasannya berikut ini.
1. Optimisme anak muda di balik gaya baru berpolitik
Survei lain yang dilansir Aksara Research and Consulting pada 21 Desember 2022 mengungkap bahwa minat anak muda terjun ke politik praktis masih rendah. Hanya 13,6 persen anak muda yang menyatakan berminat menjadi anggota partai politik.
Di antara tak banyak anak muda yang berkecimpung di politik praktis, M Ripzy Abdul Latif (24) memantapkan diri mengambil pengabdian di jalur itu. Alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram tahun 2021 itu ingin berkontribusi membangun daerah dengan menjadi kader parpol. Sebelumnya dia sudah aktif berorganisasi di kampus.
"Ketika keluar dari kampus akan menambah pengalaman, maka kita masuk politik praktis," kata Ripzy yang masuk jajaran pengurus DPW Partai Solidaritas Indonesia (PSI) NTB.
Banyak orang awam yang mengatakan bahwa politik adalah hal yang buruk. Tetapi menurutnya, itu anggapan orang yang melihat dari luarnya saja. Dengan terjun langsung di dalamnya, banyak hal yang bisa diperbuat melalui jalur politik untuk perubahan suatu daerah dan bangsa.
Ripzy mengatakan, pengabdian lewat jalur politik praktis bisa sangat luas. Yaitu, bagaimana berpikir bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri tetapi dapat berbuat bagi kepentingan masyarakat yang lebih luas. Politik itu tidak sekadar masalah kekuasaan, tetapi, menurutnya, politik adalah bagaimana memanusiakan manusia.
Lewat jalur politik, anak muda bisa mendorong kebijakan-kebijakan pemerintah lebih baik lagi ke depannya. Ia memberikan contoh seperti di NTB, di mana kasus kekerasan di dunia pendidikan terhadap perempuan dan anak masih menjadi isu krusial. Dengan terjun ke dunia politik, masalah tersebut lebih mudah disuarakan agar dilakukan pembenahan-pembenahan oleh pemerintah daerah. Begitu juga masalah lingkungan dan perubahan iklim.
"Sehingga atas dasar itu saya membesarkan hati, meminta pendapat teman-teman, berdiskusi dengan teman-teman yang lain. Sehingga hati saya mantap ikut terjun ke dunia politik praktis," tuturnya.
Di usia yang sama, 24 tahun, Rivo Derry Kumara juga memilih terjun ke dunia politik. Anak mendiang Margiono, eks Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) itu, berencana mencalonkan diri sebagai anggota parlemen di DPRD Tangerang Selatan, Banten, pada Pemilu 2024. Dia bercita-cita mengawal pembangunan di Tangsel, kota di mana ayahnya jadi salah satu pendiri.
Rivo memilih Partai Golkar sebagai kendaraan politik. Dia mengatakan telah lama belajar dari almarhum ayahnya lewat berbagai kegiatan sosial politik. Dengan nilai-nilai kehidupan yang telah dia dapatkan, Rivo memutuskan untuk bertarung di 2024.
"Saya ingin memberikan pengabdian yang masih muda ini agar bermanfaat. Karena dalam politik banyak saluran yang bisa kita gunakan untuk melayani masyarakat dengan lebih baik," kata lulusan Universitas Prasetya Mulya tersebut.
Dalam menuju kursi legislatif, Rivo mengaku tak neko-neko dan melakukan dengan apa adanya. Sejak lama, dia mengaku sudah aktif membantu lingkungan dan ikut serta dalam kegiatan sosial.
"Saya orangnya terbuka untuk menampung aspirasi untuk kita saling diskusi bersama. Semoga masyarakat mendukung apa yang menjadi cita-cita bersama untuk membangun kota Tangsel ini." ungkapnya.
Dia juga mengklaim, tujuan ke dunia politik bukan untuk mencari pundi-pundi, melainkan murni mengabdi pada publik. "Saya berkomitmen penuh untuk membuang jauh-jauh yang namanya korupsi atau segala macam itu, nggak lah,” kata dia.
Di balik optimisme anak-anak muda di kancah politik, mereka menawarkan warna baru. Seno mengungkapkan bagaimana pemanfaatan teknologi bisa saluran tepat untuk menggalang dukungan dan menyalurkan aspirasi.
Gen Z sejak lahir sudah dihadapkan dengan perkembangan teknologi informasi, di mana mereka dapat mengkases informasi dengan sangat mudah dan cepat. Menurut Zeno, kehidupan Gen Z akan tidak jauh dari penggunaan teknologi, termasuk dalam politik praktis.
“Aku rasa gaya politik gen z tidak lepas dari media sosial,” tutur dia.
Menurut Seno, Gen Z akan menggunakan alat berupa media sosial untuk mencari sosok pemimpin yang tepat bagi dirinya, pemimpin yang memiliki gagagsan dan kebijakan sesuai harapan Gen Z. Mereka akan cenderung melihat track record calon pemimpin melalui media sosial. Di sisi lain, medsos jadi sarana interaksi dua arah yang efektif.
“Anak muda akan demen dengan politisi yang bisa menjawab persoalan di masyaralat dan melaporkannya lewat media sosial, sehingga masyarakat bisa memantau,” ungkap dia.