Pesan dan dukungan yang serupa juga disampaikan oleh dua Menteri melalui sambutan daring. Di antaranya yakni Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga. Dis menguatkan bahwa anak-anak termasuk kelompok rentan yang menghadapi tantangan dari dampak perubahan Iklim di Indonesia.
"Penting untuk berfokus pada meningkatkan resiliensi anak dengan melibatkan mereka dalam aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, termasuk mengintegrasikan dan mempertimbangkan peran anak dan kelompok rentan lainnya dalam kebijakan nasional maupun daerah, terutama bagi anak-anak yang tinggal di daerah rawan bencana. Peluncuran Rally Kampanye Aksi Generasi Iklim di delapan Provinsi menjadi momen bersejarah dalam memperjuangkan hak-hak anak," ucapnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga menyampaikan pesan bahwa program pemerintah dalam penguatan peran serta masyarakat termasuk anak-anak dalam mengurangi risiko dampak buruk perubahan iklim.
"Mendorong peran anak-anak untuk dapat berkontribusi dengan cara sederhana seperti mengehmat air, mengurangi penggunaan plastik dan menjaga lingkungan kesehatan, membangung resisliensi kesehatan ditengan tantangan perubahan iklim.”
Krisis iklim telah memperburuk situasi hak-hak anak di Indonesia. Tantangan pada hak kesehatan anak semakin meningkat dengan maraknya kasus diare, pneumonia, dan demam berdarah dengue, serta pemenuhan nutrisi anak yang terhalang akibat kekeringan dan gagal panen. Hak anak atas pendidikan juga terancam terganggu dalam situasi kekeringan ataupun anomali cuaca yang tidak menentu seperti hujan deras yang mengakibatkan banjir dan longsor sehingga akses jalan terputus, membuat anak-anak terancam tidak bisa ke sekolah serta kehilangan hak belajarnya.
Krisis iklim juga menyebabkan kesulitan ekonomi keluarga yang berdampak langsung pada terganggunya hak-hak anak. Dampak krisis iklim pada anak sudah dirasakan secara nyata saat ini. Seluruh pihak tidak bisa menunda respon lagi untuk bersama anak-anak melewati krisis iklim.