Makassar, IDN Times - Sering kali media massa mengangkat judul berita dengan kata-kata yang siratkan eksploitasi terhadap tubuh perempuan. "Wow! Beli Mie Di sini Bisa Dilayani Gadis Cantik dan Seksi" atau "Wanita Seksi dan Cantik Ini Tak Malu Jadi Petugas Antar Makanan" adalah dua contoh tajuk dari fenomena ini.
Masih banyak contoh perihal relasi media terhadap gender, terutama representasinya dalam artikel. Nah, stereotip ini dianggap semakin menjadi. Padahal stereotip adalah proyeksi pola pola pikir khalayak umum dan seksualitas perempuan.
Padahal media punya peran krusial dalam pembentukan opini publik dan advokasi, demi perjuangan kesetaraan dan keadilan gender. Bukannya melanggengkan kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan. Media adalah corong propaganda terdepan dalam kampanye melawan stereotip tersebut.