Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Balai Kota Makassar. (IDN Times/Ashrawi Muin)
Balai Kota Makassar. (IDN Times/Ashrawi Muin)

Intinya sih...

  • Pengadaan barang dan jasa untuk memperkuat perekonomian daerah

  • Pemerintah sebagai penyeimbang ekonomi dan sinergi dengan lembaga-lembaga terkait

  • Pemkot dorong UMKM menuju ekspor dengan fokus pada program berkelanjutan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Makassar, IDN Times – Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, menegaskan pentingnya memperkuat regulasi dalam proses belanja barang dan jasa pemerintah. Langkah ini, katanya, menjadi upaya strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal sekaligus memperkuat pelaku usaha di daerah.

Penegasan itu disampaikan Munafri saat memberikan sambutan dalam Sosialisasi Implementasi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 46 Tahun 2025 tentang Sinergi LKPP dalam Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri, yang digelar di Hotel Four Points by Sheraton Makassar, Kamis (30/10/2025).

1. Pengadaan barang dan jasa instrumen untuk memperkuat perekonomian daerah

ilustrasi anggaran (IDN Times/Aditya Pratama)

Munafri menyebut Pemerintah Kota Makassar berkomitmen menjadikan kebijakan pengadaan barang dan jasa sebagai instrumen nyata untuk memperkuat perekonomian daerah. “Kami akan memperkuat pendampingan agar UMKM di Makassar menjadi lebih berdaya, naik kelas, dan mampu mendukung pembangunan kota,” tegas Munafri.

Ia menjelaskan, sebanyak 50 persen belanja pemerintah diarahkan untuk produk lokal, dan dari jumlah tersebut setengahnya akan diperuntukkan bagi pelaku UMKM. “Komitmen Pemerintah Kota agar 50 persen belanja pemerintah harus belanja lokal. Dari jumlah itu, 50 persen lagi akan diberikan kepada UMKM,” jelasnya.

Mantan bos PSM Makassar itu menambahkan, total belanja Pemkot Makassar saat ini mencapai sekitar Rp3 triliun. Dari jumlah tersebut, ia ingin memastikan peluang ekonomi benar-benar dapat diakses masyarakat lokal, terutama pelaku usaha kecil.

“Kami sedang membangun komitmen agar 50 persen belanja itu benar-benar dinikmati oleh pelaku usaha di Kota Makassar,” kata politisi Golkar itu.

2. Pemerintah jadi penyeimbang ekonomi

Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin. (IDN Times/Asrhawi Muin)

Munafri menilai kehadiran pemerintah harus menjadi penyeimbang agar tidak terjadi ketimpangan ekonomi di masyarakat. Ia mencontohkan fenomena menjamurnya lapangan paddle tennis di Kota Makassar yang dibangun tanpa standardisasi yang jelas.

“Banyak investor yang membangun tanpa ada standar baku. Ini yang ingin kami dudukkan bersama, agar ada kesepahaman dan regulasi jelas supaya tidak muncul masalah seperti kredit macet di kemudian hari,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya sinergi dengan lembaga-lembaga seperti LKPP agar pengelolaan anggaran daerah tidak melenceng dari tujuan utamanya, yakni kesejahteraan masyarakat.

“Kami juga terus meminta arahan agar tidak salah dalam menggunakan dana atau anggaran APBD, supaya penggunaannya benar-benar untuk masyarakat,” tambahnya.

3. Pemkot dorong UMKM menuju ekspor

Ilustrasi UMKM. (IDN Times/Aditya Pratama)

Dengan jumlah penduduk mencapai 1,4 juta jiwa, Munafri menyebut Makassar memiliki potensi besar sebagai kota perdagangan dan jasa sekaligus gerbang ekonomi Kawasan Timur Indonesia. “Kota Makassar ini kota yang hidup dari sektor perdagangan barang dan jasa. Dengan posisi yang strategis, memiliki laut, sungai, dan daerah penyangga pertanian yang luas, potensi ekonominya sangat besar,” katanya.

Sejak 2019, Pemkot Makassar telah menerapkan sistem pengadaan barang dan jasa secara elektronik 100 persen. Bahkan, Makassar menempati posisi kedua nasional dalam nilai transaksi sistem tersebut dengan total Rp645 miliar.

“Kami sudah 100 persen menggunakan sistem pengadaan elektronik sejak 2019. Ini bukti komitmen transparansi dan efisiensi kami,” ujarnya.

Munafri menambahkan, Pemkot Makassar kini fokus pada program-program berkelanjutan yang memperkuat daya beli masyarakat, bukan hanya bantuan tunai semata. “Kami ingin memastikan bahwa setiap rupiah dari APBD memberikan manfaat nyata. Tidak hanya bantuan tunai, tapi juga program yang menumbuhkan kemandirian masyarakat,” ucapnya.

Ia menyebut beberapa langkah yang sudah berjalan antara lain perbaikan jalur distribusi air minum, inkubator bisnis UMKM, dan sertifikasi higienitas untuk pelaku UMKM sektor makanan dan minuman. Menurutnya, tujuan akhir dari pengembangan UMKM adalah ekspor, karena menjadi indikator bahwa tata kelola usaha telah berjalan baik.

“Ketika produk kita bisa menembus pasar ekspor, artinya tata kelola sudah matang. Itu target jangka panjang kami,” jelasnya.

Editorial Team