Ilustrasi UMKM. (IDN Times/Aditya Pratama)
Dengan jumlah penduduk mencapai 1,4 juta jiwa, Munafri menyebut Makassar memiliki potensi besar sebagai kota perdagangan dan jasa sekaligus gerbang ekonomi Kawasan Timur Indonesia. “Kota Makassar ini kota yang hidup dari sektor perdagangan barang dan jasa. Dengan posisi yang strategis, memiliki laut, sungai, dan daerah penyangga pertanian yang luas, potensi ekonominya sangat besar,” katanya.
Sejak 2019, Pemkot Makassar telah menerapkan sistem pengadaan barang dan jasa secara elektronik 100 persen. Bahkan, Makassar menempati posisi kedua nasional dalam nilai transaksi sistem tersebut dengan total Rp645 miliar.
“Kami sudah 100 persen menggunakan sistem pengadaan elektronik sejak 2019. Ini bukti komitmen transparansi dan efisiensi kami,” ujarnya.
Munafri menambahkan, Pemkot Makassar kini fokus pada program-program berkelanjutan yang memperkuat daya beli masyarakat, bukan hanya bantuan tunai semata. “Kami ingin memastikan bahwa setiap rupiah dari APBD memberikan manfaat nyata. Tidak hanya bantuan tunai, tapi juga program yang menumbuhkan kemandirian masyarakat,” ucapnya.
Ia menyebut beberapa langkah yang sudah berjalan antara lain perbaikan jalur distribusi air minum, inkubator bisnis UMKM, dan sertifikasi higienitas untuk pelaku UMKM sektor makanan dan minuman. Menurutnya, tujuan akhir dari pengembangan UMKM adalah ekspor, karena menjadi indikator bahwa tata kelola usaha telah berjalan baik.
“Ketika produk kita bisa menembus pasar ekspor, artinya tata kelola sudah matang. Itu target jangka panjang kami,” jelasnya.