Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Saintek Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Yudi Darma saat membuka kegiatan Semesta Panen Raya Berdikari 2025 di Makassar, Sabtu (9/11/2025). (Dok. Istimewa)
Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Saintek Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Yudi Darma saat membuka kegiatan Semesta Panen Raya Berdikari 2025 di Makassar, Sabtu (9/11/2025). (Dok. Istimewa)

Makassar, IDN Times - Konsorsium Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Vokasi (PTPPV) Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara (Sultanbatara) menggelar ajang Panen Raya Berdikari 2025, di lobi Phinisi Point Mall (PIPO) Makassar, Sabtu (8/11/2025). Kegiatan yang menjadi bagian dari Program SEMESTA (Sinergi Membangun Ekosistem Strategis Terpadu dan Adaptif) di bawah Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.

Panen Raya Berdikari merupakan pameran hasil riset perguruan tinggi vokasi, sekaligus wadah kolaborasi besar antara akademisi, industri, pemerintah, dan komunitas. Acara ini mempertemukan berbagai pihak untuk memamerkan hasil riset unggulan, berdiskusi tentang hilirisasi riset, serta menandatangani kerja sama strategis dalam bidang sains dan teknologi terapan.

Ketua Panen Raya Berdikari, Isminarti menerangkan kegiatan ini menjadi langkah penting untuk memperkuat ekosistem inovasi di kawasan timur Indonesia. Tujuannya Mendorong promosi dan pemanfaatan hasil karya sains dan teknologi yang dikembangkan melalui program katalisator kemitraan berdikari, yaitu dengan pendekatan kolaboratif berbasis potensi dan jejaring pemangku kepentingan.

"Semoga kegiatan ini menjadi langkah berkelanjutan dalam memperkuat ekosistem inovasi dan kolaborasi lintas sektor di kawasan Sultanbatara, menuju kemandirian pangan, energi, dan lingkungan," katanya saat membuka kegiatan, Sabtu.

Rangkaian acara Panen Raya Berdikari meliputi pameran dan showcase multi-inovasi saintek, diskusi publik, forum kemitraan, serta penandatanganan MoU antara 24 industri dan UMKM. Selain itu, ada pula lomba mewarnai batik dengan pewarna alami untuk peserta didik PAUD dan TK, yang menjadi simbol keterlibatan generasi muda dalam mengenal sains sejak dini.

1. Lima inovasi unggulan sebagai solusi ketahanan pangan, energi, dan lingkungan

Tim Riset PNUP memperkenalkan produk unggulan inovatif yang merupakan hasil riset terdepan dalam bidang teknologi pengolahan limbah dan pertanian cerdas. (Dok. Istimewa)

Pusat perhatian dalam Panen Raya Berdikari 2025 adalah lima inovasi unggulan yang dikembangkan oleh politeknik di kawasan Sultanbatara. Masing-masing karya riset menawarkan solusi atas isu ketahanan pangan, energi, dan lingkungan, dengan pendekatan berbasis potensi lokal.

  1. Solar Cell Freezer Box Terapung (Sulawesi Barat)
    Inovasi ini dikembangkan oleh Politeknik Bosowa (Poltekbos) untuk membantu nelayan di Desa Orobatu, Kabupaten Mamuju. Freezer box berbasis tenaga surya ini mampu menjaga kesegaran ikan lebih lama tanpa bergantung pada es balok. “Dengan teknologi ini, nelayan bisa langsung membekukan ikan di laut. Ketika sampai di pasar, kondisinya tetap segar,” ujar peneliti Dewi Andriani.

  2. Biochar dan Briket Arang Ramah Lingkungan (Sulawesi Selatan)
    Akademisi Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP), Dr Baso Nasrullah, memanfaatkan limbah tempurung kelapa menjadi briket arang bernilai ekonomi. Teknologi ini dapat diaplikasikan di skala rumah tangga dan UMKM, dan kini telah menarik minat industri di Kabupaten Pinrang. Bahkan, produk hasil uji laboratorium ditargetkan untuk ekspor ke Turki dalam waktu dekat.

  3. Penebar Pakan Otomatis Berbasis IoT dan Energi Surya (Sulawesi Selatan)
    Inovasi lain karya Baso Nasrullah adalah alat penebar pakan ikan otomatis yang dilengkapi sistem Internet of Things (IoT) untuk memantau kualitas air tambak. Energinya bersumber dari panel surya, menjadikannya ramah lingkungan dan efisien bagi petambak kecil di daerah pesisir.

  4. ZAPA Emas – Pewarna Alam Batik (Sulawesi Selatan)
    Penelitian yang digagas Zulfitriany D. Mustaka dari Politeknik Negeri Pertanian Pangkep ini memanfaatkan limbah pertanian seperti sabut kelapa, kulit rambutan, dan biji alpukat untuk menghasilkan pewarna alami batik. Dengan teknologi ekstraksi baru, proses pencelupan batik kini hanya memerlukan tiga kali perendaman, bukan dua puluh kali seperti cara konvensional. Inovasi ini mulai diterapkan oleh pengrajin batik di Kabupaten Sinjai.

  5. EcoFeed Amino – Pakan Ikan Berbasis Limbah Kulit Sapi (Sulawesi Tenggara)
    Dikembangkan oleh Abdul Majid dari Politeknik Bombana, inovasi ini mengubah limbah kulit sapi dari rumah potong hewan menjadi bahan baku pakan ikan dan udang. Kandungan asam amino hasil olahan terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan ikan hingga 30 persen. “Kami ingin limbah yang tak terpakai bisa jadi sumber ekonomi baru bagi peternak dan pembudidaya,” jelasnya.

2. Inovasi dari kampus sebagai pengungkit ekonomi

Talkshow pada kegiatan Semesta Panen Raya Berdikari 2025 di Makassar, Sabtu (9/11/2025). (Dok. Istimewa)

Direktur Politeknik Bosowa, Ahmad Yauri Yunus, menyebut kegiatan Panen Raya Berdikari 2025 sebagai momentum penting untuk memperkuat ekosistem inovasi di kawasan Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara (Sultanbatara). Menurutnya, Panen Raya Berdikari bukan hanya ajang pameran hasil riset, tetapi juga wujud kolaborasi antardaerah dalam mengembangkan sains dan teknologi terapan.

Ahmad Yauri menegaskan, berbagai inovasi yang ditampilkan menjadi bukti bahwa riset vokasi dapat memberikan dampak langsung bagi masyarakat. “Inovasi seperti ini bukti nyata bahwa riset terapan vokasi mampu menjadi solusi konkret ketahanan pangan, energi, dan lingkungan di wilayah timur Indonesia,” katanya.

Sebagai tuan rumah sekaligus pengampu konsorsium, Politeknik Bosowa merasa terhormat bisa menjadi bagian dari kegiatan ini. Ia menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor agar hasil inovasi tidak berhenti di laboratorium. “Dan kami percaya keberhasilan inovasi tidak berdiri sendiri, diperlukan sinergi pentahelix,” ucapnya.

Lebih jauh, ia menilai bahwa kegiatan ini menjadi langkah nyata penerapan konsep kampus berdampak dalam pendidikan vokasi.
“Kita tidak hanya menampilkan hasil riset, tapi memperkuat kemitraan, membuka peluang hilirisasi, dan menumbuhkembangkan budaya kolaborasi antarperguruan tinggi,” tutur Ahmad Yauri.

“Wujud nyata penerapan kampus berdampak pada pendidikan vokasi. Mahasiswa dan dosen dilibatkan langsung dalam kegiatan ini,” tambahnya.

3. Kualitas pendidikan tinggi belum cukup tanpa kontribusi kepada masyarakat

Talkshow pada kegiatan Semesta Panen Raya Berdikari 2025 di Makassar, Sabtu (9/11/2025). (Dok. Istimewa)

Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Saintek Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, Yudi Darma, menegaskan bahwa makna “panen” dalam kegiatan Panen Raya Berdikari 2025 bukan hanya berkaitan dengan pertanian, tetapi juga menggambarkan hasil nyata dari riset dan inovasi di perguruan tinggi.

“Pada hari ini kita bisa membuktikan karya-karya inovasi dari perguruan tinggi, khususnya politeknik, bisa kita saksikan bersama. Dan inilah yang kita harapkan jadi pengungkit perekonomian baru untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.

Yudi menjelaskan, kegiatan seperti Panen Raya Berdikari memiliki peran penting dalam mempertemukan berbagai pihak agar lebih memahami dan memanfaatkan produk sains dan teknologi. “Kami meyakini kegiatan ini mampu jadi jembatan antara publik dan sektor lain—pemerintah daerah, industri, UMKM, koperasi mungkin—untuk lebih mengenal, memahami, dan memanfaatkan produk sains dan teknologi,” tuturnya.

Ia menekankan pentingnya penguasaan sains dan teknologi dalam meningkatkan daya saing nasional melalui pengembangan produktivitas dan kompetensi. Tidak hanya bagi institusi pendidikan, melainkan pada lembaga terkait yang memanfaatkannya.

Lebih lanjut, ia menyinggung tentang Program SEMESTA (Sinergi Membangun Ekosistem Strategis Terpadu dan Adaptif) yang menjadi payung kegiatan ini. “Satu payung besar yang kami harapkan bisa melahirkan lulusan kompeten di bidang sains dan teknologi, tapi juga mengangkat literasi scientific secara lebih masif lagi. Kita harap lahirnya masyarakat yang punya literasi sains dan teknologi yang tinggi, sehingga nanti kita bisa mendapatkan ahli-ahli masyarakat yang lebih rasional secara lebih mudah,” ujarnya.

Dalam sambutannya, Yudi juga menegaskan bahwa kualitas pendidikan tinggi harus terus ditingkatkan, namun hal itu belum cukup tanpa kontribusi nyata bagi masyarakat. “Kualitas pendidikan tidak bisa kita tawar, tapi itu tidak cukup. Kita ingin mengubah paradigma perguruan tinggi termasuk politeknik, tidak hanya lembaga untuk belajar, tapi lembaga yang bisa menawarkan solusi terhadap isu-isu yang ada di masyarakat,” dia melanjutkan.

Editorial Team