Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri Agama Nasaruddin Umar menutup Musabaqah Qiraatil Kutub (MKQ) Internasional di Wajo, Senin (6/10/2025). (dok. Istimewa)
Menteri Agama Nasaruddin Umar menutup Musabaqah Qiraatil Kutub (MKQ) Internasional di Wajo, Senin (6/10/2025). (dok. Istimewa)

Makassar, IDN Times — Penutupan Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Nasional ke-8 sekaligus MQK Internasional perdana di Indonesia digelar Senin malam (6/10/2025), di Lapangan Merdeka Wajo, Sulawesi Selatan. Dalam sambutannya secara virtual, Menteri Agama Nasaruddin Umar mengajak ribuan santri untuk mendoakan korban musibah gedung ambruk di Pesantren Al Khoziny. “Seluruh anak-anak kita yang korban (bangunan ambruk) di Pondok Pesantren di Jawa Timur … Mari kita doakan mereka, mari kita doakan diri sendiri, mari kita doakan semuanya,” tutur Menag.

Perhelatan MQK Internasional 2025 menampilkan peserta dari dalam dan luar negeri, termasuk delegasi negara ASEAN, dan menjadi momentum penguatan tradisi keilmuan pesantren dalam konteks global. Tema “Merawat Lingkungan dan Menebar Perdamaian” menjadi corak utama dalam lomba ini.

Dalam sambutan penutupan, Menag menegaskan, “Jika santri mampu menguasai khazanah ini, mereka akan menjadi duta perdamaian sejati. Nilai-nilai toleransi (tasamuh), keseimbangan (tawazun), dan keberanian (syaja’ah) yang tertanam dalam Kitab Kuning adalah modal kita untuk menebar perdamaian.”

Menag juga menyampaikan bahwa Kitab Turats (Kitab Kuning) bukan sekadar teks warisan klasik, melainkan “bank data peradaban” yang mampu memberi jawaban terhadap tantangan zaman modern, termasuk persoalan lingkungan dan konflik global. Dengan pesan ini, Menag berharap MQK tidak hanya sebagai ajang perlombaan keagamaan, namun sebagai ruang strategis bagi santri untuk menyebarkan nilai moderasi, harmoni, dan semangat peduli lingkungan.

1. MQKI ajang penguatan peran pesantren

Peserta ajang Musabaqah Qiraatil Kutub Internasional (MQKI) I tahun 2025, yang digelar di Pondok Pesantren As'adiyah Wajo, Sulawesi Selatan, Kamis (2/10/2025). (IDN Times/Aan Pranata)

Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno dalam arahan penutup menegaskan bahwa pelaksanaan MQKI bukan sekadar ajang kompetisi keilmuan, tetapi juga momentum penguatan peran pesantren dalam menjalankan tiga fungsi utamanya sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren.

“Tiga fungsi pesantren adalah pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan masyarakat. MQKI adalah bentuk nyata fungsi pendidikan; Fajr Inspiration mencerminkan dakwah bil qaul, sementara Ekspo Pesantren menjadi wujud pemberdayaan ekonomi umat,” tegasnya.

Ia juga menyinggung alasan pemilihan Wajo, Sulawesi Selatan sebagai tuan rumah penyelenggaraan MQKI internasional pertama. Menurutnya, Wajo memiliki nilai sejarah dan spiritualitas tinggi dalam tradisi keilmuan Islam Nusantara.

“Wajo dipilih bukan tanpa alasan. Dari sinilah lahir warisan ulama besar seperti Syekh Yusuf Al-Makassari — tokoh nasional dan internasional yang dikenal hingga Afrika Selatan — serta Syekh Jumadil Kubro, salah satu wali yang menjadi cikal bakal penyebaran Islam di Nusantara,” tutur Dirjen.

Dirjen juga menyampaikan apresiasi mendalam kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam kesuksesan penyelenggaraan MQKI 2025. Ucapan terima kasih secara khusus diberikan kepada Pemerintah Kabupaten Wajo, Pesantren As’adiyah selaku tuan rumah, serta jajaran Direktorat Pesantren Kementerian Agama.

“Pelaksanaan MQKI Internasional 2025 menjadi sejarah baru bagi dunia pesantren. Terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja dengan penuh dedikasi. Insyaallah, kita akan bertemu kembali di MQK tahun-tahun berikutnya dengan semangat yang lebih besar,” pungkasnya.

Penutupan MQKI 2025 menjadi simbol keberlanjutan tradisi keilmuan pesantren dalam menjawab tantangan zaman. Dengan semangat “Menjaga Turats, Meneguhkan Moderasi, dan Membangun Peradaban”, ajang ini diharapkan terus menjadi wadah lahirnya ulama muda yang berintegritas, berwawasan global, dan berakar kuat pada khazanah keilmuan Islam klasik.

2. Jawa Tengah raih juara umum MQKI

Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Amien Suyitno. (Dok. Istimewa)

Penutupan MQKI diawali dengan pembacaan Surat Keputusan Dewan Hakim oleh Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam, M. Arskal Salim GP. Dalam kesempatan tersebut, Arskal mengumumkan hasil keputusan Dewan Hakim yang tertuang dalam:

  • Keputusan Dewan Hakim Nomor 004/MQKN/10/00/2025 tentang juara umum Kafilah Provinsi, Kafilah Ma’had Aly, serta Pesantren Terbaik tingkat nasional;

  • Keputusan Dewan Hakim Nomor 001/MQKI/10/00/2025 tentang juara Musabaqah Qira’atil Kutub tingkat internasional;

  • Keputusan Penjabat Pembuat Komitmen Direktorat Pesantren Nomor 8352 dan 8353 Tahun 2025.

Berdasarkan hasil keputusan tersebut, Kafilah Jawa Tengah ditetapkan sebagai Juara Umum MQKI 2025, mengungguli sembilan provinsi lainnya yang masuk dalam daftar 10 Kafilah Provinsi Terbaik, yakni Jawa Timur, DI Yogyakarta, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, PP As’adiah Sengkang, Sumatera Barat, Aceh, dan Kalimantan Selatan.

“Selamat kepada Kafilah Jawa Tengah yang berhasil menjadi juara umum. Semoga prestasi ini menjadi inspirasi bagi kafilah dari provinsi lain untuk terus meningkatkan mutu dan tradisi keilmuan pesantren,” ujar Arskal.

3. Hajatan internasional memberi dampak ekonomi bagi warga sekitar

Ketua Dewan Hakim MQK Internasional 2025 Said Agil Husin Al-Munawar mengisi sesi Fajr Inspiration, Minggu (5/10/2025). (Dok. Istimewa)

MQK Internasional 2025 dipusatkan di Pesantren As’adiyah, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Ajang ini melibatkan sekitar 798 peserta nasional dan puluhan delegasi internasional dari ASEAN, menjadikannya wadah diplomasi budaya pesantren.

Bupati Wajo, Andi Rosman, saat memberi sambutan menegaskan bahwa perhelatan MQK telah memberikan dampak ekonomi luar biasa bagi masyarakat lokal. "Kami berharap perhelatan ini membawa keberkahan. Lebih dari itu, MQK berhasil meningkatkan roda perekonomian masyarakat Wajo, terutama sektor UMKM, mulai dari kuliner tradisional hingga industri sutera khas Wajo yang laku keras selama acara ini," ujarnya.

Editorial Team