Palu, IDN Times - Ngata Uwentira yang berarti kota tak kasatmata atau tidak terlihat. Nama ini diambil dari kata Uventira, dalam bahasa Suku Kaili bermakna air berwarna merah. Letak kampung ini berada di pegunungan antara Kota Palu dan Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
Keberadaan Uwentira mulai dibicarakan sejak zaman penjajahan VOC Belanda. Banyak kepercayaan menyebutkan bahwa Uwentira merupakan Benua Atlantis yang hilang. Selain itu, kampung Uwentira juga dijuluki kerajaan gaib terbesar di Indonesia dengan penguasa raja jin yang membangun istana megah.
Koordinator Komunitas Historia Sulawesi Tengah, Moh Herianto menjelaskan, awalnya Uwentira ditandai dengan adanya sebuah jembatan buatan Belanda yang merupakan bagian dari proyek besar pembuatan jalan di bagian leher Pulau Sulawesi atau yang kini disebut Jalan Trans Sulawesi.
Pengerjaannya diresmikan oleh A.C.D de Graeff selaku Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 19 September 1927. Proyek prestisius itu dikomandoi oleh Jusuf Radja Tiangso.
Sebuah dokumen Onder Afdeeling Paloe menunjukkan gambar jembatan kayu yang berada di Uwentira dikerjakan oleh pekerja Tionghoa pada tahun 1933.
"Bersamaan jembatan tersebut pula, Pemerintah Belanda membuat sebuah pasanggrahan yang disebut dengan Kebun Kopi,” terangnya saat berbincang dengan IDN Times di Palu, Rabu (14/4/2021).