Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Mengunjungi Minahasa, Tanah Pengasingan Tawanan Belanda Mulai 1830-an

Kompleks pemakaman Kyai Modjo di Kelurahan Wulauan, Kecamatan Tondano Utara, Minahasa, Sulut. IDN Times/Savi
Intinya sih...
- Kyai Modjo dan Pangeran Diponegoro diasingkan ke Minahasa oleh Belanda pada tahun 1830 karena perlawanan terhadap kolonialisme yang semakin ekspansif.
- Setelah diasingkan, Kyai Modjo bersama 62 pengikutnya tinggal di Tondano dan membentuk keluarga serta masyarakat baru yang dikenal dengan Jawa Tondano (Jaton).
- Pemimpin Perang Padri, Tuanku Imam Bonjol, juga diasingkan ke Minahasa usai kekalahannya, dan akhirnya menetap di Desa Lotta hingga akhir hayatnya pada tahun 1852.
Manado, IDN Times – Sejak tahun 1830, wilayah Minahasa di Sulawesi Utara (Sulut), menjadi salah satu tempat pilihan pemerintah kolonial Belanda untuk mengasingkan para pemimpin perang dari berbagai daerah di Nusantara.
Memang, pada abad ke-19 perlawanan terhadap kolonialisme kian bergelora lantaran semakin ekspansifnya kompeni Belanda. Umumnya, peperangan yang terjadi bersifat kedaerahan dan banyak pemimpinnya yang ditangkap Belanda.
Editorial Team
EditorIrwan Idris
EditorSavi
Follow Us