Gufron tukang becak di Lamongan saat membenahi jalan berlubang. Dok Istimewa
Gubernur Sumatra Selatan (Sumsel), Herman Deru, menuturkan permasalahan infrastruktur jalan tidak semua tanggung jawab Pemerintah Provinsi (Pemprov). Pemerintahan tingkat pusat hingga kabupaten dan kota termasuk pihak swasta, memiliki tanggung jawab masing-masing untuk mengatasi permasalahan tersebut.
"Perlu juga kita meliterasi masyarakat jalan itu ada lima kriteriannya. Jadi bisa dilihat terlebih dahulu status jalannya," ungkap Deru, Selasa (9/5/2023).
Deru menuturkan, Pemprov tidak lepas tangan begitu saja ketika daerah kesulitan memperbaiki fasilitas publik. Pemprov Sumsel melalui dana Bantuan Gubernur Khusus (Bangubsus) akan dikucurkan ke pos anggaran infrastruktur daerah, baik yang diajukan Pemda maupun diminta masyarakat.
"Ada lima kriteria jalan. Mulai dari Jalan Nasional kewenangannya di bawah Kementerian PUPR, ada jalan provinsi kewenangan di Pemprov, ada juga jalan kabupaten dan kota. Selanjutnya ada jalan desa dan jalan khusus," jelas dia.
Sementara Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) NTB menyebutkan, sekitar 180 kilometer (km) jalan provinsi dalam kondisi rusak parah. Total jalan provinsi di NTB sepanjang 1.484,43 km, di mana lebih dari 10 persen dalam kondisi rusak parah. Untuk memperbaiki itu, butuh anggaran hingga Rp500 miliar atau setengah triliun.
Secara keseluruhan, total panjang jalan di NTB 8.034,89 km, terdiri atas jalan nasional 934,55 km, jalan provinsi 1.484,43 km dan jalan kabupaten 5.625,9 km. Tingkat kemantapan jalan nasional saat ini 97,04 persen sedangkan kemantapan jalan provinsi sebesar 84,52 persen.
"Jalan yang rusak parah totalnya 180 km dari total 1.400 km jalan provinsi. Tapi jalan provinsi itu termasuk juga jalan yang belum tembus," kata Kepala Dinas PUPR NTB Ridwan Syah dikonfirmasi di Mataram, Rabu (10/5/2023).
Harapan besar masyarakat agar pemerintah segera membenahi jalan rusak, tampak kian padam. Beberapa orang mencuri perhatian karena berani mengangkangi kewajiban aparatus negara. Di Kabupaten Lampung Tengah, di sebuah kawasan bernama Kecamatan Seputih Banyak, warga terbiasa hidup dengan kondisi infrastruktur jalan rusak.
Kecamatan Seputih Banyak sendiri berdampingan dengan Kecamatan Seputih Raman dan Rumbia. Walaupun berjarak sekitar 40 Kilometer (Km) dari pusat pemerintahan kabupaten setempat, jangan bayangkan bisa menjumpai akses jalan mulus.
Kondisi jalan berlumbang besar plus deburan debu, hingga menimbulkan genangan tatkala hujan turun seakan biasa dihadapi warga setempat saat melintasi jalan utama kecamatan tersebut.
Puluhan tahun berlalu, keluh kesah kondisi jalan rusak seakan membuncah. Kondisi itu memaksa Sucipto (51) dan warga Swastika Buana Kecamatan Seputih Banyak lainnya rela merogoh kocek pribadi membeli batu krikil untuk menimbun lubang-lubang jalan di sekitar kediamannya.
"Kami rela gotong royong gantian keluarin uang pribadi beli batu. Ya ini, buat nutup jalan yang lubangnya sudah melewat besar," curhatnya, Raby (10/5/2023).
Kisah yang sama juga dilakoni Gufron (62), warga Desa Dinoyo, Kecamatan Deket, Kabupaten Lamongan. Ia menambal jalan yang berlubang seorang diri. Aksi sosial yang dilakukan tukang becak tersebut karena tak ingin ada pengendara motor yang terjatuh akibat adanya jalan berlubang. Terlebih jalan tersebut kerap dilalui oleh putri kesayangannya yang bekerja di Lamongan Kota. Berkat aksi itu, Gufron pun viral dan banyak mendapatkan pujian.
Dengan berbekal alat seadanya, Gufron pun menutup jalan yang berlubang menggunakan sisa material aspal yang ia peroleh hasil pengerukan di jalan raya Nasional Surabaya-Semarang. Aspal bekas itu kemudian ia angkut mengunakan becak motornya dan menelusuri jalan poros Kecamatan Deket- Karangbinangun atau tepatnya Desa Deket Kulon.
"Takut banyak orang-orang yang terjatuh karena jalan berlubang seperti ini, makanya kita tambal jalan dengan mengunakan aspal bekas," kata Gufron.
Tim Penulis:
Ashrawi Muin, Dahrul Amri Lobubun, Ardiansyah Fajar, Fariz Fardianto, Abdul Halim, Muhammad Nasir, Ayu Afria Ulita Ermalia, Bambang Suhandoko, Herlambang Jati Kusumo, Rizal Adhi Pratama, Rangga Erfizal, Fatmawati, Tama Wiguna, Imron, Khaerul Anwar