Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri Agama Nasaruddin Umar membuka ajang Musabaqah Qiraatil Kutub Internasional (MQKI) I tahun 2025, yang digelar di Pondok Pesantren As'adiyah Wajo, Sulawesi Selatan, Kamis (2/10/2025). (IDN Times/Aan Pranata)
Menteri Agama Nasaruddin Umar membuka ajang Musabaqah Qiraatil Kutub Internasional (MQKI) I tahun 2025, yang digelar di Pondok Pesantren As'adiyah Wajo, Sulawesi Selatan, Kamis (2/10/2025). (IDN Times/Aan Pranata)

Makassar, IDN Times – Menteri Agama Nasaruddin Umar resmi membuka Musabaqah Qiraatil Kutub Internasional (MQKI) I tahun 2025 di Pondok Pesantren As’adiyah, Wajo, Sulawesi Selatan, Kamis (2/10/2025). Ajang ini diikuti ribuan santri asal berbagai daerah di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara.

Pada MQKI, agenda utamanya adalah kompetisi kitab kuning internasional pertama yang digelar di Indonesia. Selain itu, panitia juga menyiapkan delapan rangkaian acara lain, di antaranya halaqah ulama internasional, perkemahan pramuka santri nusantara, expo kemandirian pesantren, hingga pesantren hijau.

Dalam sambutannya, Menag menyebut MQKI 2025 sebagai langkah awal menuju kejayaan baru peradaban Islam. “Kita sedang menapaki anak tangga pertama untuk mencapai the golden age of Islamic civilization. Kejayaan intelektual dan budaya Islam,” ujarnya dalam sambutan pada acara pembukaan.

1. Indonesia diharapkan jadi pusat keilmuan Islam di masa depan

Peserta ajang Musabaqah Qiraatil Kutub Internasional (MQKI) I tahun 2025, yang digelar di Pondok Pesantren As'adiyah Wajo, Sulawesi Selatan, Kamis (2/10/2025). (IDN Times/Aan Pranata)

Menag Nasaruddin Umar menegaskan MQKI 2025 bukan sekadar ajang lomba membaca kitab kuning, melainkan bagian dari upaya mewarisi tradisi keilmuan Islam klasik. Menurutnya, saat ini umat Islam sedang menapaki anak tangga pertama untuk mencapai the golden age of Islamic civilization, alias kejayaan intelektual dan budaya islam. Kejayaan ini pernah diraih di masa lalu, terutama di Baghdad, pada masa kepemimpinan Al Ma’mun dan Harun Al Rasyid.

Menag mengingat masa keemasan Islam abad ke-8 hingga ke-13 yang melahirkan banyak ulama multi-talenta. Mereka adalah para ilmuwan yang tidak membedakan antara pengetahuan umum dengan agama—seperti Jabir bin Hayyan, bapak ilmu kimia modern, dan Al-Khawarizmi, bapak Aljabar dunia, yang keduanya lahir di era Baitul Hikmah. Pemisahan ilmu agama dan umum, menurut Menag, baru terjadi setelah Hulagu Khan meruntuhkan Baghdad dan menghancurkan Baitul Hikmah pada tahun 1258.

MQKI ini, bagi Menag, bukanlah tujuan akhir, melainkan anak tangga pertama untuk menguasai Bahasa Arab dalam buku-buku turats. Langkah selanjutnya adalah menjadi musyarriq (pemberi khawamis atau anotasi) terhadap karya-karya terdahulu, dan puncaknya adalah menjadi muallif (penulis).

"Tiga Langkah ke depan mudah-mudahan Indonesia bisa mencapai the new golden age of civilization," tegasnya.

2. As’adiyah tuan rumah MQKI Internasional

Peserta ajang Musabaqah Qiraatil Kutub Internasional (MQKI) I tahun 2025, yang digelar di Pondok Pesantren As'adiyah Wajo, Sulawesi Selatan, Kamis (2/10/2025). (IDN Times/Aan Pranata)

MQKI 2025 berlangsung pada 2-7 Oktober di Wajo, Sulsel. Seleksi awal telah diikuti 8.773 santri dari 1.218 lembaga pesantren dan Ma’had Aly, melalui sistem digital berbasis Computer-Based Test (CBT). Dari seleksi itu terpilih 10 besar putra dan putri setiap provinsi yang berkompetisi di babak penyisihan.

Selain santri Indonesia, peserta juga berasal dari sembilan negara Asia Tenggara, yakni Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, Timor Leste, Singapura, Vietnam, Kamboja, Thailand, dan Myanmar. Kehadiran mereka diharapkan memperkuat jejaring keilmuan Islam internasional sekaligus menunjukkan peran Indonesia sebagai pusat Islam moderat.

Wakil Ketua Umum Pondok Pesantren As’adiyah, Kamaluddin Abunawas, menyatakan pihaknya bangga dipercaya menjadi tuan rumah MQKI, baik tingkat nasional maupun internasional. Ia menjelaskan, pesantren As’adiyah kini sudah berusia hampir satu abad, dengan jumlah santri sekitar 8 ribu di pusat, 453 cabang di seluruh Indonesia, dan satu cabang di Malaysia.

“Pondok pesantren As’adiyah sangat pantas ditunjuk tuan rumah MQKI, baik tingkat nasional maupun internasional,” ujarnya.

3. Tema besar: Pesantren untuk Dunia

Menteri Agama Nasaruddin Umar membuka ajang Musabaqah Qiraatil Kutub Internasional (MQKI) I tahun 2025, yang digelar di Pondok Pesantren As'adiyah Wajo, Sulawesi Selatan, Kamis (2/10/2025). (IDN Times/Aan Pranata)

Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, Amien Suyitno, menekankan relevansi tema MQKI 2025: “Dari Pesantren untuk Dunia: Merawat Lingkungan dan Menebar Perdamaian dengan Kitab Turats.” Ia menyinggung peran ulama besar asal Sulsel, KH Ali Yafie, yang sejak lama telah menggagas fikih lingkungan.

“Jauh sebelum isu global warming, ada ulama besar di Sulsel, KH Ali Yafie. Peletak dasar fikih lingkungan Nusantara, mengumandangkan pentingnya memelihara lingkungan. Hari ini kita ingin mengingatkan kembali,” katanya.

Tema ini dipilih sebagai pengingat bahwa pesantren tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga menghadirkan solusi bagi tantangan global, termasuk isu lingkungan hidup hingga perdamaian dunia.

Sebelumnya Kakanwil Kemenag Sulsel, Ali Yafid, menegaskan bahwa MQKI adalah momentum mempertemukan tradisi, ilmu, dan budaya. “Kehadiran delegasi dari berbagai negara membuktikan bahwa pesantren di Indonesia telah menjadi pusat perhatian dunia. MQKI ini adalah momentum untuk menunjukkan kepada masyarakat internasional bahwa kitab kuning bukan sekadar teks, melainkan warisan intelektual yang hidup, terus dikaji, dan relevan sepanjang zaman,” ujarnya.

Ali Yafid juga menambahkan, Sulsel sebagai tuan rumah berkomitmen memberikan pelayanan terbaik. “Kami selaku tuan rumah berkomitmen dan berikhtiar menyambut dan melayani seluruh tamu dan kafilah baik dari seluruh provinsi di Indonesia maupun dari mancanegara, dan memperlakukan mereka selayaknya saudara dan sahabat,” katanya.

Editorial Team