Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Gerbang Chinatown yang berada di Jalan Ahmad Yani Makassar. IDN Times/Asrhawi Muin

Makassar, IDN Times - Kemeriahan perayaan tahun baru Imlek bukan hanya bisa dirasakan masyarakat di Tiongkok. Suasana yang tidak kalah meriah juga bisa dirasakan di Indonesia.

Salah satunya wilayah di Indonesia yang dikenal dengan masyarakatnya yang multikultural adalah Makassar. Salah satu bentuk multikultural itu terlihat dengan adanya Makassar Chinatown yang dihuni mayoritas etnis Tionghoa. 

Ribuan orang akan memadati jalanan saat perayaan tahun baru Imlek yang berpusat di Klenteng Xian Ma. Klenteng yang disebut sebagai klenteng terbesar di Makassar itu merupakan bangunan yang memiliki lima lantai dengan arsitektur Cina.

Seperti apa sih kawasan pecinan atau Chinatown itu? Yuk, ikuti IDN Times menjelajahi Chinatown.

1. Sarat akan nilai sejarah dan budaya

potret Chinatown Makassar (IDN Times/Asrhawi Muin)

Karena namanya Chinatown, jangan heran kalau ada banyak sekali bangunan bergaya China di sini. Dari gerbangnya saja sudah terlihat jelas dari warna merah, bentuk atap, hingga huruf.

Kawasan ini seolah menjadi saksi sejarah kedatangan etnis Tionghoa di Makassar sekitar abad ke-14 Masehi. Akan tetapi, Chinatown tak serta merta langsung dibangun. Pembangunan baru dimulai saat abad ke-16 yang bertepatan dengan masa kekuasaan Dinasti Ming. 

Kala itu, masyarakat Tionghoa datang ke Makassar untuk berdagang. Karena dagangannya maju, maka diputuskanlah untuk membuat sebuah kawasan yang kini menjelma menjadi Chinatown.

"Mungkin nenek moyang kita waktu datang kan dekat pelabuhan. Mungkin mereka cari tempat tinggal yang dekat. Jadi berkumpul semua di sini. Juga usaha mereka. Coba perhatikan di sini kebanyakan ruko, pedagang," kata penasehat pengurus Klenteng Xian Ma, Riady Panorama saat ditemui IDN Times di Klenteng Xian Ma, Kamis (23/1).

Meski namanya Chinatown, tapi masyarakat yang bermukim di sini bukan hanya dari etnis Tionghoa. Masyarakat dari berbagai suku yang ada si Makassar pun juga banyak yang tinggal di sana.

"Warga di sini saling pengertian aja semua. Biasa kita adakan acara di sini (klenteng). Meskipun kita tutup jalan, tapi warga maklum saja. Jadi, tidak terlalu bagaimana juga. Intinya selama ini tetap rukunlah biar pun multikultural," kata Riady lagi.

2. Ke Chinatown, tak lengkap jika belum singgah di klenteng legendaris Xian Ma

Editorial Team

Tonton lebih seru di