Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Panji Pragiwaksono (instagram.com/pandji.pragiwaksono)
Panji Pragiwaksono (instagram.com/pandji.pragiwaksono)

Intinya sih...

  • Pernyataan Pandji dianggap melecehkan adat istiadat dan nilai-nilai budaya Toraja

  • Upacara Rambu Solo' sarat makna dan bukan pesta kemewahan

  • Amson tegaskan humor tidak boleh melukai budaya dan menjadi bahan tertawaan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Makassar, IDN Times - Potongan video komika Pandji Prawigaksono memicu polemik di media sosial. Dalam cuplikan berdurasi singkat itu, Pandji menyampaikan materi stand-up yang menyinggung tradisi masyarakat Toraja

Pandji menyebut banyak warga Toraja jatuh miskin karena menggelar pesta kematian yang dianggap terlalu mewah. Dalam materinya, dia bahkan menggambarkan jenazah keluarga yang belum dimakamkan masih disimpan di ruang tamu.

"Di Toraja, kalau ada anggota keluarga yang meninggal, makaminnya itu pakai pesta yang mahal banget. Bahkan banyak orang Toraja yang jatuh miskin habis bikin pesta untuk pemakaman keluarganya," ucap Pandji dalam potongan video yang beredar.  

Pandji menggambarkan situasi ketika keluarga di Toraja disebut tidak memiliki biaya untuk pemakaman. Dalam ceritanya, jenazah dikatakan dibiarkan dan disimpan di ruang tamu atau di depan televisi.

"Untuk keluarganya sih biasa-biasa aja kalau anggota keluarganya meninggal. Tapi kan kalau ada tamu bingung ya. Nonton apa pun di TV berasa horor gitu," lanjutnya disambut tawa penonton.  

1. Dianggap melecehkan adat istiadat dan nilai-nilai budaya Toraja

Toraja (unsplash.com/nemoinelwood)

Pernyataan Pandji itu lantas menuai kecaman dari masyarakat Toraja. Pernyataannya dianggap melecehkan adat istiadat dan nilai-nilai budaya Toraja. Ketua Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) Makassar, Amson Padolo, menjadi salah satu pihak yang menyuarakan protes.  

"Kami sangat menyayangkan seorang tokoh publik berpendidikan seperti Pandji menjadikan adat Toraja sebagai bahan lelucon," kata Amson dikutip dalam keterangan tertulisnya, Senin (3/11/2025).

Amson menilai candaan Pandji menimbulkan kesalahpahaman tentang Rambu Solo’, upacara kematian khas Toraja. Upacara ini sesungguhnya sarat dengan nilai spiritual dan sosial yang mendalam bagi masyarakat setempat.

"Ada dua hal yang membuat kami terluka. Pertama, pernyataannya bahwa banyak warga Toraja jatuh miskin karena pesta adat. Kedua, anggapan bahwa jenazah disimpan di ruang tamu atau depan TV. Itu tidak benar dan sangat menyinggung," tegasnya. 

2. Upacara Rambu Solo' sarat makna dan bukan pesta kemewahan

tradisi unik saat Natal di Toraja (commons.wikimedia.org/Lord Mountbatten)

Menurut Amson, penyemayaman jenazah di Toraja berlangsung secara terhormat di ruang khusus. Jika keluarga belum mampu menggelar upacara Rambu Solo’, maka biasanya ada kesepakatan untuk memakamkan lebih dulu.

"Tidak pernah ada yang menaruh jenazah di depan TV," tegasnya.

Amson menjelaskan Rambu Solo’ bukan pesta kemewahan, melainkan bentuk penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal. Upacara itu menggambarkan nilai gotong royong dan kasih sayang dalam keluarga besar. 

"Esensi Rambu Solo’ itu penghormatan kepada orang tua atau kerabat yang telah meninggal. Ini adalah bentuk akulturasi antara ajaran Aluk Todolo dan nilai kekristenan. Bukan soal pesta atau kemewahan, tapi rasa hormat dan cinta kasih," tuturnya. 

3. Amson tegaskan humor tidak boleh melukai budaya dan menjadi bahan tertawaan

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sulawesi Selatan, Amson Padolo. (Dok. Humas Pemprov Sulsel)

Amson menjelaskan banyak pihak luar sering salah menilai Rambu Solo’ karena hanya memperhatikan tampilan lahiriah upacara. Mereka sering tidak memahami nilai spiritual dan rasa solidaritas yang terkandung di balik prosesi tersebut.

"Pandji seharusnya memahami konteks ini sebelum melontarkan candaan yang justru melukai perasaan banyak orang," ucapnya.  

Menurut Amson, humor idealnya dipakai untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Dia menekankan bahwa humor tidak boleh digunakan untuk memperkuat stereotip.

"Tidak semua hal bisa dijadikan bahan tertawaan. Bagi kami, ini bukan lucu, ini menyakitkan. Apalagi diucapkan oleh publik figur," ucapnya.

4. Masyarakat Toraja desak Pandji minta maaf

potret Pandji Pragiwaksono (instagram.com/pandji_pragiwaksono)

Toraja dikenal luas sebagai kawasan dengan kekayaan budaya tinggi. Rambu Solo’ dan rumah adat Tongkonan bahkan telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya takbenda dunia.  

Gelombang kecaman terhadap Pandji pun terus meningkat. Berbagai komunitas Toraja menuntut permintaan maaf terbuka dari sang komika. Mereka menilai, sebagai figur publik, Pandji semestinya lebih berhati-hati dalam menyentuh ranah kebudayaan.  

"Kami menuntut Pandji meminta maaf secara terbuka. Ini bukan hanya soal satu suku, tapi pelajaran bagi semua pihak agar tidak seenaknya mempermainkan budaya orang lain, sekalipun dalam konteks humor," kata ujar Amson.  

Hingga saat ini, Pandji belum mengeluarkan pernyataan resmi menanggapi protes yang meluas. Ketidakjelasan tanggapan tersebut membuat desakan permintaan maaf dari masyarakat Toraja terus meningkat.

Editorial Team