Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Eva saat ditemui di warung makannya, di Jalan Pendidikan, Timika, Papua Tengah. (IDN Times/Istimewa)

Intinya sih...

  • Isu pemangkasan anggaran program makan siang gratis dari Rp15.000,- turun menjadi Rp7.500,- per porsi membuat heboh dan bertanya-tanya.
  • Pemilik warteg di Papua menyatakan bahwa uang senilai Rp7.500,- tidak cukup untuk membeli makanan di warungnya.
  • Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyebut total anggaran makan bergizi gratis telah disiapkan senilai Rp71 triliun untuk tahun 2025.

Timika, IDN Times – Beberapa waktu belakangan, beredar isu pemangkasan anggaran program makan siang gratis dari yang sebelumnya Rp15.000,- turun menjadi Rp7.500,- per porsi.

Pemangkasan nilai program makan siang gratis yang dicanangkan oleh presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka ini sontak membuat masyarakat heboh dan bertanya-tanya.

Pasalnya, anggaran Rp7.500,- per anak untuk daerah-daerah tertentu seperti di Indonesia Timur, khususnya Papua, dirasa sangat kecil nilainya bahkan tidak mampu untuk membeli nasi putih di warung makan sekelas warteg.

Dwi, salah satu pemilik warteg di Kota Timika, Papua Tengah, mengungkapkan uang senilai Rp7.500,- sama sekali tidak dapat membeli makanan di warungnya.

"Ya, nggak dapat apa-apalah Rp7.500,-. Ini lauk yang ada di sini pun Rp10 ribu semua," tutur Dwi dengan gelak tawa saat diwawancarai IDN Times pada Kamis (25/7/2024).

1. Nasi putih saja seharga Rp10.000

pexels.com/makafood

Senada dengan Dwi, Eva yang juga merupakan pemilik warteg mengatakan bahwa harga seporsi nasi putih di warungnya senilai Rp10 ribu.

"Uang Rp7.500,- di sini dapat apa? Tidak dapat apa-apa. Nasi putih kosong saja Rp10 ribu. Untuk mau tambah lauk ya tidak dapat," ujar Eva.

Eva yang juga memiliki anak sekolah, menjelaskan bahwa untuk uang jajan anak sekolah pun, minimal harus Rp15 ribu.

"Anakku sekolah juga jadi saya tahu. Makanan kantin itu nasi kuningnya Rp10 ribu. Itu pun nasi bagi dua, setengah porsilah, tambah mie sama tempe dipotong-potong sedikit. Untuk anak sekolah, kalau jajan di kantin itu minimal Rp15 ribu," jelas Eva.

"Nah, kalau ini makan siang, pasti agak beda dengan sarapan. Kalau makan siang kan minimal ada lauknya, ada sayur, nasi, lengkap. Kalau Rp15 ribu itu juga tidak cukup untuk kita di Papua, apalagi Rp7.500,-. Kalau di warung sini, Rp15 ribu itu cuma dapat nasi dan sayur toh," imbuhnya.

2. Uang Rp7.500 di Papua hanya cukup beli mi instan

Menu makan di warung makan Jalan Pendidikan, Timika, Papua Tengah. (IDN Times/Istimewa)

Di samping itu, Rosa, seorang ibu lainnya di Kabupaten Mimika, Papua Tengah, mengungkapkan jika uang program makan siang gratis Rp7.500 itu diberikan ke orang tua murid untuk dimasak sendiri maka uang tersebut hanya bisa digunakan untuk membeli sebungkus mie instan dan sebutir telur.

"Kalau cuma begitu (Rp7.500,-), kita punya anak tiap siang hanya bisa makan mie dan telur. Itu pun tanpa nasi karena mie satu bungkus harga Rp4 ribu, telur Rp3 ribu. Lima ratus perak mau pakai buat apa? Di Timika, tidak berlaku uang koin begitu," terang Rosa kepada IDN Times, Senin (22/7/2024) sore.

Begitupun dengan Maria yang juga merupakan seorang ibu di Mimika mengakui bahwa anggaran senilai Rp7.500,- sangat tidak cukup untuk mendapatkan makanan bergizi di Kota Timika.

"Mereka pikir harga di sini sama dengan harga di Jawa kah? Di sini, kalau Rp7.500,- itu cuma bisa beli sayur satu ikat. Nanti anak makan sayur rebus kosong saja setiap siang. Kalau bikin program itu yang jelas sedikit, jangan asal-asal," kata Maria.

3. Isu anggaran makan siang gratis dipangkas

mata uang rupiah (Pixabay.com/IqbalStock)

Sebagai informasi, isu pemangkasan anggaran ini awalnya disinggung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, di Kantor Kementerian Perekonomian, Jakarta, Selasa (16/7/2024).

Dia mengatakan, total anggaran makan bergizi gratis telah disiapkan seniali Rp71 triliun untuk tahun 2025. Meski demikian, implementasi program itu bersifat fleksibel atau bisa berubah.

Hal itu disampaikan setelah adanya pembahasan tentang pemangkasan anggaran makan siang gratis dari Rp15 ribu menjadi Rp7.500 per anak.

"Nanti implementasi kan punya fleksibilitas. (Tapi) dalam RPABN masih sama (Rp15 ribu)," jelasnya.

Di samping itu, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy, pun mengatakan bahwa anggaran Rp7.500 per porsi untuk program makanan siang gratis cukup untuk daerah tertentu. Namun bisa saja di daerah lain kurang.

“Kan masing-masing daerah berbeda, saya kira nanti akan disesuaikan ke tingkat kemahalan masing-masing daerah. Saya kira untuk daerah tertentu Rp7.500 sudah sangat besar,” kata dia dalam Festival Ekspresi Anak di Ancol, Jakarta Utara, Kamis (18/7/2024).

Pernyataan yang sama juga dikatakan oleh Anggota Tim Anggota Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran lainnya, Budisatrio Djiwandono.

Dia menyebut, menu makan bergizi gratis di setiap daerah akan berbeda. Hal itu menyesuaikan ketersediaan pangan yang ada di wilayah tersebut.

"Kalau soal harga itu pasti tergantung bahan baku makanan yang tersedia di berbagai daerah, jadi tidak akan sama menunya," tuturnya.

Editorial Team